| BTLYM - 31 |

12.1K 803 50
                                    

Hi, ada yang masih melek nggak? Hehe selamat malam selamat beristirahat ❤️.

Aku baru banget selesai nulis ini. Tadi pun sempat ke publish padahal belum selesai huhu 🥺.

Bantu aku koreksi ya takut ada typo/kelewat ❤️.

Jangan lupa vote dan komentar ❤️.

Happy Reading ❤️.

***

Keesokan Harinya.

Claire baru saja keluar dari walk in closet. Pagi ini ia merasa jauh lebih baik, tak lagi mual-mual seperti kemarin. Setelah hari kemarin Claire tidak ingin seperti wanita bodoh lagi. Ia akan menjalani kehidupan baru—dengan melupakan yang pernah terjadi di hidupnya ... bersama Zayn beberapa bulan terakhir ini.

Claire berdiri di hadapan cermin. Mengumpulkan rambutnya dan mengikatnya menjadi satu. Baiklah! Claire mari jalani hidupmu seperti sebelumnya ... lupakan saja! batin Claire menyemagati dirinya. Membalikkan tubuhnya—Claire melepaskan gelang pemberian Ava seraya menggantinya dengan jam tangan pemberian dari Victoria saat ia berulang tahun di usia sebelas tahun. Setelahnya Claire keluar dari kamarnya—turun ke lantai bawah.

"Aku memelukmu dengan sepenuh hatiku, memberikanmu ketenangan dari rasa panikmu. Tapi apa yang kau lakukan pada putriku? Kau mematuk putriku memberikan racun mematikan kepadanya."

Langkah Claire memelan. Dahinya mengernyit kebingungan mendengar suara Ava. Wanita itu berteriak pada seseorang—tak tahu sedang bertengkar dengan siapa. Penasaran, Claire mendatangi sumber suara Ava.

"Maaf! Aku menyesal telah melakukannya!"

"Apa penyesalanmu akan memperbaiki segalanya? Claire salah apa kepadamu!?"

Claire menghentikan langkahnya. Menatap Tifanny yang sedang berlutut di hadapan Ava. Di sana keluarganya berkumpul memandang kecewa pada Tifanny. Napas Claire memburu—dadanya sesak mengingat apa yang sudah Tifanny lakukan kepadanya.

"Maaf!"

"Tifanny, aku sangat menyayangimu karena kau sahabat baik putriku. Tapi kenapa kau setega ini?" Ava masih tetap memandang Tifanny kecewa. "Bagaimana jika Zayn telat datang? Apa yang akan terjadi kepada putriku, Hm?!"

Tatapan Claire beralih pada Ava. Untuk pertama kalinya Claire melihat Ava semarah ini. Sebelumnya ia tak pernah melihat Ava marah. Bahkan bisa di katakan tidak pernah marah. Namun yang Claire lihat saat ini, benar-benar seperti bukan Ava.

"Aku menyesalinya. I'm really sorry, Aunty. Seharusnya aku mendapatkan balasan yang setimpal." isak Tifanny lirih. "Tapi tidak, Zayn malah memberikanku kesempatan untuk tetap hidup. Maafkan aku!"

"Dengan mudahnya kau meminta maaf? Sedangkan perbuatanmu sulit untuk di maafkan." Menyahuti, Arthur menatap Tifanny sinis. "Actingmu luar biasa sekali, sampai-sampai kami ... terutama Kakakku tidak menyadari seberapa berbisanya dirimu!"

Tifanny masih tetap terisak. Diam menerima perkataan keluarga sahabatnya yang baru saja ia khianati. Tak apa, ini memang salahnya yang sudah terlalu jahat.

"Maaf Tifanny..." Ava menyeka air matanya. "Tante akan sangat sulit memaafkanmu. Apa yang kau lakukan kepada Claire sangat mengecewakanku. Kami percaya padamu, tetapi ini yang kami dapatkan. Jangan meminta maaf padaku atau yang lain. Tapi minta maaflah pada Claire, karena dia yang sudah kau rugikan dalam hal ini." sambung Ava pelan.

Tifanny mengangguk-angguk kepalanya. Dia mengadah—menatap Ava. "Aku mengerti itu. Tak apa jika kau belum bisa memaafkanku, tetapi aku berharap kau bisa memberikan maafmu di kemudian hari."

Between The Lines You & MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang