| BTLYM - 19 |

18.8K 1K 84
                                    

Terhitung sudah Dua hari Ava tidak bisa menghubungi putrinya. Apartemen Claire selalu kosong setiap kali ia datang untuk memastikan Claire di sana. Tidak tahu putrinya ada di mana, sebagai seorang Ibu Ava benar-benar khawatir. Dia bahkan tidak bisa menutupi kesedihannya pada Ethan. Ia khawatir, takut terjadi apa-apa pada putrinya itu.

Ethan sendiri sedang mencari Claire. Pria itu mengerahkan semua orang-orangnya untuk menjadi Claire. Tapi masih belum ada informasi apapun. Dia ingin Putrinya secepat mungkin—seharus Ava tidak membiarkan Claire tinggal sendiri tanpa seseorang yang menemaninya.

Ava sangat memikirkan Claire sampai-sampai untuk memikirkan dirinya sendiri saja Ava tidak sempat. Beberapa teman Claire sudah Ava datangi untuk sekedar bertanya. Namun tetap tidak ada satupun dari mereka yang tahu kemana Claire pergi. Bahkan penghuni samping Apartemen Claire—mereka tidak ada yang tahu kepergian Claire.

"Mommy?!" Arthur melangkah masuk ke dalam kamar, dengan membawa nampan berisikan makanan. "Sudah siang makan dulu!"

Ava menggeleng pelan. "Mommy tidak lapar, Arthur!"

"Mommy jangan seperti ini. Nanti kalau Mommy sakit bagaimana?" Arthur menatap Ava lekat. "Kakak pasti ketemu. Kita akan berkumpul lagi nanti."

Menggeleng, mata Ava berkaca-kaca. "Mommy tidak tahu Putri Mommy di mana."

"Mom..."

"Seharusnya Mommy tidak meninggalkan Claire sendirian. Ini salah Mommy karena memberi izin Claire meninggalkan rumah." menyela Ava berucap lirih.

"Kalau Daddy tahu, pasti Daddy marah karena Mommy tidak mau makan." Arthur menyeka air mata Ava lembut. "Mom, aku yakin Kak Claire juga akan marah kalau Mommy seperti ini. Apa yang sudah terjadi biarkan terjadi, tidak ada yang perlu di salahkan."

Ava tersenyum tipis, memeluk tubuh Arthur erat. Matanya terpejam membayangkan wajah Claire, Kamila—maaf aku lalai menjaga putrimu. batin Ava lirih.

"Makan ya, Mom?" Arthur melepaskan pelukannya kala Ava mengangguk. Dia menyuapi Ava hingga sang Mommy menghabiskan makanannya. Senyum Arthur tidak pernah pudar—ia juga mencari-cari keberadaan Kakaknya itu.

Ava tersenyum tipis. Tangannya terulur mengusap lengan Arthur. "Daddy belum pulang?" tanya Ava serak.

"Belum, Daddy pasti masih mencari Kak Claire." jawab Arthur memberikan segelas air pada Ava. "Habis, aku akan lapor pada Daddy kalau Mommy sudah menghabiskan makannya."

Ava tertawa kecil. "Jadi ini karena perintah?!"

"Mmm, tidak juga." Arthur terkekeh geli. "Mommykan Ratunya kami. Jadi Ratu harus di utamakan!"

"Terima kasih, Arthur."

"Mommy mau sesuatu biar Arthur ambilkan?" Arthur menatap Ava lekat, meraih sebutir nasi yang menempel di sudut bibir Ava.

Ava menggeleng-geleng pelan. "Mommy mau istirahat saja sambil tunggu Daddy pulang!" kata Ava tersenyum.

"Ya sudah, Arthur ada di kamar. Kalau Mommy mau sesuatu beritahu Arthur saja ya." balas Arthur mengecup kening Ava. Ia membawa nampannya kembali. "Istirahat, Mom!"

Ava melambaikan tangannya ke arah Arthur. Kepalanya tertunduk memandang kosong selimut yang menutupi setengah kakinya. Claire—dimana sebenarnya gadis itu berada? Kenapa tidak memberinya kabar sama sekali. Ia akan menghukum gadis itu bila pulang nanti lihat saja, terkekeh Ava mendongak menghalau butir bening yang sudah mengenang di pelupuk matanya.

***

Ethan membuka pintu ruangan Zayn dengan kasar. Napasnya memburu menatap sang Putra penuh amarah, pria itu baru terlihat siang ini setelah kemarin menghilang. Bukannya ingin menuduh—Tapi di saat yang bersamaan Claire juga menghilang. Entah mengapa Zayn yang langsung terpikirkan oleh Ethan.

Between The Lines You & MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang