11.

1 0 0
                                    

Bell tanda pulang sekolah telah berbunyi sejak satu jam yang lalu. Namun aktivitas sekolah masih ramai terutama di lapangan utama, mengingat anak paskibra latihan untuk persiapan upacara di hai seni. Berbeda dengan suasana belakang sekolah dekat dengan tempat pembakaran sampah yang jarang dijamah anak Galaksi dan tidak terkoneksi dengan keramaian.Terlihat tidak ada aktivitas apa-apa selain petugas kebersihan yang telah selesai membakar sampahnya. Terdengar suara seperti dua orang yang saling naik pitam satu sama lainnya.

" Gue mau lo berhenti untuk libatin Tasya dalam masalah lo. Tasya gak tau apa-apa soal lo atau lo sendiri yang bakalan terjebak dalam rencana lo."

" Ini hak gue," sinis Danesh.

" Gue akan beri tau semuanya tinggal tunggu waktu yang tepat."

" Sebagai ajang balas dendam?" balas Danesh gak mau kalah," kalau lo pengen jadi ketua Apholeon silahkan, tapi jangan pernah usik lagi kehidupan yang gue punya."

Sejak dulu Danesh dan Akasha emang gak pernah akur. Bahkan sejak Akasha yang tiba-tiba gabung jadi anggota Apholeon. Danesh naik pitam terlebih lagi tujuan Akasha gabung Apholeon adalah hanya untuk mendapatkan validasi dari orang-orang kalau Akasha lebih dari layak. Dulu alasan Danesh gabung geng motor adalah karena iseng. Selain itu Apholeon terkenal sebagai geng yang taat aturan. Timeline kegiatannya gak ada acara balapan liar. Touring, Galang dana untuk bencana, Jum'at berkah, bakti sosial di panti asuhan. Namun semuanya berubah sejak Akasha datang dan tiba-tiba mengajak Danesh untuk berduel balapan motor. Danesh merasa citra Apholeon sebagai geng motor hilang tiba-tiba. Entah kenapa diakhir Akasha memilih keluar dari geng tersebut, sangat membingungkan. Alasan yang tepat mungkin karena Danesh yang tiba-tiba diangkat menjadi leader sejak leader sebelumnya entah menghilang kemana gak ada kabar lagi. Danesh akhirnya menyatakan mundur, sejak saat itu gak ada lagi yang namanya geng motor. Danesh dan Akasha memilih menjadi siswa biasa aja yang gak dikenal juga sebagai anak organisasi atau golongan anak-anak pintar lainnya.

" Gue gak berniat jadi ketua Apholeon kaya yang lo bilang, tapi soal Tasya masih jadi urusan gue. Jangan tutup mata Danesh, gue tau soal tujuan lo yang sebenarnya."

" Peduli apa lo soal Tasya? gak ada hubungannya sama sekali dengan Apholeon."

" Lo gak yang tau fakta yang sebenarnya atau lo pura-pura nutup diri lo terhadap fakta itu? mau sembunyikan kemanapun lo gak bakalan bisa ngelak dari hal itu. Sampai kapanpun tujuan gue gak berubah, gue gak bakalan biarin orang lain masuk ikut andil dalam masalah lo. Gue udah janji sama diri gue sendiri."

" Sekalipun gue tau fakta yang sebenarnya bukan urusan lo."

" Tapi gue tau soal kejadian setahun yang lalu, lebih dari lo."

" Gak usah bertindak lo seolah-olah tau kejadian setahun yang lalu!" geram Danesh sambil mencengkram kerah baju Akasha," gue gak minta lo ikut campur."

Akasha mengembangkan senyum mirisnya," gue gak biarin orang lain ikut andil dalam masalah lo Nesh!"

" Bangsat lo ya!"

" Gue bakalan cari tau siapa yang bangsat Nesh!" balas Akasha gak kalah sengit," gue gak akan biarin dia masuk ke dalam perangkap lo. Gak akan pernah!"

" Lo manusia bangsat yang pernah gue kenal."

" Lo nyuruh gue buat gak ikut campur, tapi gue gak akan pernah ikut aturan lo!" teriak Akasha sambil menatap tajam ke arah Danssh

" Gue gak biarin itu terjadi!"

****

Tasya menelusuri lorong yang memisahkan antara ruang kelasnya dengan pembatas kelas IPA. Sedari tadi Tasya merasa pikirannya sangat tidak tenang entah memikirkan tentang seseuatu hal.

GOODBYE MY CANVAS! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang