44.

6 0 0
                                    


" Ada yang gue lupain," kata Danesh tiba-tiba menghampiri Tasya sendirian saat senja menatap jalanan Jakarta yang sangat ramai.

Cahaya senja kuning keemasan dipadu padankan dengan lampu-lampu yang mulai menyala satu persatu-satu. Tasya sangat menyukai suasana jembatan penyebrangan. Melihat mobil-mobil yang lalu lalang atau gedung-gedung pencakar langit angkuh dari kejauhan.

" Gue gak suka lo ngikutin gue sampek kesini," kata Tasya dengan nada bicara yang sangat dingin.

" Gue gak ngikutin lo, cuma gak sengaja aja. Mungkin kebetulan."

" Kalau alasan lo pergi ke arah gue cuma buat bales dendam apa belum cukup buat lo?" ujar Tasya.

" Bukan."

" Lo masih belum puas ngusik hidup gue Nesh?" kata Tasya dengan mata memerah yang seolah-olah ingin nengungkapkan amarahnya," kita sama-sama terluka, luka itu dari gue mulainya."

" Gue kehilangan. Saat itulah gue pura-pura kuat."

" Gue udah nerima luka itu, tapi gue gak bisa nerima luka yang terjadi sama lo. Kakak gue   udah bikin mama lo meninggal.Kakak gue meninggal di waktu bersamaan, bahwa gak cuma lo yang kehilangan, tapi gue juga Nesh. Setahun lebih bukan waktu yang singkat Nesh. Lo tau gue juga pura-pura kuat?"

" Karena alasan itulah gue berusaha belajar dari lo Sya. Gue sampai sekarang belum bisa lupa sekalipun tetap memaksa," bela Danesh

" Dengan cara jadiin gue umpan Nesh? lo berusaha buat gue lupa dan bangkit lalu lo jatuhin gue serendah-rendahnya. Itu kan yang lo rencanain dari awal."

" .Tatap mata gue sebentar Sya. Gue butuh jawaban itu."

" Buang-buang waktu gue," cercah Tasya.

Danesh menarik lengan Tasya dan memegang kedua pundaknya erat.

" Sekarang lo jawab jujur. Lo narok rasa buat gue?"

" Udah gila lo Nesh!"

Danesh memeluk Tasya cukup erat

" Itu jawaban yang selama ini gue cari Sya."

" Luka itu masih ada Nesh."

" Nggak untuk sekarang Sya."

" Lepasin gue Nesh!"

" Gue sayang sama lo, tetep seperti ini Ristasya Bestari."

" Gue benci lo Nesh!" isak Tasya dengan suara sesegukan," apakah luka itu akan hilang bersamaan dengan senja Nesh?"

****

" Kenapa sih Nesh, gak mau jujur sama perasaan lo sendiri? Tasya butuh kepastian semuanya. Lo gak bisa mainin perasaan cewek kaya gini. Tasya juga itu lemah Nesh, gak sekuat yang lo kira."

" Lo aja gak pernah pacaran, gimana bisa nasehat lo masuk ke otak gue," kesal Danesh seraya membuang mukanya dari Nara." Mangkanya jangan buku terus yang lo jadiin temen. Sekali-kali perasaan lo jadiin temen juga."

" Susah ya ngomong sama badut darat!"

" Emang ada badut di laut?"

" Tau ah! pusing! "

Dulu obrolan antara Danesh dan Nara selalu seakrab ini. Setelah kejadian setahun lalu semuanya berubah menjadi sangat cepat.

" Lo temenan sama gue dari dulu gak kepikiran buat suka sama gue?" tanya Danesh tiba-tiba.

" Lo bukan tipe gue," balas Nara cepat.

" Tipe lo cowok rajin kaca buku tebal."

" Bisa jadi."

GOODBYE MY CANVAS! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang