" Danesh!" cowok yang dipanggil Danesh tersebut selalu memasang wajah sok dingin setiap cewek-cewek memanggil namanya.
" Gila lo ya. Belum lama putus udah jadi incaran banyak cewek. Jangan-jangan lo pake pelet guna-guna. Dukun mana lo?"
" Edan pikiran lo!"Danesh mendriblle bola basketnya lalu memasukannya ke dalam ring. Bajunya sengaja dibuka kancingnya yang hanya menampilkan kaos putih polosnya.
"Sumpah ada ya modelan manusia pinter kaya lo tapi otaknya minus," cerca Arga.
" Mending lo wudhu, sholat dhuha. Siapa tau setan yang nempel di kepala lo cepet kabur."
" Gue sholat dhuha kalau ada maunya sama yang diatas. Sekarang kemauan gue udah dikabulin jadi sholat dhuhanya dispen dulu."
Danesh masih fokus dengan bola basketnya. Arga terlihat sangat kewalahan mencoba merebut bola basket tersebut dari Danesh. Tenaga Danesh lebih kuat dibanding ya Arga, ditambah tinggi Arga masih jauh kalau dibandingkan sama Danesh.
" Heran gue sama lo udah gak jadi anak jalanan masih aja terkenal. Perasaan dulu lo gak suka basket. Siapa yang ngasih lo mantra sampek pinter main basket."
" Mama," jawab Danesh singkat," Mama gue mantan atlet basket pas SMA. Inceran para buaya, sekarang gue mau belajar jadi buaya."
" Sorry, gue gak sengaja mancing lo Nesh."
Danesh melempar bola basktenya asal," gue berusaha baik-baik aja. Lagian gak bakalan ngaruh. Mau gimana pun manusia gak boleh terus-menerus sedih. Gue masih punya kehidupan lain yang harus dijalanin. Lagian yang dienget emang seharusnya dienget gak boleh dilupain."
Arga mengangguk dan mengerti ucapan Danesh barusan. Arga tau kalau Danesh selalu pura-pura bahagia di hadapan teman-temannya. Arga sendiri gak tau kapan Danesh tumbang memeluk lukanya sendirian.
" Danesh baik hati, murah senyum dan ganteng titisan siapa?" kata Danesh berusaha mencairkan suasana.
" Titisan mama papa dibuat penuh cinta!" seru Arga kemudian," kira-kira digenjot berapa kali ya sampek lo terbentuk jadi kaya gitu?"
" Anjay!" teriak Danesh yang membuat orang-orang menatap ke arahnya. " Sialan lo! bikin otak orang traveling kemana-mana. Ngeres, minta dicuci pake air aki!"
****
" Naf, lo gak niat buat kenalan sama anak pindahan itu. Imut banget, mirip bayi tidur. Sekali-kali lo doyan cewek lain jangan stuck sama
" Munaf gak doyan cewek. Dikejar cewek aja nolak mentah-mentah," balas Danesh yang tiba-tiba muncul membawa sebotol air minum," ngapain sih lo hobby banget gibah. Lo tau 'kan hukum gibah diibaratkan makan bangkai saudara sendiri. Lo mau?"
Arga menggelengkan kepalanya. Mana mau Arga dibilang tukang gibah. Apalagi membayangkan apa yang diceritakan oleh Danesh membuatnya ngeri sendiri.
" Ada nggak sih bahasa yang lebih sopan daripada doyan?" kesal Munaf yang mendengar omongan Danesh barusan
" Brangas?"
" Njirr! itu mah lo! Nesh," kekeh Arga
" Beda sama lo, jomblo dari jaman embrio?" sarkas Munaf
" Zaman embrio gak tuh," kekeh Danesh
Arga menyisir rambutnya. Dan memoleskannya dengan minyak rambut biar kelihatan rapih. Potongan rambutnya dibelah dua. Rambut Arga memang rapih, kalau gak diacak-acak tipe rambutnya jatuh lemes banget. Bahkan kalau rambut Arga gondrong udah dipastikan cewek-cewek bakalan iri sama rambutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GOODBYE MY CANVAS! [END]
Teen FictionTasya harus terlibat masalah di SMA barunya gara-gara gak sengaja jatuhin asbak prakarya di rooftop sekolahnya. Gara-gara itu membuat Ristasya Bestari harus menjadi tawanan Danesh Rahardja, cowok yang terkenal dengan julukan silumannya karena bis...