Ke-enambelas

67 6 0
                                        

Tak terasa kini ketiga anak Laina sudah tumbuh semakin besar, Arsyad sudah menginjak usia 21 tahun, Jaero juga sebentar lagi akan berusia 18 tahun, dan Ammar juga sebentar lagi akan berusia 3 tahun. Waktu memang berlalu begitu cepat hanya saja Laina masih tetap kekeuh untuk menghidupi kehidupannya dan keluarganya tanpa ada bantuan dari seorang suami. 

"Bunda, ga mau nikah lagi? Ini udah 2 tahun lebih Bunda cerai, udah lewat masa iddah-nya, kan?"

"Bunda masih mau sendiri aja, Syad, gapapa kok,"

"Ya ga masalah sih, Bun, cuma sebenernya dari dulu tuh ada yang sayang sama Bunda tau!"

"Siapa, Ro? Kok Bunda ga tau?"

"Lah itu si Om Adrian! Kan dia suka sama Bunda, sayang sama kita,"

"Hmm, kita setuju kok kalau Bunda sama Om Adrian, lagian Ammar juga seneng aja tuh sama Om Adrian,"

Laina hanya bisa tersenyum mendengar ucapan kedua anaknya itu. Memang, dirinya sudah tahu kalau Adrian menyukai, oh, lebih tepatnya mencintai dan menyayangi dirinya dan juga keluarganya. Keluarga besar Adrian bahkan sangat menyayangi ketiga anaknya yang menurut mereka menggemaskan dan sangat lucu. Apa lucunya dari Arsyad dan Jaero, mereka kaku dan dingin begitu kok, pikirnya. 

"Kalian ga tau ya? Om Adrian udah pernah nyatain perasaannya ke Bunda beberapa bulan yang lalu,"

"HAH?! BENERAN? KOK RO GA TAU?!"

"Berisik! Ini rumah, jangan teriak!"

"Iya waktu itu di hadapan kedua orang tuanya, Om Adrian nyatain perasaannya. Ya, Bunda sih seneng, bahagia juga melihat mereka juga sayang dan bahagia dengan adanya Bunda dan kalian,"

"Terus kenapa ga diterima, Bun?"

"Bunda cuma jawab semua tergantung sama ketiga anak Bunda. Hidup Bunda itu bukan lagi cuma diri sendiri, kalau Bunda belum menikah sebelumnya, pasti akan Bunda terima saat itu juga. Tapi sekarang kan beda, Bunda udah punya anak, Bunda juga harus mempertimbangkan keputusan anak-anak, harus juga memperhatikan kebahagiaan kalian,"

Ini yang disukai oleh Jaero dari sang bunda. Bundanya memang dikenal sebagai pribadi yang baik, mengutamakan musyawarah baru mengambil keputusan. Bundanya juga selalu mempertimbangkan segala hal dengan melihat dari berbagai sisi, bukan hanya egois ingin bahagia sendiri. 

"Sama kayak kata Jaero, kita terima Om Adrian untuk jadi suami Bunda, ayah kita, pemimpin keluarga ini. Ammar juga selalu manggil beliau dengan sebutan ayah, kita tahu, Ammar udah sesuka itu sama Om Adrian,"

"Yaudah kalau gitu gimana kalau kita undang keluarga Om Adrian ke rumah? Makan malam sekalian kita bicarain semuanya,"

"Boleh banget, Bun! Nanti biar Ro ajak Jeno sama Bang Joni,"

"Ya, sekalian aja kita ajak geng kita sekampung itu, oke?"

"Oke, nama lainnya sih kita open house aja, Bun,"

Di lain tempat, seorang duda beranak tiga yang dikenal sebagai orang yang arogan ini tengah menenggak wine yang sengaja dibelinya dari Swiss tiga bulan yang lalu. Arion Alatas atau biasa dipanggil Rion ini terus menerus meminum wine-nya sambil sesekali mengumpat kesal entah karena apa. 

"Arion Alatas, apa-apaan kamu?! Minum terus, mabok nanti,"

"Ga masalah, saya lagi pusing,"

"Kenapa, Rion? Cerita sama saya, walaupun saya hanya kakak ipar kamu, tapi kan saya tetap bagian dari keluarga ini,"

"Kenapa semua hak asuh anak itu jatuh ke tangan Laina, Kak? Kenapa?! Saya juga ayahnya, saya juga berhak mengurus mereka,"

"Arion, dengerin saya, apa yang sudah terjadi di masa lalu, biarkan saja. Kamu harus tetap menjalani hidup kamu sendiri, Rion. Kamu sebagai ayahnya, mungkin sudah banyak melakukan kesalahan kepada anak-anak kamu, sebagai seorang suami, kamu sudah begitu dalam menyakiti Laina dulu,"

"Saya sejahat itu, ya, Kak? Tapi saya harus mendapatkan hak asuh anak, walaupun itu hanya Ammar yang bisa saya miliki,"

"Rion, kamu harus tahu kalau sekarang semua sudah selesai, mereka bahagia, kamu juga harus bahagia. Kamu jangan stuck dong, masih banyak yang harus kamu lakukan, jalan kamu juga masih panjang," 

"Ga bisa, Kak, saya harus melakukan sesuatu. Kalau saya ga bisa mendapatkan mereka atau salah satunya, maka Laina juga ga bisa milikin anak-anak," ujar Rion sambil keluar dari ruang kerjanya. 

Kakak iparnya yang bernama Wanda itu hanya bisa menghela nafas lelah melihat kelakuan adik iparnya. Dirinya bahkan berpikir bagaimana bisa sifat dan sikap adik iparnya benar-benar menurun dari abangnya yang kini sudah pergi meninggalkan dunia ini. Wanda hanya bisa berharap jika nantinya tidak akan ada hal buruk yang terjadi pada Laina ataupun ketiga anaknya dan juga dirinya berharap kalau sang adik ipar, Arion Alatas, bisa mendapatkan rasa penyesalan karena telah menyia-nyiakan orang-orang baik seperti Laina dan ketiga anaknya. 


"Tenang saja, Laina, saya pastikan hidupmu dan keluargamu itu akan kehilangan cahaya, saya pastikan kalian tidak akan pernah bisa keluar dari kegelapan,"


Wanda Maharani

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wanda Maharani

Istri dari abang kandung Arion Alatas yang memiliki beberapa rumah makan terkenal di Jakarta. Berbanding terbalik dengan sifat suami dan adik iparnya, Wanda dikenal sebagai pribadi yang baik dan gemar membantu orang. Dia juga dikenal sebagai sosok yang dermawan dan kerap kali mendonasikan sebagian hasil rumah makannya kepada lembaga anak-anak untuk membantu kehidupan anak-anak kurang mampu. 

Arsyad & JaeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang