49.

6 0 0
                                    


" Dua tahun lebih gue benar-benar kehilangan orang yang paling gue sayangi," ucap Danesh seraya meletakan sekuntum mawar putih diatas pusara rumput yang menghijau.

" Rasanya sangat sakit. Bahkan terasa mati rasa. Gue ngerasa dunia gue benar-benar hilang," timpal Danesh lagi," lebih tepatnya kita, gak cuma gue doang."

" Gue tau sampai kapanpun luka yang lo miliki gak bisa sembuh Nesh. Semua takdir bermula dari gue."

Danesh menggelengkan kepalanya pelan," benar kata lo. 'Kita' sama-sama kehilangan orang yang berarti dalam hidup. Semuanya udah ditulis gak bisa dihapus lagi. Gue gak mau lihat bumi menangis lagi. Udah cukup bumi nurunin hujan. Gak ada yang kebetulan, kalau gak terjadi mungkin gue gak akan pernah kenal lo."

Tasya menadahkan telapak tangannya sambil menatap langit yang gelap," lebih tepatnya balas dendam."

Jawaban lirih Tasya membuat Danesh menyadari bahwa yang telah terlewati adalah masa-masa yang memang seharusnya dilepas dari dulu.

" Bentar lagi hujan. Lo udah gak takut hujan?"

Danesh menggelengkan kepalanya," gue lebih takut kehilangan orang yang udah berhasil yakinin kalau semuanya bakal baik-baik."

" Siapa?" tanya Tasya kemudian.

" Pertanyaan itu seharusnya gak usah gue jawab, karena lo tau jawabnya," ucap Danesh dengan manik mata kelamnya.

****

Benar, waktu berputar sangat cepat hingga tanpa sengaja udah hapus banyak sekali cerita yang udah ditulis dari awal. Cerita yang memang seharusnya gak pernah hadir tapi terpaksa harus menampilkan kisahnya.

" Gak takut sakit perut gara-gara seblak."

Tasya menyeruput kuah seblak yang sangat segar. Apalagi di malam gini sambil lihat lampu-lampu jalanan. Tasya menyukai makanan pedas dan tidak akan pernah berubah.

" Udah kebal jadi perut gue waras setiap makan pedas taunya. Makan pedas buat gue agak bahagia, dikit.
," balas Tasya yang hanya dibalas tatapan heran heran oleh Danesh," mau nyicip punya gue?"

Danesh menggelengkan kepalanya," orang tuh kalau ngedate makannya yang manis-manis lo malah makan yang pedas."

" Emang kita pacaran? " sarkas Tasya

" Maunya gimana? pacaran sama gue?" pancing Danesh yang membuat Tasya salah tingkah.

Tasya menarik nafasnya dalam-dalam yang membuat lesung pipinya terlukis indah," tapi sepertinya saling ragu, karena lukanya belum sepenuhnya sembuh."

" Gue bakalan tunggu sampai luka itu benar-benar sembuh."

" Tapi gue gak bisa mastiin dalam waktu dekat Nesh," pasrah Tasya.

****

Mereka beralih tempat. Dari balik bukit  Danesh menatap bintang di atas langit. Semburat cahaya bintang menghiasi langit yang berwarna gelap. Ribuan bintang seperti emas-emas yang bergelantungan di atas langit. Suasana malam seperti lukisan indah Starry Night karya Vincent van Gogh, tapi bedanya ini lukisan Pencipta yang paling estetik, tidak bis dibeli tapi bisa dinikmati oleh mereka yang terpesona dengan keindahannya.

Tasya mengembangkan senyum, kemerlap bintang mampu mengembalikan suasana hatinya seperti semula.

" Kalau gue maksa lo nyuri lukisan starry night buat gue, lo mau gak?"

" Gue akan kasih lo ribuan bintang supaya gue gak nyuri lukisan starry night. Lukisan itu akan tetap abadi dengan namanya, Ristasya, sama seperti nama lo di hati gue."

GOODBYE MY CANVAS! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang