39. Back to You •

27 4 0
                                    

Kembali Padamu

"Hufth, biasanya jam segini ayah belum pulang dari kantor." 

Genda tidak suka dijemput, jadi ia yang akan mendatanginya sendiri. Ini pun dibuktikan dari bagaimana ia akhirnya yang akan menemui ayahnya terlebih dahulu walaupun telah ditelantarkan selama ini.

"Hmm, ayah mungkin tak enak denganku karena sikapnya itu. Tapi ... tak apa, aku memahaminya. Jadi, biarkan aku yang mendatanginya dulu."

Gadis itu lantas berlari supaya tidak ketinggalan jejak ayahnya itu.

"Ayah!" teriak Genda sambil melambaikan tangannnya beberapa kali, tapi Eddy sepertinya belum ter-noticed

Huh huh huh, gadis itu pun akhirnya berlari dan lebih dekat hingga Eddy menyadari yang ada di depannya itu adalah puterinya yang selama ini ia buang.

"Genda?" Eddy pun terkejut dan inisiatif untuk menemui anaknya terlebih dahulu pun menjadi sirna. Ia lantas menjadi semakin malu sendiri akan sikapnya itu.

Eddy POV

Sebenarnya, aku sudah sangat dongkol dengan si Irza. Kesabaranku kali ini sudah habis dan saatnya menguak bagaimana semua sikap busuknya itu. Selain ada bukti mengenai kasus terbakarnya rumah si Ilham pada tahun 2007, ia juga diduga melalukan tindakan pembunuhan pada pemilik kebun di rumahnya itu karena mengetahui rahasia yang ia sembunyikan. Aku tak bertindak bodoh sama sekali dengan membuat para pelaku kriminal mendapatkan kebebasan seperti itu. Ketiga, setelah kubantu dengan sekuat tenaga bahwa dia tak bersalah pun tapi nyatanya dia berkhianat dengan membunuh isteriku, si Emily. Keempat, dan paling gila, bahkan dia sangat tega dengan keponakannya sendiri yaitu Revan. Dengan kasus yang sama yaitu membakar restoran pemuda tak berdosa itu.

Namun, kini saatnya aku akan memaparkan mengenai tindakan kriminal berantai ini. Bayangkan dari tahun 2007 sampai 2023 tapi seolah tak ada yang menyadarinya. Aku memang sejak itu tak melaporkan langsung mengenai pembunuhan isteriku. Aku juga menyembunyikan bukti banyak karena kurasa menjebaknya adalah tindakan yang tak buruk. Empat kali dalam kejadian tak manusiawi ini pun memang benar terjadi. Sekali lagi, aku tak tahu apakah Revan sebenarnya tahu atau tidak? Atau mungkin saja dia juga punya pemikiran yang sama sepertiku? Ah, kurasa begitu.

Malam ini Genda sudah kembali ke rumah, sebenarnya aku ingin sekali yang meminta maaf terlebih dahulu. Tindakan atas pembuangan darah dagingku sendiri kala itu di rumah tua memang bukan tanpa alasan. Karena tadi, aku tidak ingin kejadian mengerikan menimpa anakku. Ya, sebuah pengancaman pembunuhan kepada anggota keluarga pengacara jika ia benar-benar tidak menuntas perilaku bejat si terdakwa. Naas memang, kini kumerasakannya karena berurusan dengan Irza, isteri, dan juga orang tuanya si Parvez dan Utari.

Aku hanya mampu berharap setelah ini bisa menyelesaikan masalahku tanpa perlu menyakiti anakku lagi. Seharusnya aku menerima takdir mengenai kematian isteriku kala itu. Ya, anggap saja itu kecerobohankan dan kebodohanku di masa lalu. Mungkin, kedepannya aku akan lebih banyak berinteraksi dengan orang yang baik dan tidak manipulative seperti Irza dan keluarganya. 

Mungkin bagi sebagian orang akan bertanya kenapa Irza dan keluarganya itu sangat bejat tapi dia tetap masih bisa hidup seolah tanpa beban. Atau dalam kata lain kenapa tidak dia yang mati saja?

Eddy POV end.

Genda pun hari ini pulang bersama Eddy ke rumahnya dulu. Sesaat memasuki rumah itu, Genda merasakan perasaan yang tak bisa dideskripsikan karena memang sudah sangat lama tergerus oleh waktu dan ruang. Genda jadi teringat terakhir kali ia diusir ayahnya, Eddy, kemudian diasingkan ke rumah tua yang mana lokasinya memang sangat tak lazim. Ia tak menyangka akan menapak di rumah itu lagi. Putaran memorinya mengenai kematian ibunya pun masih sangat terngiang hingga sampai saat ini.

Fall on Deaf Ears (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang