| BTLYM - 30 |

14K 972 103
                                    

Hi, aku double up ❤️.

Di persilakan untuk berkomentar dan bervote hehe :D.

Happy Reading ❤️.

***

Claire tidak tahu apa yang terjadi pada Zayn hari ini. Padahal pagi tadi Zayn masih sangat amat hangat kepadanya. Kenapa Zayn terlihat marah setelah pulang dari kantornya?

"Zayn kau serius?" Claire menatap Zayn dalam. Sesekali menyeka air matanya yang terus berlomba-lomba untuk berjatuhan. Tubuhnya semakin menggigil.

"Ya!" Zayn mengangguk. "Kau bisa pergi. Sekarang kau bisa lari dariku. Bukankah kau selalu memintaku untuk melepaskanmu? Sekarang aku sudah menuruti permintaanmu itu."

"Tapi kenapa?"

"Karena itu permintaanmu. Dan lagipula, aku tidak membutuhkanmu lagi. Kau bisa pergi dari mansionku, sekarang!" kata Zayn datar. Tangannya terkepal kuat. "Setelah ini, jangan pernah menampakkan wajahmu di hadapanku." Setelahnya, Zayn beranjak pergi. Melangkahkan kakinya menjauh dari Claire.

Isakan lolos dari bibir Claire. Tubuhnya lemas sekali, Aku tidak membutuhkanmu lagi!—Zayn baru saja mengatakannya. Jadi benar bukan? Zayn memang hanya menganggapnya mainan di atas ranjang.

Claire menyeka air matanya. Harusnya ia senang karena Zayn memberikan izin untuk dirinya pergi. Tapi mengapa ini malah sebaliknya? Kenapa Claire malah terluka mengetahui Zayn tidak menginginkannya lagi? Bukankah ini yang Claire inginkan? Lalu kenapa ia harus merasa terluka.

"Aku tidak menyangka. Sebelum merebut Zayn, ternyata dia sudah membuangmu lebih dulu!" Samantha berucap di belakang Claire. Menyaksikan secara langsung—Zayn mengusir Claire. "Selamat Claire, kau sudah di buang!"

Claire hanya diam, terisak pelan. Kepalanya mengadah—menatap pintu kamar Zayn yang tertutup. Zayn kau kenapa? batin Claire lirih. Ia masih terus menatap ke atas—sampai ia melihat Samantha mengetuk pintu kamar Zayn. Tak lama, pintu terbuka ... dan mereka berciuman panas. Terisak—Claire memejamkan matanya, menarik napas dalam-dalam, lantas membuangnya pelan. Dia membuka mata, tatapannya bertemu dengan mata Zayn ... mereka masih berciuman. Tanpa sepatah katapun—Claire meninggalkan mansion Zayn ... dengan sesak dan hancur pada hatinya.

Claire membekap mulutnya, mual itu kembali. Belum lagi pusing pada kepalanya bertambah berat. Pandangannya berkunang-kunang, tetapi tidak. Ia bisa dan kuat-secepatnya Claire harus pergi dari tempat ini. Seperti yang Samantha katakan, ia harus sadar diri karena pemilik tempat ini sudah mengusirnya.

"Nona, anda baik-baik saja?" tanya seorang penjaga di sana. "Anda mau pergi ke mana? Apakah Tuan..."

"Ya, aku baik-baik saja!" Claire mengangguk, mengulas senyum. "Bisakah aku minta tolong?"

"Tentu, apa yang bisa saya bantu?"

"Tolong antarkan aku sampai ke depan gerbang. Kepalaku pusing sekali!" ucap Claire lirih.

"Baiklah, ayo!" sahut penjaga itu seraya menuntun Claire hingga ke depan gerbang. Sambil berjalan menuju gerbang, sesekali penjaga itu menatap Claire khawatir. "Anda baik-baik saja? Wajah anda sangat pucat!"

Claire mengangguk, "Ya, aku baik-baik saja. Hanya pusing sedikit!"

Setibanya di depan gerbang, Claire melepaskan tangan si penjaga yang semula menuntunnya. Menyandarkan tubuhnya pada kokohnya beton—pusing di kepalanya membuat Claire mual. Beberapa kali penjaga itu menanyakan keadaannya, yang selalu Claire jawab—baik-baik saja.

"Anda tidak mau saya panggilkan, Tuan Zayn?" tanya Penjaga itu.

"Tidak, aku bisa sendiri!" jawab Claire tersenyum.

Between The Lines You & MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang