Ke-enam

102 10 0
                                    

13 Agustus, ya, hari ini tepat Jaero menginjak usia 15 tahun, sebentar lagi akan duduk di bangku sekolah menengah atas kelas 2 bersama dengan Jeno dan yang lainnya. Jaero sudah terlihat antusias menyiapkan pesta ulang tahun sederhana dibantu dengan sang abang dan pekerja lainnya. Laina hanya bisa duduk diam sambil tersenyum mengelus perutnya yang sudah semakin membesar, ya, perkirannya kalau tidak hari ini atau besok dirinya akan melahirkan.

"Bunda kepanasan ga? Bunda mau minum? Bunda mau makan kuenya? Ro potongin ya?"
"Hahahaha, ga usah, Ro. Bunda oke kok, di sini adem, ga haus, dan Bunda mau makan kuenya nanti aja bareng sama yang lain,"
"Okay, Bunda, kalau butuh apa-apa bilang ya, Bun,"

Jaero tetaplah Jaero, sesibuk apapun dirinya, si anak tengah itu tetap memperhatikan keadaan sekitarnya, apalagi sang bunda yang sebentar lagi akan melahirkan. Ini lah yang membuat pekerja di rumah merasa senang untuk bekerja dan menuruti kemauan kedua anak adam di rumah itu, mereka terlalu baik tapi juga bisa menyeramkan, itu sih katanya Pak Marjo, supir kesayangan keluarga Malik.

"Shalom, Tante Laina!"
"Waalaikumsalam, Jeno! Udah dateng aja kamu, Jen,"
"Heheehe, Ro bawel, Tan, pengang kuping aku,"
"Maafin Ro ya, Jen. Oh ya, mana Tiffany sama Donghae?"
"Oh mama sama papa masih di mobil, cari kadonya Jaero, menghilang katanya,"

Laina hanya mengangguk dan memutuskan untuk pergi ke ruang tamu untuk menyambut kedatangan sahabatnya, Tiffany dan Donghae. Rasanya sudah cukup lama baginya tidak bertemu dengan sahabat-sahabatnya.

"Lainaaaa!! Astagaaaa kangen bangeeettt!!"
"Tiff, suaramu itu loh, kasian Laina pengang nanti anaknya,"
"Hehehe, gapapa, Hae! Ih kangen banget sama kaliaaann!!"

Tiffany memeluk erat tubuh Laina meskipun sedikit diberi jarak mengingat sahabatnya itu sedang hamil tua. Donghae juga ikut memeluk Laina bahkan mengecup keningnya, bagi Donghae, Laina sudah seperti adiknya sendiri dan Tiffany justru tersenyum cerah melihat kedekatan keduanya.

"Ekhem, siang, Laina,"
"Pak Adrian? Siang juga, Pak,"
"Sudah lama saya ga liat kamu di rumah sakit, oh ya, Jaero ulang tahun?"
"Ah? I-iya, Pak, Jaero ulang tahun. Kok Bapak tau?"
"Jeno bawel banget, La, sama aja bawelnya kayak Jaero,"
"Hahaha iya juga, ayo ke halaman belakang, acaranya dimulai aja sekarang,"

Laina kini mengajak tamunya ke halaman belakang untuk segera merayakan ulang tahun anaknya. Tidak ada yang menyangka sebenarnya kalau Adrian, pemilik rumah sakit tempatnya bekerja itu akan ikut hadir di pesta ulang tahun Jaero, mengingat anaknya itu hanya mengundang Jeno dan keluarganya tanpa membawa orang luar sekalipun.

"Ro, ayo mulai acaranya, lu mah kebanyakkan bengong!"
"Ya sabar dong, Jen, ini orang tua belom pada ke sini,"
"Udah jangan berantem, ayo mulai acaranya,"
"Ayo Bunda, sini, aduh bukannya dituntun nih Om Donghae,"
"Anak sapa sih nih bawel banget,"
"Malah berantem sih, ayo Ro, dimulai acaranya,"

Acara ulang tahun sederhana itu pun dimulai dengan Arsyad yang menjadi MC dadakan dan mengundang tawa semua orang yang hadir. Jaero merasa senang dan hangat karena meskipun ulang tahunnya hanya diselenggarakan sengan sederhana dan hanya orang terdekat saja yang hadir, acaranya tetap meriah dan penuh dengan tawa bahagia.

"Maaf, Om siapa? Saya baru liat," tanya Arsyad sambil menatap curiga Adrian.
"Ah, maaf saya belum memperkenalkan diri. Saya Adrian, pemilik rumah sakit tempat Laina bekerja,"
"Kok bisa sama Tante Tiffany dan Om Donghae?"
"Saya sahabat mereka juga, tadi saya memang di rumah mereka. Mereka yang ajak saya ke sini,"
"Oh gitu, kenalin saya Arsyad, anak pertamanya Bunda Laina," jawab Arsyad sambil mengulurkan tangannya.

Adrian menjabat tangan anak pertama Laina itu dengan senyuman hangat yang terpatri di wajah tampan miliknya. Arsyad bisa merasakan kehangatan yang mengalir dari dalam diri orang dewasa di depannya ini, sesuatu yang belum pernah dia rasakan meskipun dirinya bersama dengan sang ayah, Rion.

"Om siapa? Perasaan ga undang orang luar," kata Jaero yang berjalan ke arah Arsyad.
"Saya Adrian, sahabat Tiffany dan Donghae," jawab Adrian sambil mengulurkan tangannya.
"Oh, aku Jaero, anak kedua Bunda Laina! Kalau gitu, ayo Om, aku mau tiup lilin nih,"

Tiup lilin, menjadi puncak acara dari ulang tahun Jaero yang ke 15 tahun. Dirinya menundukkan kepalanya sambil berdoa agar keluarganya selalu diselimuti kebahagiaan, kehangatan yang selama ini didambakannya bisa segera terwujud. Dirinya ingin sang bunda bisa terbebas dari jeratan Rion, dirinya ingin bundanya bisa melahirkan adiknya dengan selamat dan sehat.

Sederhana namun berkesan, begitulah yang dirasakan oleh semua orang yang hadir di pesta Jaero. Jaero bersyukur di tengah keretakkan yang terjadi di keluarganya, masih ada orang-orang yang mendukung mereka, menyayangi mereka, dan selalu bersedia untuk menolong mereka.

Adrian, ya? Walaupun dirinya masih baru dalam lingkungan keluarga Malik ini, dirinya bisa merasakan bahwa kedua anak Laina membutuhkan sosok ayah yang perhatian dan menyayangi mereka. Adrian menyadari bahwa kedua anak Laina selalu mengutamakan kebahagiaan sang bunda, membuatnya yakin bahwa Laina adalah sosok ibu yang begitu baik dan berhasil mendidik kedua anaknya tumbuh menjadi pemuda yang tangguh, berhati mulia, dan bertanggung jawab.

"Arsyad, Jaero, gimana kalau saya berusaha untuk menjadi sosok ayah di keluarga kalian? Saya ingin berusaha, boleh, kan?

Arsyad & JaeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang