27. Revenge •

127 7 0
                                    

Balas Dendam

Sementara di lokasi lain,

Bughh!

"Shh, si brengsek ini. Datang juga ternyata." John meringis pelan, merasakan sudut bibirnya yang berdarah karena pukulan keras dari orang yang tiba-tiba datang menghampirinya itu.

"Ahaha, kau sedang apa di basement kosong ini? Kau ingin bunuh diri karena masalah pelikmu itu?" ejek orang itu pada John.

"Apa urusanmu, sialan!"

"Orang tuamu itu kan yang membuat ayahku meninggal, jadi ini impas!" kata orang itu menatap tajam John dan meremas kemeja yang dipakainya.

"Oh, jadi bosmu itu tak mengetahui hal ini, hah? Bedebah sekali. Apa kabarnya kalau dia tahu kalau musuhnya itu ada di dekatnya setiap hari? Aku sebenarnya malu sama Revan, tapi kurasa ada yang harus lebih malu daripada aku! Dasar tak tahu diri, cuih!" decih John pada orang di depannya itu.

Bughh!

John pun lantas tersungkur kembali merasakan bagian dadanya yang sangat nyeri.

"Sini kau sialan! Apa maumu hah? Apa!"

Karena semakin tersulut amarah, John kemudian meraih leher orang itu dan mencekiknya.

"Ka-kalau kau berani melaporkanku, aku akan melaporkan balik tindakan ayah dan ibumu itu. Seharusnya kala itu yang mati orang tuamu, bukan orang tua Revan."

"Revan tak akan menolongmu, keparat!" geram John semakin keras menekan leher orang itu.

"Ia akan menolongku, karena aku membantunya untuk mendapatkan Genda!" smirk orang itu tanda menang.

"..." John lantas terdiam, tangannya yang tadi mencekik leher orang itu perlahan dilepaskan.

Uhuk uhuk uhuk,

Arghhhhh!!!!!! erang John seraya menatap punggung orang itu yang perlahan pergi dari pandangannya. Ia merasa dadanya yang begitu sakit. Teramat sakit karena entah harus membela siapa. 

Eddy POV:

Hari pernikahan Kayla dan John yang kutunggu pun akhirnya tiba. Kayla Meiza Sari, orang-orang pun menyebutnya Kayla—sangat cantik dengan postur tubuhnya yang terbilang tinggi bak model. Di sini ia pun mendedikasikan dirinya untuk selalu patuh kepadaku. Bagaimana  tidak begitu, toh segala biaya perkuliahannya juga aku yang membiayai. Sebenarnya agak tidak tega memasukkannya ke kandang buaya alias ke keluarga John karena ia bukan anak asliku. Namun, apa daya aku juga membutuhkannya dan ia juga segan melakukannya karena ingin membalas dosa-dosa masa lalunya itu. Sungguh, aku merasa beruntung juga memilikinya karena hanya ia yang mampu mengisi kesepianku di kala Genda, anakku yang asli kubuang lima tahun silam tidak ada di rumah ini.

Titik rasa bersalahku sebenarnya semakin besar karena benar-benar membiarkan anakku yang masih belia itu tak mendapatkan hak kasih sayang dariku. Aku ... hanya tak ingin ia bernasib sama seperti ibunya. Jadi, aku hanya ingin ia menjauh saja dariku.

Biarkan ia semakin membenci ayahnya. Biarkan, kurasa dia pantas membenci ayahnya yang biadab ini.

Jujur, sejak masih muda, tepatnya di masa kuliah aku ini mahasiswa yang sangat berprestasi di kampusku. Tak khayal, karena hal itu tak sedikit dari teman-temanku yang iri akan pencapaianku. Memang bukan semua, tapi ada, dan namanya adalah Irza, karibku sendiri. 

Dan ya ... sejak hari itu kisah persahabatanku dengan Irza habis karena kesalahpahaman. Meskipun sudah berulangkali mengalah, tetapi ia masih saja memusuhiku dan sampai detik di mana aku dan ia berkeluarga pun masih sama. Ia semakin membenciku tanpa alasan yang berarti.

Fall on Deaf Ears (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang