EPILOG

7 0 0
                                    

Tasya meletakan hasil fotonya diatas meja kamarnya. Kini dirinya masih berkutat dengan lukisan. Jemarinya yang lugas menyapukan sapuan bayangan terakhir untuk menyempurnakan hasil lukisannya. Bukan hanya enam orang tapi tujuh orang. Akasha melengkapi lukisannya menjadi lebih hidup sedangkan Danesh menorehkan luka yang membuat semakin berwarna. Pada akhirnya mereka memilih mengalah untuk sebagai jalan terakhir menyembuhkan luka yang sama. 

Matahari  mulai menyingsing  menyentuh papan lukisannya berdiri kokoh dengan kanvas berukuran 30×30 persegi bersibak diantara tirai kamarnya yang tertiup angin. Matanya menatap lekat lukisannya. Meletakan kuas tepat disamping lukisan tersebut.

" Kisah diatas kanvas terakhir yang akan dilukis, mungkin," lirihnya Tasya.

Dengan malas merebahkan kepalanya diatas lengan tangan kanannya. Pikirannya masih berputar ke lima tahun yang lalu. Masa putih abu-abu yang membuatnya menemukan arti cinta yang sebenarnya. Kisah yang tumbuh bersama-sama tanpa disadari waktu berlalu dengan cepat.

Tasya bersiap untuk menyambut hari barunya. Setelah rapih, Tasya bergegas mengendarai mobil hitamnya melaju diantara keramaian kota Jakarta. Kembali ke tempat dimana kisah lamanya resmi berakhir. Waktu semakin berlalu, kini Tasya mempunyai galeri seni yang menampilkan hasil karyanya. Tasya turun dari mobilnya melepas kaca mata hitamnya. Rambutnya dipotong pendek sepundak dibiarkan tergerai tanpa hiasan jepit rambut. Tasya melangkahkan kakinya, heels formal berwarna hitam. Tasya nampak cantik dengan  blazer  semi formal berwarna coklat tua dengan inner putih berpita. Semburat wajahnya terlukis tersembunyi diantara luka yang sudah berlalu. Tasya memasuki galerinya sedangkan para staff sibuk berlalu lalang merapikan karyanya. Senyumnya melebar, karya favoritnya berwarna hitam putih yang menampilkan wajah gadis cantik dengan seragam SMA yang berdiri memegang balon sambil tersenyum mengarah ke arah menara tua.

" Sya, lo apa kabar?" suara itu terdengar tidak asing bahkan pernah mendengar sebelumnya," lama tidak berjumpa, ternyata masih tetap sama gak berubah."

Tasya menolehkan wajahnya dari jarak beberapa meter dirinya mampu melihat dengan jelas seseorang yang pernah hadir dalam halaman terakhir ceritanya. Masih diam dengan tatapan yang sama saling terdiam terbenam dalam pikiran masing-masing. Senyuman itu mereka menampilkan kisah usang diantara lalu lalang pengunjung yang mulai berdatangan di galeri seni miliknya.

" Danesh Rahardja," lirih Tasya," lukisan itu masih tetap ada tanpa sapuan warna pudar."

Dia kembali, masih tetap di langit yang sama tapi dengan cerita yang berbeda.

Danesh Rahardja, kanvas terakhir yang akan selalu abadi dalam lukisannya.
( Ristasya Bestari)

________________________________

THANK YOU YANG UDAH NGIKUTIN KISAH MEREKA

FINALLY  INI BENAR-BENAR CLEAR DENGAN KISAH YANG AKU REVISI BERKALI-KALI UNTUK MENAMPILKAN KISAH LUKA DIANTARA MEREKA BERDUA

SEMOGA KALIAN SUKA
JANGAN LUPA BAGIKAN CERITA INI KE YANG LAINNYA JUGA LOVELY!

FULL LOVE
FRASA

SATURNUS YANG MERINDUKAN BUMI DALAM RUANG CERITA

GOODBYE MY CANVAS! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang