30. -- We Just Need To be Happy --

8.2K 765 106
                                    

********

Aldebaran masih memeluk erat tubuh Andin, dengan nafas yang mulai kembali teratur. Andin tidak ingin menghakimi siapapun, tidak suaminya ataupun Laras.

Mereka berdua pasti sama-sama tersakiti, meski mungkin dulu Laras bersalah, namun tidak bisa di pungkiri, tahun-tahun berat pasti harus di lewati sebab rasa bersalahnya.

Sayangnya kini, semua terlambat, Aldebaran sudah beranjak jauh dari masa lalu itu, meski lukanya belum sembuh sempurna.


Andin membelai lembut punggung suaminya, sedangkan Al masih melabuhkan kepala di bahu Andin, lalu menarik nafas panjang.

“Selama ini saya sendirian ndin, saya gak pernah punya seseorang yang bisa mengerti saya. Saya selalu harus baik-baik aja padahal saya hancur. Saya sakit”

“Sttt, jangan bilang gitu mas, udah”

“Saya hidup dengan banyak pertanyaan yang saya sendiri gak tau jawabannya. Kenapa saya di khianati, kenapa saya di sakiti sebegitunya, apa salah saya, apa kurangnya saya saat itu. Gak ada yang pernah bisa jawab dan semuanya bikin saya terjebak disana selama ini, dimana saya gak bisa keluar”

“Liat aku, liat..” Andin melepaskan pelukannya,
“Maafin sesuatu yang menyakitkan emang gak mudah. Apalagi kamu udah memendamnya sendiri selama bertahun-tahun”

Al masih menatap Andin dengan matanya yang sayu. Jika di katakan, tentu semua orang tidak percaya, bagaimana berantakannya Aldebaran, saat memeluk Andin dengan semua sisa hidupnya yang pernah hancur.

Andin pun masih menata perasaannya, mencoba menyusun puzzle dan semua pertanyaan di kepalanya yang mungkin lebih baik untuk disimpan. Karena setiap luka berbeda cara mengobatinya.

Begitu juga Andin, yang pasti mengerti bahwa Al tidak perlu banyak pertanyaan, dia hanya perlu di terima.

“Aku yakin mas, kalau kamu akan berdamai dengan masa lalu kamu. Semakin cepat kamu memaafkan, semakin cepat kamu akan menerima kedamaian. Kita semua berhak untuk bahagia”

Al menunduk, membiarkan air matanya jatuh lagi. Andin memegang dagu suaminya, lalu mendongakkan nya perlahan

“Ini bukan Aldebaran Alfahri yang aku kenal. Mana Aldebaran yang jagoan, yang pemberani, yang melindungi, yang kuat”

Al menatap lekat Andin, lalu tersenyum sedikit
“Aku, Arga dan sekarang ada Reyna mas. Kita butuh kamu”

“Maafkan saya ndin. Maaf karena kamu harus melihat saya seperti ini”
“Udah. Udah ya” Andin menepuk dan membelai lengan suaminya

“Jangan gini lagi ya, harus sembuh, harus bahagia” kata Andin

Aldebaran mengangguk pelan, lalu menangkup kedua pipi Andin, dia mencium kening istrinya itu beberapa detik lalu tersenyum,

“Makasih ya, kamu sangat berarti banyak buat saya. Semenjak ada kamu, dunia saya jadi jauh lebih berwarna dan jauh lebih baik”

******** 

Al merebahkan tubuhnya di ranjang, sedangkan Andin membawa Reyna dan Arga turun ke bawah untuk bermain.

“Papa, aku ke bawah ya sama adek. Papa istirahat ya” kata Reyna. Dia menyentuh lembut kaki papa nya dan tersenyum manis.

“Iya sayang, main yang baik ya, jagain adek. Papa istirahat sebentar ya, kepala papa pusing” ucap Aldebaran. Reyna mengangguk, lalu menggandeng mamanya yang masih menggendong adiknya

“Tidur sebentar ya, kadang kita butuh istirahat buat nenangin pikiran kita. Aku sama anak-anak turun ya, takut ganggu kamu” Andin melangkah keluar kamar, sesekali dia menoleh ke arah suaminya yang meringkuk di atas ranjang.

SECRET 1 : Story Before DEBARANDINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang