Keliru
"Sebenarnya siapa yang kau suka, Gen?" tanya Friska sementara Genda sudah membalikkan badannya dan melenggang begitu saja dari kamar Rio dan Dion itu dengan langkah yang cepat.
"Hei, kau bahkan tak menjawabku! Mau ke mana kamu!" Friska lantas meneriaki Genda yang berlalu pergi di kamar apartemen Rio itu.
"Bukan urusanmu! Jika itu maumu aku akan pergi dari sini."
Gawat!
"Taksi!"
"Ke perkomplekan rumah ini, Pak." Hari pun kian petang dan lagi-lagi hujan mengguyur dengan derasnya membahasahi jalanan kota. Setelah sampai, Genda lantas mendongak menatap bangunan yang megah di depannya. Siapa lagi jika bukan kediaman John dan isterinya, si Kayla. Pintu rumah itu pun kemudian terbuka, dan dengan brutalnya ia mendobrak pintu belakang yang ternyata tidak dikunci sama pemiliknya. Ia pun sebenarnya memencet bel rumah itu beberapa kali sebelumnya, tapi tak ada jawaban apapun dari dalam.
"John! Kayla!" Tidak ada sahutan dari dalam rumah itu yang mana membuat Genda semakin dongkol. Urat-urat tangannnya pun nampak mencuat bersamaan dirinya memegang erat pemukul bola golf yang tentunya ia temukan di salah satu sudut ruangan di rumah itu.
"Sial, di mana mereka. Bersembunyi? Oh, tak akan bisa." Bibirnya lantas berkomat-kamit seolah sedang mengutuk dua orang yang ada di pikirannya sekarang tak lupa dengan tatapan matanya yang syarat akan kebencian mendalam.
"Emphh, siapahh lepash." Tanpa sepengetahuannya, mulutnya malah dibekap oleh seseorang yang mana membuatnya kewalahan untuk sekadar mengambil napas. Kakinya pun memancal berulang kali kerena orang itu mencoba menariknya dengan paksa. Sehabisnya, bahunya pun terasa seperti terhantam oleh tembok batako yang kasar dan membuat sikunya menjadi lecet.
"Siapa kau!" Jengkel, Genda merasa amarahnya kini semakin mengembul ke ubun-ubun tatkala usahanya kini malah diikut campur oleh orang lain.
"Kau lupa denganku?" desak orang itu sambil ber-smirk di balik topeng yang ia pakai.
"Minggir! Aku mau bertemu John dan Kayla, sialan!" Genda pun kembali meronta-ronta tatkala orang itu mencoba mendekap tubuhnya.
"Cih, sok-sok an mau membunuh, kau mau masuk penjara setelah ini?" cegahnya masih dengan posisi yang sama.
"Aku tidak peduli, setidaknya nyawa ibuku terbayarkan!"
"Ada banyak orang yang ingin membunuh John, kau mau salah satu dari bagiannya?"
"Ya! Tetap aku yang akan membunuhnya!"
"Sok pemberani."
Dengan paksa, orang misterius dengan masker di wajahnya itu pun menarik tangan Genda dan menguncinya di sebuah gudang yang tak jauh dari rumah mewah itu.
Malam itu hujan semakin deras dan waktu yang semakin larut, Genda yang kebingungan di ruangan kosong dan lembab bernama gudang itu pun hanya bisa mengela napasnya berkali-kali.
"Siapa pria itu?" Pikirannya kacau ia pun melintir pelipisnya yang menurutnya sangat berdenyut. Karena kelelahan, gadis itu pun terlelap dengan tubuhnya yang bersandar di salah satu almari usang di sana.
Keesokan harinya,
Bunyi sirine polisi pun membangunkan tidur gadis itu. Entah apa yang terjadi semalam membuatnya seperti bermimpi.
"Ah, pagi. Sial, bagaimana aku keluar dari sini." Genda yang sudah kehilangan kesabaran pun mencoba mendobrak pintu gudang itu. Ia pun mencoba mengintip dari salah satu ventilasi gudang rumah milik John itu tapi hanya sebatas dari satu sisi saja yang mana membuat rasa penasarannya semakin meningkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall on Deaf Ears (COMPLETED)
FanfictionHujan bukanlah bencana, melainkan secuplik kisah pahit yang sekian lama tidak dilihat ataupun didengarkan. ◉ Revisi setelah selesai. ✓ ◉ Dilarang plagiat, apalagi report ⚠. Belajar menghargai sesama penulis. Menulis cerita itu tak semudah membalikka...