| BTLYM - 17 |

19.1K 1.1K 91
                                    

Zayn mengulas senyum menatap Claire yang masih tertidur padahal sudah sangat siang. Sepertinya Claire memang lelah sampai-sampai terlelap sangat pulas. Mendekatkan wajahnya pada Claire ia mencium pipi gadis itu dengan lembut. Setelahnya Zayn turun dari ranjang—enggan mengganggu tidur Claire.

Zayn memandangi Apartemen Claire—rapi itu kesan pertama yang Zayn berikan untuk Claire. Memang gadis itu pandai sekali menata ruangan, dulu saja kamar Claire rapi. Senyum Zayn semakin melebar nyaman sekali berada di sini. Ia juga bisa tidur pulas sambil memeluk Claire.

Zayn melihat arloji di pergelangan tangannya, sudah jam Satu siang. Perutnya sudah berbunyi karena lapar. Kakinya bergerak melangkah ke arah kulkas—membukanya melihat isi kulkas. Hanya ada brokoli dan ayam yang sudah di potong, mengambilnya Zayn akan memasak dua menu itu. Jangan meragukan Zayn, sudah tampan dan banyak uang. Di tambah pandai bermasak-itu kelebihan yang tidak banyak orang lain tahu, termasuk Samantha.

Brokoli yang ada Zayn jadikan tumisan, sementara daging ayamnya Zayn bakar lada hitam. Menu yang simple asal bisa membuat perutnya dan perut Claire kenyang. Selesai di masak semuanya Zayn menatanya di atas meja pantry. Dia membuka apron yang melekat di tubuhnya—setelah itu Zayn memutuskan untuk mandi, dan memakai kembali kemejanya.

Saat Zayn keluar dari kamar mandi, ia bisa melihat Claire. Gadis itu sepertinya baru bangun—terlihat dari wajah bantal Claire.

"Sudah bangun?!" tanya Zayn lembut.

Claire menoleh, matanya membulat. Ia berpikir Zayn sudah pulang karena tidak ada di kamarnya. Tapi rupanya Pria itu masih di sini. "Kau masih di sini?!" Claire berbalik tanya.

"Kenapa? Tidak suka!?" Zayn mendekati Claire, mengecup bibir Claire.

"Aku pikir kau sudah pulang!" Claire bergumam pelan.

Zayn terkekeh kecil. "Aku habis buat makan siang, terus aku mandi." ucap Zayn sambil mengancingi kemejanya. "Cepat mandi, kita makan bersama!"

Claire hanya diam memperhatikan punggung Zayn. Dahinya mengernyit keheranan melihat sikap Zayn yang seakan tidak pernah terjadi apapun pada mereka—seperti tidak pernah ada kebencian di dalam diri Pria itu untuknya. Sebenarnya apa yang terjadi apa Zayn? Sikapnya itu, membuat Claire kebingungan sekaligus takut. Lebih baik Zayn membencinya saja. Tapi disisi Claire tidak ingin melihat Zayn membencinya lagi. Entah—Claire bingung.

"Claire sudah belum? Aku lapar." Suara Zayn terdengar. Sepertinya pria itu sudah tidak sabaran.

Claire mendengus kasar. "Belum, aku baru mau mandi." Menyahut, Claire bergegas turun dari ranjang. Meraih pakaiannya dari dalam lemari lantas membawanya ke kamar mandi.

Zayn menunggu sesekali memasukan brokoli ke dalam mulutnya. Ia menyalakan televisi menonton serial dari sebuah situs ternama—sambil menunggu Claire mandi. Matanya melihat ke dalam kamar Claire masih belum selesai. Sampai bermenit-menit berlalu, akhirnya Claire keluar dari kamar mandi. Gadis itu memakai kaus dan celana di atas lutut. Tersenyum Zayn menepuk sofa di sebelahnya.

"Ayo duduk, aku sudah lapar." kata Zayn mengambil piringnya dan langsung melahapnya tanpa berlama-lama.

Claire mengerjapkan matanya. "Kalau lapar kenapa tidak makan duluan!" balas Claire bergumam.

"Karena aku ingin makan denganmu," Zayn menimpali.

Claire tidak menanggapi. Dia menatap menu makanan yang tersaji di atas meja—tergiur karena tampak lezat. Ia menoleh pada Zayn. "Ini buatku?" tanya Claire menunjuk piring yang sudah siap oleh nasi dan lauknya.

"Mmm, aku sengaja dinginkan!" jawab Zayn tanpa menoleh.

Mengulas senyum, Claire meraih piring itu. "Terima kasih!" gumam Claire seraya melahap hidangan yang Zayn siapkan. Mereka sama-sama diam menikmati makan siangnya sambil menonton serial di televisi.

Between The Lines You & MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang