18.

5 0 0
                                    

Guys, aku nulis cerita ini gak cuma fokus sama tokoh utamanya aja. Banyak sisi tokoh lain yang perlu aku bahas. Kisah yang aku tulis gak terlalu nonjolin gejolak kisah cinta asmara anak SMA. Aku nyoba nulis sisi lain kehidupan diantara mereka.

So happy reading all!

_________________________________

Dari balik jendela terlihat gumpalan hitam pekat pekat yang menyatu dengan warna langit malam. Bahkan bintang menghindar dan seakan membenci langit malam ini.

Nara menarik nafasnya pelan, lalu menutup hordeng kamarnya. Kamarnya sangat sederhana, tidak ada yang istimewa selain tumpukan buku di rak kayunya yang terletak di sudut kamarnya. Dream catcher bernuansa warna mera bercampur biru menghiasi sudut kamarnya.
Buku bacaan yang terletak berdampingan dengan kaca matanya menarik perhatiannya. Nana membenarkan letak kaca matanya dan mulai membaca untuk menenangkan rasa gundahnya.

Nara menyadarkan dirinya tepat dibawah hordeng kamarnya. Gadis itu membuka halaman demi halaman dari buku yang dibacanya tanpa ada satu halaman yang terlewat. Nara pernah dengar orang-orang bilang bahwa kehidupan itu kaya baca buku, nggak boleh ada satupun yang terlewat. Pada setiap fase pasti ada maknanya tersendiri. Walaupun udah terlewat halaman sebelumnya pasti menceritakan kisah yang masih diingat. Berusaha membuka lembar baru kadang juga bukan sesuatu hal yang mudah buat dilakukan.

Nara menutup bukunya. Melepas kaca matanya. Entah kenapa pikirannya mendadak sesak. Tanpa sadari air matanya mengalir secara perlahan. Nara merasa luka itu menghantuinya kembali. Matanya menelisik, membuka pintu kamar. Adiknya masih tertidur pulas. Setelah beberapa waktu lalu pemilik rumah datang untuk menagih sewa selama setahun. Seharusnya Nara memilih pindah ke kontrakan, tapi Nara benci ruang sempit, mungkin itulah alasannya Nara memilih menyewa rumah walaupun hanya sederhana.
Nana mengusap air matanya. Terkadang benar tanpa sadar masa lalu itu datang tanpa ada kendalinya lagi.

" Hidup emang egois. Hanya orang-orang beruntung yang bisa ngerasain arti bahagia yang sebenarnya. Hidup lebih banyak rasa pahitnya ketimbang manis. Mau gak mau harus tetap bertahan hidup walaupun mati rasa. Bertahan sebentar jangan mati dulu."

Terkadang Nara pengen cerita sama orang lain, tapi Nara takut orang-orang gak percaya sama apa yang dirasakannya saat ini. Tangisnya gak bisa pecah, hanya sesegukan aja tapi ngerasa sesak banget.

" Kak!"

Nara yang tenggelam dengan lamunannya segera beranjak dari kamarnya.

" Kamu kenapa Aina."

" Kak, tolongin aku kak."

" Sebentar sayang. Kakak ambil ponsel dulu."

Nara dengan gerakan cepat Nara segera mengambil tas kecil dan memesan taksi online dengan membawa uang seadanya. Sesampainya disana perawat segera menolong adiknya. Nara menemui dokter, perasaan cemas terus saja menghantui dirinya. Nara takut kehilangan seseorang yang sangat berharga dalam hidupnya.

" Adik saya kenapa dok?" tanya Nara kemudian.

" Usus buntu. Harus segera dilakukan penanganan operasi."

" Tidak bisa sembuh tanpa operasi dok?"

" Hanya itu langkah terbaik untuk menyelamatkan nyawa saudara anda."

****

Suasana rumah sakit sangat sepi, apalagi lorong-lorong terlihat tanpa penghuni. Hawa dingin dan perasaan takut mencekam menyelimuti seisi ruangan. Nara duduk sendiri, pikirannya kacau dengan tatapan mata yang kosong. Hidupnya sangat kosong, matanya terasa berkunang-kunang.

GOODBYE MY CANVAS! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang