4.

12 0 0
                                    

" Makasih Nesh."

Danesh mengernyitkan keningnya dengan ucapan Tasya barusan," makasih? lo gak kesurupan 'kan? kayaknya ada yang salah sama otak lo. Besok gue antar ke rumah sakit buat CT-Scan."

" Makasih," Tasya ulangi lagi," biar lo gak salah denger sama ucapan gue tadi."

" Gitu aja? irit amat," balas Danesh sok dingin.

Pandangan Tasya dialihkan ke arah Danesh yang berada di depannya saat ini. Sepasang manik hitam pekat seakan-akan saling terikat satu sama lainnya. Mereka berdua saling diam. Hingga Tasya memberanikan diri untuk membuka pita suaranya," lo kenapa bantu gue? padahal jelas-jelas lo jadiin gue tawanan. Gue gak bisa nilai lo manusia baik atau nggak. Auranya lo bener-bener kuat sebagai manusia dengan wajah siluman. Bukan kata gue, tapi kata penghuni SMA Galaksi. Gue kayaknya agak nyesel ngucapin makasih sama lo."

" Jangan terlalu kebawa rumor. Nikmatin aja masa-masa indah lo di SMA Galaksi."

" Gimana bisa jadi masa indah kalau ranah gerak disini dibatasin sama lo. Orang ngira gue ini punya hubungan sama lo karena tiap ruang gerak lo selalu ada lo gak tau datengnya darimana. Tiba-tiba datang gitu aja gak bisa gue tebak. Image lo udah hancur gara-gara akal lo yang licik banget."

" Gue sekalian jagain lo sebagai anak pindahan."

" Lo siapa? bukan siapa-siapa bisa-bisanya ngomong gitu. Gue kaya gak bisa leluasa sejak jadi tawanan lo. Kaya narapidana yang dituduh kasus atas kesalahan orang lain. Bedanya gue gak punya pengacara buat lepas dari tawanan lo."

Tasya mengetuk-ngetuk ujung sepatu hitam Vans ke atas lantai untuk menetralkan suasana di sekitarnya Atmosfer disekitar mendadak menjadi sangat mencekam.

" Gue emang siluman, gue lagi nyari mangsa dan gue udah dapetin mangsa yang udah lama gue incar."

" Lo itu manusia seribu wajah itu gak bisa ditebak. Kaya kelihatan baik ternyata punya niat terselubung. Gue masih nunggu tanggal main lo dibalik niat terselubung ini. Gue gak akan memberontak apapun yang lo lakuin ke gue."

" Kalau lo penasaran sama gue ikutin aja alur yang gue kasih, jangan melenceng kemana-mana. Nanti lo bakalan tau fakta yang sebenarnya," bisik Danesh ke telinga Tasya lalu meninggalkan Tasya sendirian yang meremas roknya sampai kusut.

" Kita lihat saja nanti!" jawab Tasya sambil menyunggingkan senyum smirknya.

****

Suasana cafe ramai seperti pada umumnya. Alunan musik band dengan musik slow menyatu dengan malam hening yang identik dengan ketenangan hati diantara dunia yang ramai. Tasya meletakan slinbag hitamnya diatas meja putih berbentuk oval.

" Make up lo?" tanya Tasya saat duduk bersebrangan dengan Eriss. Tasya nampak casual dengan rok putih selutut dan kemeja berwarna ungu soft.

" Disita. Gue pasrah."

" Terus?"

" Biarin aja, make up gue udah sering disita. Besok gue beli lagi, dalam hitungan detik semua balik lagi kaya semula."

" Gak kapok?" tanya Tasya kemudian

" Anak Sultan gak kenal sama yang namanya kapok."

Eriss memang berasal dari keluarga berada. Papanya seorang pembisnis properti. Rumor yang paling menghebohkan keluarga Eriss punya aset lain, kontrakan lima puluh pintu. Gak perlu kerja banting tulang, sampai Eriss punya Cicit pun duitnya masih tetap mengalir, maklum Eriss anak tunggal.

GOODBYE MY CANVAS! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang