Pemakaman Itu
"Aku tidak peduli mengetahuimu berapa lama, asalkan engkau benar-benar memahamiku."__ Revan Agif Adhyaksa.
Gabrukk!!
"Akh, sakit," ringis Genda pelan menyadari lututnya yang tergores karena terjatuh di trotoar sana. Ponselnya juga sepertinya menunjukkan ada panggilan masuk sedari tadi yang mana ia harus menjawabnya meskipun dengan keadaan yang tertatih-tatih seperti sekarang ini.
Deg!
"A-apa?"
"...."
"Koma?"
"Ah, di sana ternyata! Gen!" teriak Revan dari kejauhan mencoba mengejar Genda. Sial, Revan ternyata kalah cepat dari gadis itu dan mendapati Genda yang sudah naik ke dalam bus.
"Hufthh," hembus Revan mencoba mengontrol laju napasanya.
"Bagaimana bisa ...." lanjutnya. Revan pun kini melintir keningnya yang terasa berdenyut. Dadanya terasa sesak, ia takut Genda tidak akan memaafkannya kemudian ... meninggalkannya.
"Dia selalu saja ingin dikejar olehku, huh!"
Rumah Sakit Emerald
Berapa ya untuk biaya operasinya? Bagaimana kalau beliau .... Hiksss, aku tak tahu. Aku harus dapat uang dari mana.
"Seharusnya aku tidak setuju dengan perkataan pak Ilham kala itu hiks," gumamnya sambil menatap kosong pintu kamar operasi itu.
Flashback on
Genda pun duduk bersimpuh di pinggiran dipan kasur Ilham. Ia juga menatap pria itu dengan wajah yang sendu.
"Kmhoon jngn ber-hhnti k-kkerja," lirih Ilham namun begitu kewalahan karena keadaan dirinya yang stroke. Singkatnya, Genda secara bersamaan merasa sedikit lega karena Ilham ternyata masih bisa berbicara meskipun tertatih, dan di sisi lain ia juga merasa sedih karena belum bisa berbalas budi dengannya.
"Tapi ... saya ingin merawat Bapak di sini, hiks." Genda pun menghentikan kegiatannya sembari menatap sendu Ilham. Bagi Genda ini situasi sulit. Ilham yang sudah ia anggap ayahnya sendiri selama ini pun menolak tawarannya itu.
"Mengapa? Hiks..."
Air mata di pelupuk mata Genda sekarang pun semakin tumpah membanjiri pipinya yang pucat itu. Ia sungguh tak sanggup menerima kata 'kehilangan'. Ya, hidupnya selama ini sudah dihinggapi kesepian yang tak berujung, lantas mengapa kini ia dihadapkan takdir di mana Ilham seolah akan meninggalkannya?
Flashback off
Terbukalah pintu kamar operasi tersebut. Genda yang sedari tadi tidak sabar menunggu langsung menatap penuh harap pada dokter yang baru saja mengoperasi Ilham itu.
"Apa Anda dari keluarga pasien?" tanya si dokter.
"Iya, Dok," angguk Genda cepat.
"Mari ke ruangan saya," perintah orang bergelar Sp.A(K). itu pada Genda untuk ke ruangannya.
__
"Maaf, saya harus mengatakan ini. Stroke yang diderita pak Ilham sudah parah, ada pendarahan bagian otaknya juga, sehingga ia sulit untuk bicara bahkan kini mengalami kelumpuhan di sekujur tubuhnya. Saya selaku dokter akan mengklarifikasi, kesempatan hidup beliau sekarang hanya 3%. Jadi ... kamu cukup panjatkan do'a saja yang banyak kepada beliau untuk saat ini supaya hal-hal baik selalu menyertainya," terang dokter tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall on Deaf Ears (COMPLETED)
FanfictionHujan bukanlah bencana, melainkan secuplik kisah pahit yang sekian lama tidak dilihat ataupun didengarkan. ◉ Revisi setelah selesai. ✓ ◉ Dilarang plagiat, apalagi report ⚠. Belajar menghargai sesama penulis. Menulis cerita itu tak semudah membalikka...