Tidak Bisa Mengalihkan Pandanganku
"Gaun? maksudnya apa ini?"
Revan pun hanya bisa terkekeh pelan dengan ekspresi polos Genda.
"Haha. Kau harus memakainya nanti. Mahal lohh itu."
"Tapi ...." Belum Genda melanjutkan kata-katanya, Revan pun hanya bisa tersenyum simpul dan langsung menggandeng lengan gadis itu yang terasa olehnya mengeluarkan keringat dingin.
"Cantik juga. Ah, tapi sayang sekali kau harus bergaya tomboy seperti ini."
Genda pun mengangguk pelan.
"Kalian nampaknya dekat," celetuk wanita itu sambil tersenyum menggoda.
"Maaf Nyonya, saya tidak punya hubungan apapun dengan tuan Revan," timpal Genda tidak terima yang mana membuat wanita itu sontak terdiam dan menatap Revan kecewa.
"Lain kali kau harus lebih cekatan," cibir wanita itu pada Revan yang hanya dibalas dengan cengiran.
Pun tidak tahu mengapa aku di sini. Bagiku ini berlebihan.
"Ya, sudah. Ayo ikut saya," imbau wanita itu sambil menarik lengan kiri Genda menuju ke sebuah bilik tirai.
20.15
"Baiklah, Tuan Revan. Sebaiknya denyut jantung Anda kontrol setelah apa yang saya perlihatkan," sambung wanita bernama Indri itu. Ia pun kemudian menaikkan alisnya beberapa kali.
"Hmm," gumam Revan mencoba tenang.
Hufth. Bagaimana jika aku melihatnya setiap hari seperti ini?
After make-over
"Ya, sudah, Kak Indri. Kita pamit dulu. Sudah ku-transfer uangnya," katanya sambil mengedipkan matanya yang kiri pada wanita itu. Revan juga tidak sadar ternyata di saat bersamaan ia menggandeng lengan gadis itu dan membuat sang empunya terdiam lagi beberapa saat.
"Woah, terima kasih. Semoga lancar, ya!!"
Ah, anak itu sekarang benar-benar sukses.
Revan dan Genda lantas melanjutkan perjalanan.
Hening sejenak. Bayang-bayang di kepala keduanya pun seolah menggedor pintu fakta di mana diri mereka hanya sebatas atasan dan bawahan. Tak lekas dari itu, suasananya pun bak mengundang kupu-kupu putih untuk bersinggah dan berterbangan di perut mereka di malam yang temaram seperti sekarang ini. Pun ketegangan yang tak sanggup dideskripsikan hingga mencuatkan harapan-harapan asmara yang sulit direalisasikan.
"Kita mau kemana, Kak?" gumam Genda, mencoba memecah keheningan yang ada.
"Sebentar lagi kita sampai," jawab pemuda itu singkat masih fokus menyetir kemudinya.
"Oh, begitu," angguk Genda pelan seraya menoleh sekilas ke wajah pemuda itu.
Dia tampan sekali.
Sebuah acara yang tertutup dan hanya dihadiri oleh keluarga saja membuat sekitar lokasi di sekitar rumah sana dijaga ketat oleh beberapa satpam. Udara yang dingin pun semakin menuntun kaki jenjang dua sejoli tadi untuk melangkah menerobos rumah megah itu tanpa keraguan.
Krietttttt
Segala pasang mata pun kini menatap kemunculan Revan dan Genda. Namun, pemuda itu tidak memedulikannya dan malah menggapai jemari Genda yang semakin berkeringat dingin.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fall on Deaf Ears (COMPLETED)
FanfictionHujan bukanlah bencana, melainkan secuplik kisah pahit yang sekian lama tidak dilihat ataupun didengarkan. ◉ Revisi setelah selesai. ✓ ◉ Dilarang plagiat, apalagi report ⚠. Belajar menghargai sesama penulis. Menulis cerita itu tak semudah membalikka...