26. Ex •

143 7 0
                                    

Mantan

"Maaf, kau menjatuhkan ini."

Degggg

Srettttt

Orang misterius itu pun menyerobot benda miliknya yang ada di tangan Genda dengan wajahnya yang menunduk baru kemudian berlari cepat menuruni anak tangga di sana. Pun, tak ada ucap sepatah kata apapun yang mana membuat Genda merasa heran.

"Siapa tadi? Dia nampak gugup." Genda pun celingukan mencari batang hidung orang itu yang seolah hilang dengan sekejap.

"Cih, dasar tak berterima kasih," gumam Revan pelan menghampiri Genda.

"Iya, juga sih."

Di tempat lain.

"Kau menyukai Kayla itu?" tanya Silfi sambil menatap anaknya dari samping. Sedari tadi ia melihat anaknya John itu hanya duduk diam sambil menatap jalanan lewat kaca mobil.

"Itu yang ibu inginkan, bukan? Aku akan menuruti semua perintahmu itu," jawabnya dengan tatapan lurus ke depan.

"John ...."

"Apa? harus membatalkan ini? setelah aku kehilangan pacarku yang pertama! dan sekarang ibu ingin aku kehilangan Kayla juga, begitu?" kesal John dengan rahangnya yang nampak mengeras.

"John! rendahkan suaramu!" gertak ayahnya yang posisinya berada di kursi sopir. Diam, John lantas menahan amarahnya. "Tidak ada bedanya," gumam John kesal. "Kalian apa lupa kalau suka berkata kasar juga?"

Flashback on:

6 tahun yang lalu,

1 Januari, 2017

"Kau sekelas dengan Rio?" tanya John pada Genda seraya melirik sekilas ke arah bangku paling belakang pojok kanan. Ya, seperti biasa kalau jam istirahat ia akan mampir ke kelas bawah, alias memastikan pacar barunya itu ada di mana.

"Iya, kenapa?" bingung Genda mengapa pacarnya itu bertanya demikian.

"Okelah, jangan dekat-dekat dengannya. Aku khawatir denganmu," nasihat John sambil mengusak pelan rambut Genda. Gila memang, seharusnya John tak melakukan hal itu di depan kelas karena akan menimbulkan sikap iri sekelas.

"Kita tak jadi ke kantin? Hei, wajahmu kenapa pucat begitu?" khawatir Genda.

"Tak perlu, aku mau ke UKS saja, nanti paling sembuh."

"Aku temani," tawar Genda dan itu lantas membuat John merasa sedikit heran.

"Bagaimana bisa? Kau tak perlu begitu, nanti mengganggu belajarmu," bisik John pelan dan kemudian ia melenggang pelan ke koridor kelas menuju UKS.

"Tidak!" Sumpah demi apapun, Genda jarang melakukan hal ini pada seseorang. Seumur hidupnya ia hanya berkecibaku dengan buku dan tak pernah ingin yang namanya meninggalkan kelas demi seseorang. Sungguh ironis, ia nampak gadis yang tak berperasaan. John yang mana melihat ketulusan dan perubahan sifat dari pacarnya itu pun tersenyum simpul seraya merangkul pundaknya pelan.

Lanjut, setelah mereka masuk ke kelas, keduanya pun lantas berbincang. Untung saja tak ada siswa lain di sana, jadi mereka bisa sedikit leluasa tanpa merasa canggung.

"Kau kenapa bisa demam begitu?" tanya Genda sembari mengompres jidat John yang memang panas tidak seperti biasanya.

"A-aku stress, Gen. Bagaimana jika aku pergi saja dari rumah? Aku juga takut kehilanganmu, karena bagaimanapun pula aku tak ingin kau sampai ayah dan ibuku tahu. Aku tak tahu hubungan kita sampai mana, hanya saja aku merasa jika waktu akan memisahkan kita. Aku sungguh takut akan hal itu. Kumohon, kau tetap bersamaku, ya."

Fall on Deaf Ears (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang