Orang orang Bodoh#2.

0 1 0
                                    

Skema Teori. ( 8 )

Dengan demikian,kami semua siap ke tempat itu. Bank. Hanya itulah sebabnya mengapa kami semua berada di jalanan yang mulai melenggang karena kejadian beberapa tahun silam.

Dan sekarang,kejadian itu berlanjut hingga hari ini. Entah akan bertahan sampai kapan. Entah akan bagaimana akhir nya. Pasti kan ada takdir yang memisahkan harapan dari acuan manusia.
Esok. Ataupun suatu saat nanti.

Mobil menderu. Mesin memanas seketika itu juga,saat Norman telah menekan pedal gas. Mobil jip segera melaju, meninggalkan basemen gedung. "Sepi.."

Aarav berujar. Kedua bola mata cokelat nya seakan mengamati setiap senti panorama di sekitarnya. Menyapu segala sisi. "Itu benar.."
Jawaban Norman yang singkat mampu membuat Aarav meninggalkan jendela bening mobil.

Kembali menatap lurus ke hamparan jalanan beraspal itu. Dan ia seakan menyisakan sedikit nya jeda untuk diriku memikirkan apa yang akan terjadi di gedung itu kemudian.

Peristiwa ini memang telah menjadi berita besar dimana mana. Seluruh warga di dunia telah membicarakan nya tanpa henti,semua koran lokal dan koran wilayah DKI memasang fotonya dalam ukuran besar dihalaman utama, televisi dan radio menyiarkan dan mengulas peristiwa itu berulang ulang.

Tapi tetap saja, tak ada yang dapat memberikan diriku sebuah kesimpulan dan sebuah harapan yang kokoh itu.

Mobil akhirnya terhenti sembarang. Kami semua terburu buru menuju ruangan lobi. Menenteng sebuah senjata lengkap. Berlari dan berteriak-teriak seperti orang kesetanan lagi.

Menyuruh. Ah–sepertinya kalimat menyuruh tidak tepat. Kami lebih memaksa,semua orang untuk bersegera keluar dari gedung yang agak kecil ini.
"Ruangan ini bersih Aim!" Aarav berteriak lantang kepadaku. Yang hanya dijawab dengan anggukan singkat olehku.

Tak ada uang yang dicuri. Tak ada apapun. Mereka hanya memborbardir segala isi tempat ini. Lagi lagi,hanya seperdua saja gedung ini hancur oleh bom. Mengapa selalu seperdua? Itulah saja pertanyaan yang lagi lagi menggantung di benak. Aku dan yang lainnya mulai bersitatap. Masih mencoba mencerna segala situasi.

"Apa sudah selesai? Seperti ini saja?"

"Maksud mu kau ingin lebih banyak yang menjadi korban?" Aku mulai menjawab pertanyaan Gian  yang telah sepenuhnya merancu itu.

"Bu-bukan begitu. Aku hanya tak mengerti saja. Tak ada apapun yang dicuri,bahkan mereka pun tidak menyandera para warga. Setidaknya–mereka melakukan itu kan, sebelum pergi.." Aku menggaguk. Mengerti.

"Yeah,ini sangat ganjil.."
Norman berujar santai. Sembari menyuruh diriku,Gian dan Aarav mengikuti langkah kakinya.
Jadilah kami mengekor tepat dibelakang punggung itu. Mencari jalan keluar dari gedung ini. Itu benar,hanya dua jam kami disini. Selebihnya,tak ada yang terjadi lagi.

Tak ada pemberontakan sama sekali. Semua layaknya aman. Sepi dan sedikit sunyi. Tak ada nyawa yang melayang,hanya beberapa warga yang terkena luka ringan. Itupun telah di evakuasi sepenuhnya. Jadi,tugas kami telah terselesaikan.

Tugas selanjutnya adalah pergi ke sarang mereka lagi. Setelah sekian lama kami melacak lokasinya tentu saja. Norman masih tetap teguh berada di hadapan kami semua. Berjalan santai,masih tetap menenteng senjata AK-47 itu.

Aku juga masih tetap melangkah melewati beberapa lorong gedung,menuju pintu kayu yang telah terbuka lebar. Di kanan kiri ku menyusul Gian dan Aarav.

Aku bersiap keluar dari pintu gedung. Menuruni anak tangga perlahan.

Peris pada saat itu, seseorang telah melihat wajah Si target di teleskop,dia tidak menunggu lagi,segera menarik pelatuk senjata api nya, memuntahkannya keluar. Peluru tajam melesat begitu saja. Tembakan yang begitu jitu. Seakan tengah mengincar seseorang untuk di habisi pada saat itu juga!

Skema TeoriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang