2. Confusing •

1.9K 269 381
                                    

Membingungkan

Silakan, jangan lupa vote dan komennya 👀😊.

"Dengan Genda, bukan? Kenalin, aku Dion. Haha, kemarin kami tidak tahu kalau bos  kepleset dari tangga. Untung saja ada kamu yang nolongin," kekehnya pelan tak lupa menunjukkan deretan gigi rapihnya.

"Sudah tahu juga, ngapain tanya, Bang? Jelas-jelas ia yang nolongin Bos." Karyawan lain di samping pemuda bernama Dion itu pun lantas mencubit pinggangnya dengan cukup keras.

"Sialan ini. Kan biar akrab!" sinisnya sambil melirik tajam ke arah Rio.

"Salam kenal, Kak Dion," balas Genda sambil tersenyum ramah.

"Aku Rio. Jangan lupa, aku cowok paling tampan di sini sekelas Bang Revan. Tapi ... sebentar, kau beneran cowok, kan? Menurutku, kau itu terlalu manis," celetuk Rio pada Genda sambil merangkulnya pelan. Genda yang merasa risih pun segera menyingkirkan lengan Rio dari pundaknya. Ah, Genda lupa, kalau ia sedang menyamar menjadi pria sekarang.

"Dasar gak jelas, kasihan tuh si Genda. Ia kan nyapa aku, bukan kamu." Dion segera menarik Genda.

"Kau nampak seumuran denganku. Hmm, aku bakal iri, karena kau sudah menolong Bang Revan. Kau pasti bakal dapat tempat spesial sama dia."

"Haha. Kau menyebalkan tau gak, Ri? Lihat, dia jadi risih." Dion pun memutar bola matanya malas lanjut menendang pantat Rio.

"Ekhem, sudah ngobrolnya?" tanya Revan dari atas tangga.

Atensi semuanya pun langsung tertuju pada Revan.

"Pelanggan sudah pada datang! Lagi pada ngapain?" Terlihat Revan yang mengusak rambutnya memakai handuk karena baru saja mandi. Genda pun hanya bisa menelan saliva-nya pelan melihat pemandangan di depannya.Oke, Revan tidak sadar sepertinya.

"Biasa aja kali, cepat tua nanti, hufth...." gumam Rio sambil meniup poni miliknya.

"Aku masih dengar. Sekalipun umurku 1000 tahun, aku akan tetap tampan," narsis Revan sambil berkacak pinggang.

"Maaf, bos kami agak aneh. Jadi, mohon mengertilah," bisik Rio ke telinga Genda.

"Ohh, okelah," angguk Genda pelan dan segera melenggang ke dapur.

Dapur.

"Hai, Kak Friska!"

"Hai, Genda! Oh, Kamu baru, ya? Em,
menurutku kamu terlalu manis untuk ukuran cowok loh, hehe," kekeh Friska pelan.

"Ada-ada saja, Kak." Jangan tanya, pipi Genda memerah mendengar ucapan Friska padanya. Bagaimana tidak memerah? ia takut penyamarannya terbongkar.

"Baiklah, silakan kamu antar ini ke meja nomor tujuh."

"Okay, Kak," angguk Genda, sambil menggapai senampan makanan yang dipesan pelanggan yang dimaksud.

_

Lanjut, Genda pun berjalan perlahan menuju ke meja nomor tujuh. Kaki jenjangnya diangkat dengan begitu ringannya seolah tanpa beban. Ia tersenyum dalam diam. Sungguh, ia merasa bahagia kerena sudah menemukan pekerjaan.

"Ini tuan, silakan menikmati hidangannya." Genda beralih menaruh makanan yang ada di nampan pada pelanggan di depannya.

Genda bisa melihat orang itu lengkap memakai topi, sambil membaca komik.

"Taruh saja," ucapnya dingin.

Namun, saat saat Genda ingin berbalik, orang itu malah memanggilnya.

"Siapa kamu?" tanyanya.

Fall on Deaf Ears (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang