Aku baik-baik saja, aku baik-baik saja, ya, aku baik-baik saja kan? Aku tidak apa, benar, aku tidak apa-apa
Tulisan itu ditulis oleh Jaero tepat beberapa hari setelah dirinya diskors karena bertengkar di sekolah sampai menyebabkan lawannya masuk ke rumah sakit.
Aku sakit, badanku panas, tapi sepertinya Bunda ga sadar. Bunda terlalu sibuk mengurus Bang Arsyad, oke, aku juga kuat, sama seperti yang Ayah bilang
Waktu itu dirinya memang tiba-tiba demam, suhu badannya naik, kepalanya begitu pusing, raut wajahnya juga pucat. Ia akui kalau dirinya harus dipapah ketika berjalan tapi Jaero adalah anak yang kuat, persis seperti kata ayahnya, Arion Alatas.
Aku sayang Bunda, aku sayang Bang Arsyad, aku sayang Ayah. Tapi apakah mereka juga menyayangiku?
Semua orang tahu betapa besarnya rasa sayang Jaero terhadap keluarganya. Tak jarang banyak yang begitu mendambakan kehangatan keluarga Malik.
Ayah selingkuh, aku tau itu. Aku tau siapa wanita itu, tapi Ayah bilang, kalau aku sudah dewasa nanti, aku ga boleh kayak Ayah yang mengkhianati cintanya Bunda, menelantarkan keluarganya, dan lebih memilih untuk tinggal dengan selingkuhannya.
Jaero lebih dulu tahu tentang perselingkuhan ayahnya. Jaero lebih dulu memukul sang ayah hanya untuk membela kehormatan keluarganya.
Aku bahagia karena setelah apa yang dilakukan Ayah kepada keluarga ini, Bunda akhirnya bisa hidup bahagia dengan laki-laki yang bernama Adrian. Aku percaya beliau akan menjadi ayah yang baik untuk kami dan juga suami yang baik untuk Bunda.
Jaero selalu tertawa bahagia kala dirinya menghabiskan waktu bersama ayah tirinya, Adrian. Jaero juga senang ketika abangnya, adiknya pun bisa tertawa lepas setelah apa yang menimpa mereka.
Aku tau orang brengsek itu masih mengintai kami, aku menyadarinya, instingku ini terlalu tajam sebenarnya. Aku sudah menemuinya dan aku tau orang itu akan mencelakai salah satu dari kami. Tapi aku meminta kepadanya jika memang dia berniat mencelakai, celakai saja aku. Karena aku tau, kehadiranku di keluarga ini tidaklah begitu penting.
Jaero rela mengorbankan dirinya sendiri hanya demi menyelamatkan orang-orang yang dia sayangi. Dia rela untuk disakiti asal tidak ada orang yang bisa menyakiti keluarganya.
Orang bilang keluarga Malik begitu hangat dan selalu didambakan oleh mereka. Tapi mereka ga tau kalau ada salah satu anggota keluarganya yang diam-diam menyimpan rasa sakit dan kecewa. Dari aku kecil, aku selalu dibandingkan dengan abangku, Arsyad, bagaimana cara kami menyelesaikan masalah, kecerdasan kami, dan masih banyak lagi. Pengen rasanya berteriak kalau aku bukanlah Bang Arsyad yang sempurna, aku hanyalah aku, Jaero Abimanyu Malik, yang memang terlahir berbeda dari Arsyad.
Cukup, rasanya sudah cukup untuk Arsyad membaca buku harian milik Jaero yang diam-diam sudah diisinya sejak lama. Buku harian itu bahkan hanya menyisakan 3 lembar untuknya menulis, entah apa yang akan ditulis olehnya, jika adiknya itu masih ada di dunia ini.
"Abang terlalu menyakitimu ya, Ro? Abang ga pernah tau kamu memendam semua ini sendirian, kamu pribadi yang ternyata jauh lebih tertutup daripada Abang. Lucu karena aku ga pernah bener-bener tau tentang adiknya, lucu karena aku hanya menganggap kamu adik yang lemah, manja, hanya bisa bergantung pada orang lain. Ah, apa masih pantas aku menyebut diriku ini sebagai abangmu, Ro? Kamu pasti benar-benar kecewa ya sama Abang sampe-sampe kamu lebih memilih untuk pergi ninggalin Abang? Rasanya terlalu menyakitkan Ro, ditinggal pergi sama Ammar, ga lama kamu juga ikutan pergi. Ro, kalau seandainya Abang punya mesin waktu kayak Doraemon, Abang mau memperbaiki semuanya, Abang mau mengenal kamu lebih dalam, Abang mau menghabiskan waktu sama kamu aja, Ro,"
Penyesalan itu selalu datang menghampirinya setiap waktu. Semua kata-kata yang terlontar dari bibirnya juga terus menerus terputar di otaknya, dirinya tidak pernah bisa beristirahat dengan tenang. Hampir setiap malam dirinya akan tidur di kamar sang adik yang penuh dengan boneka dan robot, Jaero memang sedikit berbeda, jika anak laki-laki tidak menyukai boneka, maka Jaero akan membeli 10 boneka dalam sehari. Dari sekian banyaknya boneka, hanya ada 2 boneka besar yang selalu menemani Jaero, boneka Doraemon dan Pikachu yang dibelikan oleh Arsyad sebagai hadiah ulang tahunnya.
"Aku harus apa, Ro? Aku terlalu menyakitimu, aku minta maaf, Ro, hiks. Aku bersalah, harusnya aku menemanimu, menjaga kamu, bukannya malah meninggalkanmu. Ro, maafkan aku, tolong, hiks,"
Malam ini lagi-lagi Arsyad menangis di atas kasur milik Jaero sambil memeluk boneka Doraemon kesayangan adiknya itu. Tidak ada yang bisa membuatnya kembali tersenyum setelah kematian kedua adiknya bahkan Laina pun juga masih mengurung dirinya di kamar. Bagi mereka semua, ini sama seperti hukuman yang diberikan oleh Jaero, hukuman yang terlalu berat untuk mereka.
"Ka-kak Arsyad?"
Ayana datang ditemani oleh supirnya, dirinya memang berencana untuk menginap menemani Laina dan juga menguatkan keluarga Malik. Bagaimanapun juga, Ayana juga mengenal sosok Jaero meskipun tidak sedalam geng 7DREAM dalam mengenal Jaero.
"Sa-saya salah, Ay, sangat salah hiks. Ha-harusnya saya langsung minta maaf, Ayana, bukannya hiks, maafin sayaaa, hiks"
"Kakak, Jaero pasti udah maafin Kak Arsyad, aku yakin itu. Jaero itu bukan orang yang pendendam apalagi sama abangnya, Jaero itu sayang Kakak, Jaero ga mau kalau Kak Arsyad terus-terusan kayak gini,"Arsyad tidak tau apa jadinya jika tidak ada Ayana dalam hidupnya. Ayana selalu ada untuknya dan keluarga Malik, memeluk dirinya, dan menenangkan dirinya, Arsyad sangat bersyukur memiliki pacar seperti Ayana.
"Kak, yang perlu Kakak ingat, Jaero itu ga pernah pergi dari hidup kita, dia selalu ada sama kita, ngeliatin, ngawasin kita dari atas sana. Jaero akan selalu ada di hati kita, Kak,"
"Karena aku percaya, Jaero pasti masih hidup, entah bagaimana caranya, adik Kak Arsyad itu pasti akan selalu hidup di dalam diri Kakak,"
![](https://img.wattpad.com/cover/249838619-288-k846947.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Arsyad & Jaero
FanfictionArsyad Kaffa Malik dan Jaero Abimanyu Malik, sepasang kakak adik yang tidak bisa dipisahkan oleh apapun. Arsyad dengan perangainya yang lembut, dingin, dan sulit disentuh, Jaero dengan perangainya yang meskipun dingin, Ia tetap tersenyum riang kepad...