| BTLYM - 35 |

14.2K 1K 91
                                    

Hi, i'm back. I'm sorry ya kalau kelamaan Updatenya. Aku sebenarnya bisa update dari kemarin-kemarin. Cuma aku nggak sreg alurnya jadi aku harus merevisi alurnya sampe akhirnya aku sreg hehe :D.

Btw, apa kabar? Semoga sehat selalu di manapun kalian berada ya ❤️.

Semoga kalian suka sama kelanjutannya ya 🥰.

Vote dan komentarnya jangan lupa ❤️.

Happy Reading ❤️.

***

Keesokan Harinya.

Zayn duduk termenung di dalam kamarnya menatap kekacauan yang ia buat kemarin. Pecahan kaca dan beberapa pecahan dari barangnya berserak di lantai. Menghembuskan napas panjang, Zayn memijat pangkal hidungnya pelan.

Zayn beranjak dari duduknya. Berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Mungkin air akan membuat Zayn merasa lebih baik dan segar. Ia tak boleh terlalu larut dalam kesedihan bukan? Jadi, Zayn berusaha untuk kembali bangkit dari rasa menyakitkan yang hingga pagi ini masih saja terasa menyesakkan.

Tubuh Zayn berdiri di bawah guyuran air shower yang dingin. Tangannya terkepal kuat, sesekali ia menghembuskan napas kasar. Dinginnya air membuat Zayn merasa lebih baik. Kepala Zayn mengadah-wajahnya terkena siraman air dingin. Setelah di rasanya Zayn sudah merasa lebih baik-ia menyelesaikan mandinya. Melangkahkan kakinya ke walk in closet untuk berpakaian.

Pagi ini Zayn hanya menggunakan kaus lengan pendek dengan celana pendek Chino shorts berwarna putih. Dia lalu memakai arloji di pergelangan tangannya. Memandang lukanya yang ada di punggung tangannya-tidak sesakit yang ia rasakan di dalam hatinya.

Selesai berpakaian, Zayn keluar dari kamarnya. Berjalan menuju kamar Claire-memeriksa keadaan dari wanitanya. Membuka pintu kamar Claire, Zayn menatap tubuh wanitanya yang masih terbaring di ranjang.

Zayn mendaratkan bokongnya di pinggir ranjang. Tangannya terulur membelai pipi Claire lembut, menatap wajah tenang Claire yang masih terlelap.

"Zayn?" suara Claire begitu serak. Perlahan kedua matanya terbuka-menatap kepada Zayn.

"Hm," Zayn bergumam.

"Bukan mimpi ya!?" Claire bertanya lirih.

Zayn menggeleng pelan. Bibirnya melengkungkan senyuman. "Bukan!" kata Zayn berbisik.

"Bayinya benar-benar sudah tidak ada?" Air mata mengalir dari sudut matanya. "Aku tidak bisa menjaganya."

"Tidak, kau bukannya tidak bisa menjaga bayi kita." Zayn mengusap pipi Claire. Menyekakan air mata dari sudut mata wanitanya. "Jika saja dari awal kau tahu, aku yakin kau pasti akan menjaganya dengan baik!"

Claire menatap Zayn dalam. Kepalanya mengangguk-angguk-tentu saja. Ia akan menjaga bayinya jika saja Claire tahu lebih awal.

"Jangan bersedih lagi. Meskipun bayi kita sudah tidak ada, tapi dia akan tetap tumbuh di sini..." Zayn menyentuh dada Claire. "Bayi kita akan selalu ada di hati. Selamanya akan tetap mengalir di dalam diri kita berdua." lanjut Zayn mengulas senyum.

"Maaf ya Zayn!"

Zayn mengangguk-angguk kepalanya. "Tidak apa-apa!"

Claire bangun dari tidurnya. Menyandarkan tubuhnya sejenak-lalu beranjak dari ranjang, hendak ke kamar mandi. Namun pergelangan tangannya di cekal-tubuhnya di tarik kebelakang. Tak lama tangan kekar milik Zayn melingkar di perutnya.

"Aku mencintaimu!" Zayn berucap, mencium bahu Claire. "Sangat mencintaimu."

Claire tak membalas, memilih bungkam dengan air mata yang berderai.

Between The Lines You & MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang