Ke-tigabelas

70 4 0
                                    

Kasus perceraian antara Laina dan Rion masih terus bergulir. Kesaksian yang diberikan oleh Tiffany dan Donghae pun nampaknya masih belum cukup kuat bagi pengadilan jika Laina ingin memenangkan persidangan dan hak asuh anak jatuh ke tangannya. Arsyad dan Jaero sendiri sampai pusing untuk mencari cara mengenai masalah ini.

"Kenapa, Syad? Tumbenan ngajak saya ketemuan,"
"Pusing Om, saya pusing cari bukti-buktinya,"
"Hm, saya juga bingung. Kesaksian saya dan yang lain masih belum kuat di mata hakim,"
"Saya yakin sih si brengsek sama cewek jahannam itu udah nikah diam-diam,"
"Bisa aja sih itu jadi bukti juga karena ga ada izin dari istri sah alias Laina untuk pernikahan mereka. Kayaknya masih harus ada bukti lain lagi, Syad,"
"Bener juga, Om. Oh ya, kata Ro, Om ada kenalan pengacara hebat? Mungkin bisa bantu,"
"Ada sih tapi lebih kayak temennya temen saya. Tenang aja, saya juga kenal kok sama orangnya,"
"Boleh Om, kalau bisa sekarang kita ketemuan aja,"

Waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore namun baik Arsyad ataupun Jaero belum juga pulang ke rumah mereka. Laina yang saat itu sedang memegang hpnya lantas saja langsung menghubungi keduanya.

"Sabar Bunda, aku masih latihan futsal, nanti abis magrib pulang sama Jeno," jawab Jaero sambil meneriaki nama temannya, Sagara.
"Aku mau ketemu temennya Om Adrian dulu yang pengacara, Bun, nanti aku pulang dianterin kok," kata Arsyad.

Laina yang mendengar alasan Arsyad hanya bisa menghela nafasnya dan mulai memasak di dapur untuk makan malam keluarga kecilnya. Dirinya lagi-lagi bersyukur karena masih dikelilingi oleh orang-orang yang menyayanginya dan selalu mau mendukung keluarganya.

"Yang mana Om rumahnya?"
"Ini pagar hitam, kebetulan Keanu lagi di sini juga,"
"Bagus deh kalau gitu biar bisa langsung ngomongnya,"
"Yaudah ayo turun. Syad, anaknya Sandra tuh cantik loh, kayaknya seumuran Jaero,"
"Ih si Om malah promosiin anak orang, Om sendiri kapan lamar Bunda?" tanya Arsyad yang sudah keluar dari mobil milik Adrian itu.

Adrian hanya bisa menggelengkan kepalanya heran mendengar ucapan anak pertama Laina itu. Ga Arsyad, ga Jaero, sama aja kelakuan sama mulutnya, plus minusnya kayaknya seimbang.

"Assalamu'alaikum, Tante Sandra?"
"Waalaikumsalam, siaapaaa??"
"Saya Arsyad, kamu siapa?"
"Arsyad? Eh, salam kenal! Aku Ayana!"
"Siapa, Ay?"
"Ekhem, Assalamu'alaikum, Sandra!"
"Oalah, Adrian toh, ayo masuk, kamu juga masuk,"

Oh, ternyata Ayana itu anaknya Tante Sandra dan Om Jinari. Cantik? Ya, cantik, Arsyad akui itu. Kecantikkannya bemar-benar terpancar bahkan ketika penampilannya sesederhana itu, tidak ada polesan apapun di wajahnya dan pakaiannya pun benar-benar menggambarkan anak gadis yang masih polos.

"Hoi! Kenalin nih, anaknya Laina, yang gue ceritain itu,  Ton, Nu,"
"Oohh, Arsyad, ya? Kenalin saya Jinari suaminya Sandra dan ayahnya Ayana,"
"Salam kenal juga, Om, saya Arsyad, anak pertama Bunda Laina,"
"Saya Keanu, temannya Adrian juga,"
"Iya Om, salam kenal juga,"

Pertemuan kali ini kalau kata Sandra jangan terlalu dibawa serius apalagi sudah menjelang malam, takut stress dan terbawa emosi nantinya. Arsyad yang pada dasarnya sudah penasaran dengan penyelesaian kasus perceraian bundanya pun mendesak Keanu dan Jinari untuk mau membantunya membela sang bunda.

"Tenang aja, Syad, kita pasti bantu kok, ya kan, Ma?"
"Iya, apalagi nih Mama tuh kerja di kantor Rion tahu,"
"Ha-hah? Berarti Tante tahu dong hubungan gelapnya si brengsek dan wanita jahannam itu?"
"Wanita jahannam? Maksudnya Kak Arsyad tuh apa, Ma?" tanya Ayana sambil mengerjapkan mata indahnya itu.
"Wanita jahannam itu yang udah membuat keluarga saya hancur, Ayana. Rion itu ayah saya tapi dia tidak pernah peduli dengan keluarganya, saat adik saya lahir pun dia justru tidak menemani bunda saya dan malah mengambil apa yang seharusnya menjadi milik keluarga saya. Wanita jahannam itu sekretaris ayah saya, Ayana,"
"Ih!! Jahaaatt!! Mama, ayo tolongin Kak Arsyad, ya? Aku jadi mau ketemu sama wanita jahannam,"
"Buat apa, Dedek Ay? Kamu masih kecil, ga boleh ikutan urusan orang dewasa,"
"Aku udah besar, Papa! Pokoknya Papa sama Mama harus bantu Kak Arsyad atau aku marah!! Hufftt, aku ke kamar dulu mau makan puding, bye Kak Arsyad!"

Arsyad & JaeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang