| BTLYM - 29 |

12.2K 843 62
                                    

Pagi ini Zayn pergi ke hotel dimana ia menemukan Claire. Hari ini juga Zayn akan membalas perbuatan Stevan, dia tidak ingin menundanya terlalu lama. Wajah ketakutan Claire—tangis wanitanya menjadi bukti seberapa brengseknya Stevan memperlakukan Claire.

Zayn membuka pintu hotel dengan cara menendangnya. Tatapan matanya langsung terarah pada Stevan yang duduk di kursi—terikat, pria itu tidak berkutik. Wajahnya sangat menyebalkan di mata Zayn, sehingga dengan langkah tergesa-gesa Zayn menghampiri Stevan kemudian melayangkan pukulan pada wajah tampannya.

"Ah, shit!" Zayn mengumpat pelan. Mengusap-usap tangannya yang kebas. "Maaf, aku paling tidak suka melihat ada sesuatu yang menyebalkan di mataku. Sampai rasanya aku ingin membuat wajah itu tidak menyebalkan lagi!"

Stevan menatap Zayn tajam. Bibirnya perih karena sudah pasti robek. "Zayn Sylvester's?"

"Yeah? It's me?" Zayn menarik sudut bibirnya. "Ada apa? Kau ingin bicara padaku, katakan sekarang!"

"Menjijikkan!" Stevan mendecih kasar. "Kau orang menjijikkan yang pernah ada di dunia ini, menidurkan adiknya demi kepuasan sendiri."

Tertawa, Zayn terbahak-bahak. Kepalanya menggeleng pelan. "Adik?" ulang Zayn terkekeh. Ia mendesah pelan—menendang kaki Stevan kencang. "Kau sepertinya kekurangan informasi, kenapa? Apa jalangmu tidak memberikan informasi banyak? Mau aku beritahu?"

Stevan menaikkan sebelah alisnya.

Zayn tersenyum miring. "Baiklah, aku akan memberitahumu..." menjeda, Zayn berjalan memutari Stevan. "Claire Sylvester's, dia bukan adikku. Kami tidak memiliki ikatan darah seperti ikatan pada Adik-Kakak di luar sana. Jadi ... tidak ada larangan untuk kami tidur bersama, karena kami tidak ada hubungan darah." sambung Zayn berhenti di sisi kiri Stevan.

"Kau pikir aku percaya?"

"Bukan urusanku kau percaya atau tidak!" Zayn berdiri menghadap Stevan. Meraih tangan itu seraya menepuk-nepuknya. "Kau tahu, tangan ini terlalu lancang menyentuh milik orang lain. Menurutmu, aku harus melakukan apa pada tangan lancang ini?"

"Menjauh dariku, brengsek!" Stevan berteriak, menggerakkan tubuhnya.

"Sebentar ... sepertinya balasan ini cukup untukmu." kaga Zayn dan langsung mempatahkannya—senyum puas menghiasi wajah Zayn—mendengar teriakan kesakitan Stevan. "Ah, andai saja tanganmu itu tidak lancang. Pasti saat ini tanganmu masih baik-baik saja."

Stevan masih kesakitan, memandang tangannya yang patah karena Zayn.

"Sebelum aku datang, apa yang kau lakukan kepada milikku?" Zayn berlutut di hadapan Stevan-menatap pria itu lekat. "Jari-jarimu ... apakah dia menyentuhnya?"

"Kau melindungi seorang wanita yang tidak mencintai dirimu?" Stevan membalas tatapan Zayn. "Wanita yang hanya mencintai, Dave Thomanson!"

Zayn terdiam, alisnya terangkat sebelah. Senyumnya merekah miring. "Benarkah? Wanitaku, mencintai Dave Thomanson?" tukas Zayn datar. "Mencintai adikmu yang bodoh dan tidak berguna itu?"

"Kau..."

"Stevan G Thomanson! Aku tahu siapa dirimu!" Menyela, Zayn berdiri seraya memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana. "Adik dan Kakak, sama-sama bodoh. Tidak berguna, juga tidak memiliki pikiran cerdas."

Stevan menggeram marah. Dia mendelik tajam pada Zayn.

"Kau marah?" Zayn tersenyum miring. "Kau tahu, dulu aku pernah melakukan hal yang sama. Mematahkan tangan adikmu karena telah berani menyentuh bokong wanitaku. Sekarang, hal yang sama terjadi pada Kakaknya. Menyedihkan!"

"Jadi, kau yang sudah mencelakai adikku?" Stevan berteriak, "Brengsek kau!"

"Kenapa? Kau mau memukulku?" Zayn mendekatkan wajahnya pada Stevan. "Ayo, silakan pukul aku sepuasmu!"

Between The Lines You & MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang