| BTLYM - 01 |

29.7K 1.2K 70
                                    

Claire menghembuskan napas panjang, meringis pelan ketika ingatannya kembali pada saat dirinya meminta untuk tidak di tinggalkan pada seseorang yang sedari dulu bersama dengan Claire. Ia ingin sekali mengetahui kabar dari orang itu. Namun sepertinya orang itu memilih untuk menjauhi Claire. Sudah beberapa tahun ini Claire tidak mengetahui kabarnya, bukan karena Claire tidak mau mencari tahu. Tapi karena seseorang itu yang memutuskan komunikasi dengan Claire sehingga Claire tidak bisa menanyakan sekedar kabar.

Sudah beberapa hari ini Claire selalu memikirkan pria itu. Sebenarnya hampir setiap saat Claire memikirkannya. Tapi Claire mencoba untuk abai. Ia tidak ingin terlalu memikirkan—bagaimanapun Claire ingin fokus pada kehidupannya.

"Hello Claire? Apa kau mendengarkan aku?" tanya seseorang terdengar sangat kesal pada Claire.

Claire tersentak kaget, bibirnya mengerucut kedepan. "Aku dengar Tifanny." jawab Claire mendengus pelan. Tifanny Aurora, adalah sahabat dekat Claire.

"Mendengar ya?" Tifanny menatap Claire meledek, "Kalau kau memang dengar. Apa yang sedari tadi aku katakan padamu?"

Claire menggaruk pipinya yang tidak gatal. Wajahnya kebingungan karena memang Claire tidak begitu mendengarkan—ia sedang memikirkan seseorang. Menghembuskan napas panjang, Claire mengalah. "Fine! Aku memang tidak mendengarkanmu." kata Claire pelan.

Tifanny memutar bola mata malas. "What you think?" tanya Tifanny memandang Claire.

"Nothing!" jawab Claire seadanya, dia menundukkan kepalanya.

Tifanny menyentuh bahu Claire. "Claire are you oke?" Kembali, Tifanny bertanya.

Mendongak, Claire mengangguk. "Ya, Fann, i'm oke!" kata Claire mengulas senyum tipis. "Ayo ke kelas!"

Tifanny memanggutkan kepalanya. Mereka berdua lalu melangkah masuk kedalam kelas les yang ternyata sudah ramai oleh teman-teman lain.

Omong-omong Claire memilih untuk ikut kelas melukis setelah selesai dengan tugas kuliahnya. Terhitung dalam beberapa hari lagi Claire akan melakukan wisuda kelulusan.

Tiba di dalam kelas Claire langsung menuju tempat duduknya, mendaratkan bokongnya di kursi.

"Claire?" Pria itu menarik kursi ke hadapan Claire. Duduk menghadap gadis cantik itu. "Nanti pulang aku antar ya?"

Claire menatap pria itu. Kepalanya menggeleng-geleng kecil. "Tidak usah Dave. Aku bisa pulang sendiri."

"Claire jangan menolak, ada pria tampan mau mengajak pulang kok di tolak?" Tifanny yang menyeletuk.

Claire mempelototi Tifanny. Baru akan bersuara, Dave—pria yang menghampiri Claire sudah lebih dulu berkata. "See you Claire." kata Dave mengacak rambut Claire.

Tifanny menjulurkan lidahnya, merasa menang karena telah berhasil membuat Claire pulang bersama Dave. Pria yang cukup di sukai banyak mahasiswi di kampus ini.

Claire hanya bisa pasrah. Sebenarnya Claire menolak karena merasa tidak enak karena Dave selalu mengantar Claire pulang. Claire bukan sok jual mahal atau bagaimana, ia hanya tidak ingin orang-orang yang ada di kampus menyalah artikan kedekatan Claire dan Dave.

Ah, hari ini Claire menjalani kelasnya dengan penuh semangat dan banyak senyum.

Siang menjelang sore, tepatnya pukul 3 Claire meninggalkan kelasnya. Ia berniat untuk langsung pulang. Namun urung saat melihat sosok Dave sudah menunggunya di parkiran—di dekat mobil pria itu. Claire berjalan menyusul ke parkiran.

"Dave?" Claire manggil Dave, tersenyum pada pria itu.

Dave tersenyum pada Claire. "Hai, kau sudah selesai?" tanya Dave.

Between The Lines You & MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang