Di antara Kita
Beberapa bulan kemudian,
Vanrevco pun dibuka kembali seperti semula. Walaupun sebagian ada yang belum direnovasi, tetapi setidaknya tidak merubah cita rasa masakan khas restoran itu. Genda, Rio, Friska, dan Dion serta karyawan yang lain akhirnya kembali bekerja dengan tugas mereka masing-masing.
"Hufth, bahkan sampai sekarang aku mengira ayah mau membawaku ke rumah lagi. Ah, tapi di sini lebih menyenangkan karena ada banyak orang dan aku tak kesepian."
Genda POV:
Hari ini sekolah mengadakan acara class meeting yang mana kegiatan KBM pun diberhentikan. Acara tersebut juga mengharuskan setiap kelas mewakilkan setiap anggotanya untuk mengikuti lomba.
"Mari kita panggil perwakilan dari kelas X A," panggil salah satu MC dalam perlombaan menyanyi. Di kegiatan ini, aku sebenarnya tidak menyangka jika Rio yang diambil ketua kelas untuk duet denganku, menyumbangkan suaranya yang merdu itu.
Selang beberapa saat, perlombaan kelasku dengan kelas lain pun selesai.
"Cocok sekali suaramu dengan Rio, Gen."
"Kelas kita pasti bakal menang sih!"
"Ahaha, terima kasih."
Srett, seseorang tiba-tiba menarik lenganku paksa dan membuat dua teman kelasku barusan menatap John kesal.
"Apa? kau senang begitu dengan Rio?" John terlihat marah padaku. Wajahnya mengisyaratkan kecemburuan yang luar biasa karena aku barusan ber-duet dengan Rio.
"Tidak, karena kami hanya ditunjuk saja sama ketua kelas untuk menyanyi di acara ini!"
"Jangan dekat-dekat dengan Rio!"
"Kau cemburu?"
"Iya!"
"Kenapa kau pandai berbohong, John. Aku tahu kau suka dengan dunia tata boga, terus bikin roti, memasak, dan sejenisnya ....," desak Genda yang mana membuat John terdiam sejenak.
"Sudahlah, apa aku terlihat menyedihkan di matamu?" jawabnya dengan sorot matanya yang meminta kepastian.
"Aku hanya mau bilang, lakukan apapun yang kau suka. Tidak peduli perempuan atau laki-laki kita sebenarnya ditakdirkan hidup menjadi manusia, bukan karena aturan aneh dalam sosial itu. Bukan berarti juga cowok yang bergelut di dapur itu akan turun harga dirinya. Tidak seperti itu, John."
"Tapi, Gen!"
"Rio tidak seperti yang kau bayangkan."
"Ia menyukaimu, jadi wajar saja kalau aku cemburu."
"Ya, sudah aku pergi."
"Genda!"
__
"Ini untukmu," aku pun lantas memberikan secangkir teh hangat pada Revan. Ia nampak sedang berdiri di balkon sambil menatap pemandangan di luar sana.
"Jangan mengasihaniku," gumam Revan tak menggubris kedatangan Genda.
Genda yang merasa kecewa pun menaruh teh itu di meja, kemudian beringsut dari sana meninggalkan pemuda itu yang masih dalam posisinya.
Dia bersikap dingin.
Revan yang merasa bosan pun lantas ingin menyibukkan dirinya lagi dengan pekerjaannya. Hampir setengah tahun sejak kejadian itu Vanrevco sudah bisa berjalan dengan normal. Semuanya juga kembali bekerja dengan jatahnya masing-masing. Dan ya ... sejak hari itu Revan lantas menghindari Genda dan bersikap biasa seolah tak terjadi apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall on Deaf Ears (COMPLETED)
Fiksi PenggemarHujan bukanlah bencana, melainkan secuplik kisah pahit yang sekian lama tidak dilihat ataupun didengarkan. ◉ Revisi setelah selesai. ✓ ◉ Dilarang plagiat, apalagi report ⚠. Belajar menghargai sesama penulis. Menulis cerita itu tak semudah membalikka...