| BTLYM - 24 |

14.7K 880 38
                                    

Saat ini Ava sedang bersama Zayn. Putranya itu sudah menjelaskannya kepada Ava, memintanya untuk tidak memberi izin kepada Claire pergi lusa nanti. Sebenarnya Ava tidak tega melarang Claire. Namun Ava juga tidak ingin sesuatu terjadi kepada putrinya, bukankah mencegah lebih baik dari pada terjadi nantinya? Ia tidak ingin Claire kenapa-kenapa, karena itu Ava setuju dan sepakat dengan Zayn. Walau masih dugaan pria itu—sedia payung sebelum hujan akan lebih baik.

"Zayn..." Ava menghela napas pelan. "Mau jujur pada Mommy? Apapun itu Zayn." lanjut Ava menatap Zayn.

"Soal apa?" Zayn menaikan sebelah alisnya.

"Saat kau datang membawa Claire. Mommy bisa lihat tanda merah di leher dan dadanya. Zayn kau tahu? Mommy menyayangi kalian berdua melebihi apapun yang ada di dunia ini. Saat kau berkata jujur mengenai perasaanmu pada Mommy, apa Mommy marah padamu? Tidak Zayn. Tapi bisakah beritahu Mommy jika apa yang Mommy pikirkan itu salah. Kau dan Claire ... kalian belum sejauh itu bukan?" Ava menatap Zayn lekat, sudut bibirnya mengukir senyum.

Zayn menatap manik mata Ava yang berwarna biru. Tidak ada raut panik atau takut—mengukir senyum kecil, Zayn mengangguk. "Kami sudah bersama. Aku memaksanya, kami menyatu."

Senyum di wajah Ava memudar. Bahunya yang semula tegak langsung melemas. Matanya berkaca-kaca, tidak ingin percaya. Namun telinganya mendengarnya secara langsung.

"Dan aku yang membawa Claire pergi. Sekarang Mommy sudah tahu, apa yang akan Mommy lakukan?" Zayn tersenyum tipis.

"Zayn ini ... kau tahu Mommy tidak ingin percaya ini semua. Tapi Zayn kau tidak membohongi Mommy bukan?"

"Tidak! Aku berkata jujur." kata Zayn pada Ava. "Kami telah menyatu, Mom. Dan aku tidak menyesali apa yang sudah aku lakukan kepada Claire."

Ava kehilangan kata-katanya. Menelan salivanya dengan jangung yang berdetak cepat. Tidak ada keraguan dari nada bicara Zayn, bahkan Ava tidak melihat ada penyesalan di matanya. Mereka memang tidak sedarah, tidak mempunyai ikatan apapun. Tapi Ava tidak menduganya akan secepat ini, ia ingin bertanya kepada Claire. Namun Ava tahu jika Claire tidak akan bisa langsung berkata jujur, dia sangat tahu Claire.

"Mommy bisa apa Zayn?" Ava berucap pelan. "Zayn apa kau benar-benar mencintai Claire?" tambahnya bertanya.

Tanpa berpikir lama, Zayn mengangguk. "Ya, aku benar-benar mencintai Claire lebih dari hidupku." jawab Zayn menatap Ava.

"Mau berjanji pada Mommy?" Ava meraih tangan Zayn dari dalam saku putranya itu. "Kalian sudah besar. Rasanya akan percuma jika Mommy melarangmu dan Claire. Mommy yakin kalian sudah tahu mana yang baik dan buruk. Apa yang telah terjadi kepada kalian berdua, bolehkah Mommy meminta janjimu Zayn? Berjanji pada Mommy jika kau akan terus bersama Claire, menyayangi, mencintai Claire di hidupmu. Mommy percaya padamu Zayn."

"Zayn tidak mau berjanji. Tapi jika untuk menyayangi dan mencintai Claire itu sudah pasti. Sampai kapanpun Zayn akan selalu mencintai Claire. Aku susah payah menahannya selama ini, harus memaksa Claire menjadi milikku untuk mendapatkannya dan jadikan Claire punyaku. Aku pasti akan mencintai Mom!"

"Samantha..."

"Hubungan kami sudah rusak. Dia berselingkuh dengan pria lain!" Menyela, Zayn menyandarkan tubuhnya. "Aku sudah menyelesaikannya bersama Samantha. Tapi dia menolak untuk selesai."

"Lalu bagaimana?"

"Aku tidak peduli. Kami sudah selesai, dia tidak bisa mengganggu aku dan Claire. Mommy tenang saja!"

Ava mengangguk-angguk pelan. Tersenyum pada Zayn—ia lantas keluar dari ruang kerja Ethan. Ya mereka memang bicara berdua di ruang kerja Ethan, karena Zayn yang memintanya.

Between The Lines You & MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang