| BTLYM - Prolog |

72.7K 1.6K 85
                                    

Tidak ada satu haripun tanpa pertengkaran antara Zayn dan Claire. Setiap harinya selalu ada yang di ributkan oleh mereka, entah itu hal besar atau kecil. Hubungan Claire dan Zayn memang tidak pernah berjalan dengan baik dari mereka masih kecil. Bahkan di saat usia mereka sudah menginjak 17 tahun, hubungan Zayn dan Claire masih sama seperti ketika mereka berusia 6 tahun. Malah kini hubungan mereka semakin dingin. Zayn semakin membenci Claire—tidak menyukai keberadaan gadis itu.

Claire sendiri tidak tahu apa kesalahannya, kebingungan ketika Zayn selalu berucap ketus bahkan begitu dingin pada Claire. Tidak pernah berbicara pada Claire, terkecuali Claire yang memulai duluan untuk bicara pada pria itu. Sikap Zayn yang seperti itu membuat Claire bingung tidak mengerti. Entah apa yang sudah di lakukan Claire—padahal tidak ada tingkah Claire yang membuat Zayn marah.

Terkadang Claire tidak bisa memahami cara pikir Zayn. Seperti siang ini, Zayn tiba-tiba saja mengumpulkan semua keluarga dan mengatakan kalau pria itu akan pergi ke LA untuk melanjutkan pendidikan di sana. Terkejut? Tentu saja. Claire yang tidak ikut bergabung dengan keluarganya itu hanya berani bersembunyi diam-diam, mendengarkan percakapan mereka dengan jantung yang berdetak cepat.

"Kau yakin ingin belajar di sana, Zayn?" itu suara Ethan yang bertanya—sang Daddy yang lebih dulu buka suara.

Zayn mengangguk-angguk kepalanya. "Yakin sekali Dad. Aku sudah memikirkannya matang-matang!" ucap Zayn menyahuti. "Lagipula aku tidak akan sendiri. Aku dan Fellicia akan pergi bersama dan melakukan pendidikan di sana!"

"Kenapa memberitahunya secara tiba-tiba seperti ini Zayn?" Ava—wanita muda cantik itu menatap sang putra lekat.

Zayn mengalihkan pandangannya kearah sang Mommy. "I'm sorry, Mom. Zayn butuh waktu untuk memberitahu Mommy dan Daddy. Sekarang adalah waktu yang pas."

Ethan manggut-manggut pelan. "Daddy dan Mommy tidak akan melarang apapun keputusanmu Zayn. Kau tahu kami selalu mendukung setiap keputusan yang kau, Claire maupun Arthur ambil selagi itu baik. Mommy dan Daddy akan mendukung saja." kata Ethan bertutur kepada Zayn. "Kau sudah memberitahu Mommy Victoria?"

"Fellicia yang akan memberitahu Mommy Victoria!"

Lagi, Ethan memanggut-manggut. "Jadi besok kau berangkat ke LA?"

"Hmm!" Zayn bergumam pelan. "Zayn sudah selesai." kata Zayn bangkit dari duduknya. Ia melangkahkan kakinya—pergi dari ruang keluarga. Menggerakkan kakinya menapaki tangga menuju lantai atas.

Zayn menghentikan langkahnya terdiam menatap gadis di hadapannya dengan tatapan tajam. Pria itu menaikan sebelah alisnya—begitu terlihat tenang.

Claire menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Menatap Zayn dalam. "Zayn kau akan pergi?" tanya Claire pelan.

"Hmm!" Zayn bergumam.

"Kenapa?" Lagi, Claire bertanya. Suaranya bergetar karena menahan tangis. "Maksudku, kenapa harus pergi? Bukankah di Italia juga banyak universitas terbaik? Kenapa harus di LA?"

Zayn menghembuskan napas kasar, melipat dua tangannya di depan dada. "Karena ini sudah menjadi keputusanku!"

"Tapi Zayn ..."

"Claire?!" Zayn menyebut nama Claire—menyebutnya dengan suara tegas. "Minggir!"

Claire menundukkan kepalanya, memiringkan tubuhnya memberi jalan Zayn. Menitikkan air mata—Claire menyekanya. "Maaf kalau keberadaanku membuatmu tidak nyaman Zayn." kata Claire pelan. Namun masih bisa di dengar oleh Zayn.

Between The Lines You & MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang