20. -- Hi, Baby --

10.9K 866 154
                                    

********

01:00

Andin masih terisak, dengan tangan Al yang dia genggam. Al masih mengamati suster dan dokter yang sedang mengecek kondisi anaknya, menghitung jari, mengecek telinga, mata dan entahlah apalagi yang di cek, Al hanya melihat bahwa anaknya di bolak-balik oleh dokter itu dengan masih menangis. Tangisan yang membahagiakan Aldebaran.

Dia sudah berhenti menitikkan air mata, berbeda dengan Andin yang masih terus saja terisak dengan senyum yang mengembang di bibirnya.

“Mas, aku mau liat anak kita” ucap Andin lirih
“Iya sabar ya.. lagi di periksa sama dokternya”
“Kok lama?”
“Iya sabar sebentar lagi ya,

Tak lama seorang suster mendekat, membawa bayi mungil yang sudah bersih dari sisa darah yang menempel di tubunya.

“Pak, silahkan anaknya bisa di adzani dulu” kata Suster itu

Al tersenyum lebar, dia menatap Andin sekilas. Al mengambil bayi mungil itu dari tangan suster di hadapannya, kakinya yang mengayun kecil, di sentuh lembut oleh Andin.

Dia tersenyum, kulit halus yang baru saja di sentuhnya, adalah makhluk kecil yang selama 9 bulan ini selalu bergerak di dalam perutnya, yang setiap Aldebaran pergi bekerja, menemani Andin memasak, membaca buku, menyiram bunga-bunga anggrek di belakang rumah milik mama mertuanya.
Yang selalu dia ajak bicara setiap saat. Kini makhluk kecil itu sudah keluar dari persembunyiannya, menemui Andin yang sudah sangat merindukannya.

Andin menatap lekat suaminya yang sedang duduk di sofa yang tak jauh dari ranjang Andin dengan anak mereka di pelukannya,

“Nak, anak mama... dunia mungkin akan begitu keras, tapi kamu harus tetap menjadi lembut.. Mama gak bisa janjikan ke kamu kalau hidup akan selalu tentang bahagia, karena sebelum ada kamu pun, mama sempat gak percaya kalau bahagia itu benar-benar ada. Tapi sekarang mama tau, selama kamu bersama mama, sesulit apapun hidup, semua nya akan tetap menyenangkan” batin Andin.

Suster mendekat ke arah Aldebaran, setelah dia selesai mengadzani anaknya.

“Pak, sudah?” tanya nya ramah
“Oh iya sus, udah” jawab Al
“Maaf, biar saya yang gendong ya”
“Mau di bawa kemana sus?”

“Bayi nya mau saya letakkan di dada ibu nya pak”
“Al menoleh ke arah Andin, yang sedang meringis, entah kenapa. Mungkin karena seorang suster sedang melakukan sesuatu pada jalan lahir anaknya.

Al mendekat, berjalan di belakang suster yang menggendong anaknya. Suster itu merebahkan anak Andin di atas dadanya. Andin terlihat tersenyum dan lagi-lagi menangis terharu.

Dia membelai punggung lembut bayi nya dan menciumi kepala anaknya dengan lembut.

“Mas, lihat.. mirip kamu” ucap Andin,

“Iya, anak papa?”

“Iya dong, kan anak kamu mas. Kaca aja minder liat kamu” jawab Andin tanpa menoleh ke arah suaminya. Matanya terfokus pada bayi mungil yang masih ndusel-ndusel di dadanya. Persis seperti Andin sebelum hamil, yang selalu ndusel di dada mas Al. Tapi Aldebaran juga gitu kadang-kadang ke Andin.

Ok, skip. Baru lahiran..

Aldebaran diam-diam memperhatikan istrinya, menatap Andin dengan senyuman yang manis mengembang dari bibirnya.

Dia menatap lekat wajah Andin yang lelahnya sudah terganti dengan senyum merekah, membelai setiap inci kulit halus anak mereka yang terbaring di atas dadanya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SECRET 1 : Story Before DEBARANDINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang