42.

6 0 0
                                    

Danesh meninggalkan teman-temannya yang sibuk dengan kembang api kecil sambil bernyanyi diiringi tepuk tangan. Wajah-wajah mereka terlihat bahagia walaupun tanpa sadar baik Danesh, Tasya ataupun Akasha pelan-pelan pergi dengan alasan sendiri.

" Nesh," lirih seseorang dengan nada suara terdengar tidak asing.

Dia Ghea, dia diam-diam ikut merayakan tahun baru bersama tanpa Danesh undang.

" Lo gak perlu nyamperin gue kesini kalau cuma buat masalah baru," ujar Danesh saat mengetahui si pemilik suara adalah Ghea.

" Salah ya kalau gue pengen ngerayain tahun baru juga?"

Danesh sepertinya tidak perlu merespon apa yang telah Ghea katakan barusan.

" Seharusnya gue sampein hal penting ini dari lama," ujar Ghea kemudian.

" Gak ada hal penting lain yang harusnya perlu lo sampein Ghe. Udah jelas semuanya. Gak berubah juga dari dulu."

" Soal kejadian setahun lebih yang lalu. Lo gak bisa tutup mata gitu aja."

Danesh mengepalkan telapak tangannya cukup kuat. Gadis di depannya saat ini berusaha membuatnya mengingat hal-hal yang seharusnya tidak perlu untuk diingat.

" Gue gak mau inget lagi, anggap aja udah hilang dari isi kepala gue."

" Nesh, harusnya lo jujur Nesh ke semua orang gak bisa nyembunyiin semua ini. Lo gak bisa ngorbanin orang lain buat nyembunyiin  semua masa lalu lo. "

" Lo ngomong seolah-olah maksa gue buat ngertiin semuanya. Gimana gue bisa ngertiin orang lain, kalau ngertiin diri gue sendiri aja gak bisa."

"  Soal kejadian pencurian jam tangan hanya akal-akalan lo buat jebak Tasya, jangan sembunyi gue udah tau jalan pikiran lo Nesh," ucap Ghea dengan nada suara datar. Nafasnya ditarik dalam-dalam kaitannya kemudian," gue emang gak suka sama Tasya karena dia terlalu dekat sama lo, tapi gue gak rela kalau lo jadiin Tasya sebagai umpan. Sejauh ini mungkin Tasya anggep lo sebagai teman, tapi lo diem-diem anggap Tasya sebagai musuh Nesh. Gue gak mau lo justru kejebak dalam permainan lo sendiri. Lo punya rencana yang seharusnya emang gak perlu gue ikut campur, tapi sebagai seorang cewek gue gak rela kalau tujuan akhir lo adalah buat nyakitin perasannya."

Semilir dan dinginnya angin laut tak membuat hatinya ikut dingin juga. Tak ada segaris senyuman yang Danesh ukur, hanya kecewa yang gak bisa dijelaskan.

" Berhenti khawatir dengan orang yang sebenarnya sangat lo benci."

" Jujur sama gue Nesh, kalau lo jadiin Tasya sebagai pelampiasan karena lo tau Tasya terlibat dalam kecelakaan setahun yang lalu. Jangan tutup mata,  Tasya gak berhak dapetin itu semua karena dia gak bersalah."

"Dengan sikap manipulatif lo?"

" Bukan manipulatif, tapi empati gue sesama cewek," ucap Ghea memberanikan dirikan untuk speak up," gue gak pernah punya tujuan apa-apa, gue cuma mau lo berhenti buat ngelakuin semuanya ini. Gue sadar selama ini udah banyak salah ke Tasya. Gue sadar kalau sepenuhnya bukan gue yang salah. Lo sengaja manfaatin situasi ini buat balas dendam soal kejadian setahun lebih yang lalu. Lo dengan mudahnya masih bisa nyembunyiin semuanya Nesh!"

" Mama gue udah gak ada, orang-orang apa pernah peduli."

" Nesh, jangan pernah mikir sejauh itu," balas Ghea.

Danesh membuncah, keringat dinginnya terus menetes membashi peluhnya," lo gak bisa ngertiin gue! Mama gue meninggal, Gue! orang yang paling gue sayangi pergi untuk selamanya. Lo tau betapa terlukanya gue saat gue tau kebenaran bahwa Tasya berhubungan dengan kecelakaan setahun lalu? luka itu kebuka kembali Ghe!"

GOODBYE MY CANVAS! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang