Bersanda Gurau.

0 1 0
                                    

Skema Teori. ( 24 )

Ruangan menghening dengan kecanggungan. Hanya kami yang berada di dalam ruangan menyebalkan ini. Atasan ku berada di hadapan kami berdua sekarang. Berargumen bahwasanya misi ini harus di ambil oleh kami berdua. Sementara orang itu sama sekali tak menyetujui hal tersebut.

Aku sesekali menggeleng. Sementara Gian hanya dapat terdiam mematung ditempat.
"Jika kalian mengambil misi itu,kalian takkan pernah bisa menangkap nya. Dengan alasan bahwa orang tersebut adalah teman kalian.."

"Tidak lagi."
Kini Gian telah bersuara. Menajamkan kedua penglihatannya kemudian.

Seseorang terkekeh. Pria berusia sekitar empat sampai lima puluh tahunan itu mulai menunjukkan sederet gigi putihnya. Sesekali menepuk pundak kiri ku perlahan. Yang tak pernah terbalaskan.

"Hey–kalian beberapa tahun lalu saja membiarkan orang itu pergi. Itu fakta!"

"Korban akan tewas lebih banyak jika aku membuat keputusan yang tidak sebanding dengan nyawa.."

"Biarkan kami yang mengambil misi ini."
Pak Kiran menggaguk singkat. Dengan wajahnya yang mendatar. Entah kesal. Entah setuju ataupun senang akan keputusannya sendiri.
Tapi–apakah semudah ini?
Yang benar saja.

Gian menarik pergelangan tangan kanan ku. Menyuruh ku tuk bersegera keluar dari ruangan kerja milik pak Kiran malam itu,karena permintaan kami telah sepenuhnya di setujui.

Tapi kepalaku hanya menggeleng cepat. Menatapnya di belakang punggung ku sesingkat menatap cahaya matahari.
"Aku butuh sesuatu untuk misi ini.."
Ujarku lagi. Kembali menatap mata elang itu.

"Apa?"

"Sebuah tim."
Pak Kiran mulai terkekeh kecil. Lagi. Wajahku mulai menunjukkan keseriusan yang kalut. Aku tidak tengah bermain main malam ini. Akan ku lakukan semua nya dan menyelesaikan misi ini dengan tuntas. Tapi sebelum itu–aku benar benar butuh sebuah tim lengkap.

"Apa yang kau bilang barusan?"
Pak Kiran mulai berujar lagi. Masih dengan sisa tawanya.

"Aku bilang..."
Aku mulai mendekatinya lagi. Berjatuhan tepat di tatapan mata elang itu dengan kesungguhan.

"Aku ingin sebuah tim."

"Orang yang telah banyak mengalami kegagalan memimpin ingin sebuah tim? Lagi? Apa kau tengah bergurau denganku pak Aim?"

"Justru karena itulah aku meminta keputusan ini.
Kegagalan membuat ku semakin menggila.
Karena itu,berikan aku sebuah tim. Sebuah kelompok yang terdiri dari beberapa orang."

"Berapa orang yang kau inginkan?"

"Hanya beberapa. Mungkin lima. Atau lebih juga tidak mengapa.."

"Hanya lima? Akan ku berikan lebih. Disana,kau lihat?"
Ia menggenggam erat bahuku. Ingin menunjukkan sesuatu. Kepala ku menggaguk pelan. Melihat apa yang ia lihat.

Di sebuah kaca besar nan bening itu. Menampakkan keenam pemuda yang bersandar kepada dinding. Memakai seragam mereka yang melekat. Tengah sibuk sibuknya bersanda gurau.
Sesekali menyesap secangkir kopi hitam panas di genggaman mereka.

"Mereka orang orang yang tak memiliki tingkatan cukup baik disini. Kau ingat mereka kan,?"

Pandangan kami kembali menancap satu sama lain. Aku hanya kembali menelusuri apa yang orang ini ingin katakan selanjutnya.
"Hanya itu yang dapat kau ambil. Jika kau dapat mengangkat peringkat mereka. Pangkat khusus mu juga akan meninggi."

"Aku tidak ingin pangkat tinggi. Hanya ingin menuntaskan kasus ini, Terimakasih pak. Aku pergi,Gian–mari.."
Ia menggaguk singkat dan mulai menginjakkan kakinya untuk keluar dari ruangan.

Skema TeoriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang