Tak Masuk Akal.

0 1 0
                                    

Skema Teori. ( 9 )

"Jadi,mengapa mereka ingin menghabisi ayah Aarav dan juga Aarav?"

"Ayah Aarav? Katakanlah secara jelas kepadaku! Siapa ayah Aarav itu,siapa namanya Aim!"
Aku menghela napas panjang lagi. Sebegitu mudahnya kah ia melupakan orang orang yang berada satu ruangan kerja dengannya?

Ini membuat ku lelah. Sangat.

Tentu saja! Sejak dua jam yang lalu ku harus selalu menjelaskan siapa ini,dan siapa lah yang lain. Nama nama mereka,data pribadi mereka– dan yang lainnya. Aku benar-benar tidak menyangka sama sekali bagaimana orang ini dapat dipekerjakan sebagai seorang reserse.

Helaan napas berat terdengar kembali dariku,bersiap untuk mulai menjelaskan kepada nya. Kepada Gian. "Ayah Aarav. Alias pak Satya tewas ditempat tertimpa puing puing bangunan akibat pengeboman besar besaran beberapa hari lalu. Di sebuah studio kantor kita.."

"Sementara Aarav sendiri terkena luka tembakan di pinggang kirinya. Di bawa menuju rumah sakit sekitar pukul 3 dini hari,dan siuman sekitar pukul 5 dini hari. Tewas ditembak mati ditempat pada pukul 8 pagi kemarin,tepatnya di depan sebuah Bank. Oleh senjata jarak jauh–alias M24 atau sniper.."
Sambung ku runtut kepadanya. Sembari sesekali membolak-balikkan kertas catatan yang telah kutulis berjam jam yang lalu.

Gian mangut mangut. Kemudian ikut mencatat perkataan yang baru saja kukatakan kepadanya.
Sementara orang Amerika serikat itu,ia hanya tersenyum seperti biasanya. Tidak membawa apapun di tempat perdiskudisian kita. Sepertinya–otak Norman sudah terlalu encer,hanya untuk mengingat segala hal.

Dan Sadam,sebagai ilmuwan forensik–ia pasti sedang sibuk-sibuknya mengurusi segala barang bukti untuk kembali melacak motif ataupun tempat persembunyian mereka yang baru. Aarav seharusnya berada disini sekarang, menggantikan orang ilmuwan itu,tapi  Entahlah–takdir memang membosankan.

Asap dari kopi hitam membumbung tinggi perlahan. Sedikit demi sedikit,seakan mereka hampir sepenuhnya sempurna memenuhi sepenjuru ruangan. Teror pengeboman akhir akhir ini juga masih menukik tinggi, cepat atau lambat. Mungkin ini akan berakhir. Ataupun tidak sama sekali. Teori konspirasi memang sangat menyusahkan ku. Menyusahkan kami semua.

Tapi mau bagaimana lagi?
Kami takkan pernah bisa lari.

"Mengapa orang itu mengincar Aarav?"
Pertanyaan Norman akhirnya mencuat dari dalam mulutnya. Setelah sekian lama ia hanya tersenyum seperti orang aneh. Ah maafkan aku, sepertinya ia memang orang yang aneh. Dan sialnya,aku juga sama seperti dirinya itu.

"Entahlah..Aarav bukan orang yang memiliki pangkat paling tertinggi disini,dan sepertinya,aku tak memiliki alasan atau asumsi apapun mengenai tewasnya anggota salah satu polisi itu.." Gian akhirnya menjawab pertanyaannya. Kemudian menyesap perlahan kopi hitam nya yang tinggal sepertiga. Begitu juga denganku.

"Dan menurut ku, alasan yang paling logis adalah dendam. Seseorang menaruh dendam kepada nya.." Aku mulai ikut menyelami perbincangan ini.
Sementara Norman dan Gian hanya mangut mangut saja.

"Itu benar. Mungkin memang ada yang menaruh dendam kesumat kepadanya. Tapi kenapa?"

"Ya–kenapa Aim? Apakah kau mengamati sesuatu dari gerak gerik orang itu?"
Gian mulai menanggapi pertanyaan Norman. Mereka berdua menancapkan atensinya tepat kearah ku.

"Aku mengamati nya. Orang yang menarik pelatuk sniper waktu itu adalah pembunuh bayaran. Bukan orang yang benar benar menaruh dendam kepada nya. Ia hanya pesuruh.."

"Kenapa kau bisa begitu yakin dengan argumentasi mu Aim? Apa yang mendorong mu mengatakan hal seperti itu?"
Atensiku mulai sepenuhnya teralihkan kepada Norman sekarang.

Skema TeoriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang