13.

4 0 0
                                    

Gadis itu bernama Nara dengan kaca mata bulat dan berbingkai abu-abu yang mulai memudar. Tidak ada kesan ramah yang melekat pada dirinya saat ini. Hidup sendirian dengan adik perempuannya dengan selisih lima tahun. Nara sulit menerima orang baru. Dulu kehidupannya baik-baik aja sebelum ayahnya pergi meninggalkan ibunya sendirian. Mungkin alasan itulah Nara membenci sosok laki-laki dewasa. Ibunya bekerja tanpa memberi kabar tentang keberadaannya dan apa pekerjaan yang dijalaninya. Setiap bulan mengiriminya sedikit uang yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya selama sebulan dan biaya sekolah adiknya.

Nara memakai kaus kaki unicorn salah satu hadiah ulang tahunnya yang ke tujuh belas. Namun kini ujung kaus kakinya di bagian jempol telah berlubang gara-gara tanpa sengaja terkena goresan paku.

" Kak, kaus kakinya kakak. Aku gak papa nunda bayar iuran kelas."

" Gak papa, besok kakak beli baru."

" Aku gak mau lihat kakak pake kaus kaki kaya gitu. Kita tukeran aja ya? besok aku beliin kakak kaus kaki baru pake celengan aku."

" Gak perlu. Kemarin kakak mau beli, tapi kelupaan."

Nara selalu saja berbohong. Dalam kamus hidup Nara tidak mau memberikan kesan kesedihan pada orang lain.

Kaus kaki tidak berharga, namun baginya punya harga. Kata orang-orang yang tidak punya banyak uang.

****
" Kaus kaki lo ada masalah hidup ya gelap sebelah," cibir seseorang cewek berperawakan tinggi.

" Gak fokus kali gara-gara diajak Danesh nikah," timpal temannya," katanya Danesh mau tanggung jawab. Gak nyangka ternyata diam-diam."

Tasya melotot tajam ke arah mereka yang menggunjingnya dari kejauhan.

Plakk!

Sepatu Tasya yang sebelah kanan terbang tinggi mengenai salah satu dari mereka.

" Rasain lo!" kesal Tasya lalu berlari kecil dengan kaki sebelah pincang ke arah mereka," siapa juga yang diajak Danesh nikah. Gila!"

" Dasar lo cewek bar-bar!" teriak cewek yang berperawakan lebih tinggi tadi.

Tasya lalu mengambil sepatunya," sekali lagi gue denger rumor gak bener dari mulut jahanam kalian, lihat aja gue bakalan ngelakuin lebih kejam ketimbang ngelemparin pake sepatu."

Salah satu temannya berbisik lirih," cabut aja. Ternyata cewek ini lebih seram ketimbang singa betina."

Tasya memakai kembali sepatu. Setelah mereka pergi orang -orang masih tetap memandangnya aneh.

" Ngapain lihat-lihat gue? mau ngajak ribut!"

****

Tasya terkejut ketika telapak tangannya ditarik seseorang dari balik sudut tembok, arah keluar dari lorong. Tasya tau siapa yang suka ngelakuin hal itu secara tiba-tiba tanpa ada aba-aba

" Ikuti gue!"

" Bangsat!"

" Ini gue Danesh," ucap Danesh mencoba meyakinkan Tasya.

" Gue tau, siapa lagi yang suka narik tangan gue sembarangan.Lo gak ada niatan nyulik gue kan? secara lo punya dendam pribadi sama gue. Jadiin gue tawanan gak cukup tah?"

" Ngapain gue nyulik lo, kurang kerjaan aja. Lo lebih galak ketimbang singa gunung, gue takut diterkam.

" Pernah lihat singa gunung?"

GOODBYE MY CANVAS! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang