8.

2 0 0
                                    

Danesh langsung menceburkan dirinya saat melihat Tasya masuk ke dalam kolam dengan seragam lengkap beserta sepatu miliknya.

Danesh menyelam masuk ke dalam kolam yang terkenal paling dalam di SMA Galaksi. Danesh khawatir belum melihat keberadaan Tasya. Semakin dalam menyelam hingga hampir menyentuh dasar kolam, namun tiba-tiba Danesh merasakan tulang selangkanya mengalami nyeri hebat. Rasanya sangat nyeri hingga membuatnya terasa kaku. Danesh berusaha menahan napas, sangat susah. Danesh ingat dulu dia hampir mati karena lengannya yang cedera hingga akhirnya dia memutuskan keluar dari club renang. Di lain sisi, Tasya menekuknya tangan dan kakinya di dasar kolam beberapa menit sambil menahan nafasnya. Dinginnya air kolam dan gelapnya dibawah sama sekali tidak membuatnya takut. Rambutnya tergerai dengan gelembung-gelembung dibawah air. Matanya memejam dengan pikiran spontan yang dilakukannya. Saat sepasang matanya terbuka Tasya melihat Danesh mengalami cidera dan terlihat panik.

Dalam bayang-bayang Danesh traumanya kembali terulang. Saat pertandingan semua orang mengharapakan kemenangannya namun Danesh gagal meraihnya. Bayang-bayang manis sang Mama yang mendukungnya tiba-tiba membuat dirinya kaku terasa mati rasa. Sayup mata jelas dengan tatapan dingin yang seolah-olah menyalahkannya. Mamanya sangat mengharapkan kemenangan Danesh, namun dirinya justru menghianati kemenangan itu. Danesh menyesalinya.Mamanya marah karena tau bahwa Danesh memilih keluar dari club renang dan memilih club motor yang yang gak jelas.

Tasya segera menarik pelan tubuh Danesh. Bagi Tasya sama sekali tidak menjadi masalah baginya. Tasya sudah ikut kelas renang dari saat dirinya kelas satu SD. Renang sekedar hobbynya, namun Tasya gak mau jadi atlet renang. Tasya menatap beberapa detik manik mata Danesh dari dalam air, sedangkan Danesh justru menggelengkan kepalanya. Entah kenapa Danesh menatapnya sangat kosong.

Tasya segera membawa Danesh ke tepian kolam renang. Nafas Tasya tersengal beberapa detik. Pada saat itulah Tasya sadar Danesh terlihat sangat lemas.

" Nesh, lengan lo," Tasya hampir menyentuh namun tiba-tiba Danesh menyentaknya yang membuat Tasya sedikit khawatir dan kaget," gue gak bermaksud buat lo jadi kaya gini."

" Lo gila Tasya!" teriak Danesh cukup kencang hingga beberapa anak menatapnya aneh.

" Gue udah bilang sama lo kalau gue bisa berenang."

" Lo mau cari mati gak munculin muka lo dari permukaan? lo mau cari gara-gara. Jangan bikin orang panik.*

" Peduli atau nggak itu bukan urusan lo Nesh."

" Gue percaya gitu aja?"

" Lo khawatir sama gue?"

Danesh menarik nafasnya cukup dalam, lalu katanya kemudian,"pergi dari sini sebelum gue berubah pikiran!" teriak Danesh yang membuat Tasya tersentak kaget menyadari akan kesalahannya.

****

Danesh hanya memakai celana pendek dan handuk putih yang menyelimuti tubuhnya. Namun di celah-celah tersebut dapat dilihat dada Danesh yang bidang dan kekar. Tasya menatap Danesh setelah sebelumnya dia hanya duduk termenung dengan handuk yang menutupi sebagian wajahnya. Tasya sendiri tidak tau sampai kapan akan bertahan dengan kondisi seperti ini. Jika dia mengabari Eriss pasti gadis itu akan sibuk menelpon supirnya untuk segera mengambil seragam ganti. Tasya duduk di arena kolam renang setelah Danesh menyuruhnya pergi namun entah dia kemana.

" Pake ini, lo bisa membeku sampek seragam lo kering. Gak usah nyari gara-gara lagi bikin orang susah. Gue hampir ikutan gila gara-gara tingkah lo yang konyol!"

" Dapet darimana?" tanya Tasya tanpa rasa bersalah walaupun sebenarnya Tasya menyadari kesalahannya.

" Lo gak perlu tau gue dapet darimana. Cepetan pake, gue gak mau anak-anak lain juga ngelihat lo pake seragam basah. Lo bakalan kena rumor terus."

GOODBYE MY CANVAS! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang