Sudah dua minggu Laina dan bayi Ammar dirawat di rumah sakit tempatnya bekerja, beruntungnya Adrian lah yang membayar semua biaya persalinan sekaligus perawatan Laina dan bayinya. Kini, sudah waktunya bagi keluarga Malik ini pulang ke kediaman mereka dan beristirahat sejenak sebelum memulai aktivitas mereka.
"Ayo kita pulang, oh ya, kamar untuk Ammar udah siap kan, Syad?"
"Bu-bunda, ma-maaf, hiks,"
"Loh? Kok minta maaf? Kamarnya belum siap? Gapapa kalau belum siap, Jaero,"
"Bu-bukaann, hiks, ru-rumah kita dibalik nama, Bundaaa, hiks,"Laina kembali meneteskan air matanya mendengar ucapan Jaero yang sekarang sudah memeluk erat sang bunda. Arsyad tahu pelakunya, siapa lagi kalau bukan si brengsek, Arion Alatas dan sekretarisnya. Sebenarnya dirinya sudah tahu hal ini karena di hari ke-7 Laina dirawat, Arsyad kembali untuk mengambil barangnya dan melihat kalau kamar sang bunda sudah terbuka dan brankas di lemari pun sudah dibongkar. Dirinya juga sempat membawa Pak Marjo ke klinik terdekat untuk mengobati luka yang didapat dari majikannya, Rion.
"Se-sekarang kita mau ke mana, hiks, kasian Ammar, Syad, Ro,"
"Om Donghae lagi pergi ke Korea sama Tante Tiff dan Jeno. Rumah nenek jauh banget dari sini," jawab Arsyad sambil mengelus pipi gembul adiknya.
"Ekhem, permisi, Pak Adrian ingin berbicara dengan kalian,"Adrian kemudian masuk ke dalam kamar rawat Laina dan terkejut melihat Laina dan Jaero yang sudah menangis tersedu-sedu.
"Kalian kenapa? Kok nangis?"
"Hiks, Om, rumah ki-kita dibalik namanya, hiks,"
"Dibalik sama si brengsek, Om, jadi, kita ga punya rumah sekarang,"Arion Alatas lagi-lagi berulah. Belum cukup dirinya mencoba mengambil alih perusahaannya di Bandung, kini dia malah mengambil rumah milik Laina. Miris, ya, Adrian merasa miris dengan Rion. Seorang pemimpin yang nyatanya tidak layak untuk menjadi pemimpin, punya beberapa perusahaan tapi masih mencomot harta orang lain.
"Yaudah kalau gitu untuk sementara kalian di rumah saya aja dulu, nanti, kita cari sama-sama rumah baru untuk kalian,"
"Ja-jangan, itu terlalu merepotkan Bapak. Saya udah terlalu banyak merepotkan,"
"Ga repot, Laina. Saya kan bilang sementara, lagian kasian Ammar kalau dia harus tinggal di tempat yang ga layak,"
"Om Adrian, terima kasih untuk semuanya,"Arsyad memeluk erat tubuh tegap Adrian sambil tersenyum hangat. Senyuman yang jarang diberikan olehnya kecuali kepada sang bunda dan adiknya Jaero. Laki-laki dewasa ini benar-benar merasa bahagia walau hanya dianggap sebagai om saja, dirinya membalas pelukan yang diberikan Arsyad dengan begitu erat. Adrian sudah benar-benar jatuh ke dalam pesona keluarga sederhana ini.
"Yuk kita ke rumah saya, di sana ada dua kamar tamu, kalian bisa tidur di situ, kamar mandi dalam semua. Untuk keperluan Ammar jangan khawatir, udah saya pesankan lewat asisten saya,"
"Pak, saya benar-benar ga enak ini,"
"Jangan panggil saya bapak kalau di luar jam kerja, panggil nama aja,"Perjalanan ditempuh selama 1 jam itu penuh dengan canda tawa persis seperti keluarga bahagia sebenarnya. Adrian senang jika mereka bisa tertawa dan sedikit melupakan masalah yang sedang dialami mereka.
"Kalian beres-beres aja dulu, saya mau ke kantor sebentar. Kalau lapar, tenang aja, ada bibi kok, minta masakin aja,"
"Om, saya benar-benar mengucapkan terima kasih, ya,"
"Iya, Arsyad, udah sana kamu istirahat, tuh Jaero aja udah ngacir duluan,"Arsyad hanya tersenyum dan segera masuk ke kamar tamu yang ada di rumah Adrian. Dirinya benar-benar sudah muak dengan semua yang terjadi pada keluarganya, dirinya sudah begitu marah melihat bagaimana kelakuan ayahnya yang sepertinya sekarang tidak pantas lagi disebut sebagai seorang ayah. Arsyad benar-benar akan membuat kedua orang tuanya bercerai secepatnya dan mereka bisa hidup dengan tenang, aman, dan damai tanpa ada gangguan dari seorang Arion Alatas. Ya, dirinya berjanji untuk melakukannya.
"Bukannya Arsyad jahat, Bunda, tapi kali ini, biarkan Arsyad yang bertindak. Biarkan Arsyad yang membalaskan perasaan sakit yang selama ini Bunda pendam. Sudah cukup kita menderita, sudah cukup kita mengeluarkan tangisan, sekarang, ini menjadi tugas aku dan Jaero untuk membangun lagi kebahagiaan dan kehangatan di keluarga kita. Bunda pegang kata-kata Arsyad,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Arsyad & Jaero
FanficArsyad Kaffa Malik dan Jaero Abimanyu Malik, sepasang kakak adik yang tidak bisa dipisahkan oleh apapun. Arsyad dengan perangainya yang lembut, dingin, dan sulit disentuh, Jaero dengan perangainya yang meskipun dingin, Ia tetap tersenyum riang kepad...