Bab 4 - Deteksi Bahaya

10.4K 1K 10
                                    

Sesampainya di pasar, Amora segera membeli segala keperluan yang sudah habis atau tersisa sedikit lagi. Karena sudah sering pergi ke tempat dimana terjadinya tawar menawar ini, pastinya Amora sudah hafal setiap sudut tempatnya. Dia tidak perlu lagi bertanya untuk menemukan sebuah toko ataupun takut tersesat.

Belum sempat tiba di tempat tujuan, Amora meringis karena tiba-tiba saja kakinya terinjak oleh seorang gadis berambut jingga yang telah menabraknya dari samping.

"Nona seharusnya kau menyingkir karena jalanan ini masih luas, aku akan pergi ke toko pakaian itu," ucap si gadis dengan nada angkuhnya.

"Justru itu, karena jalanan ini luas mengapa kau malah berjalan tepat ke arahku, menabrakku, dan juga menginjak kakiku. Kau bisa berjalan lewat ke belakangku, Nona," kesal Amora.

"Hei, Nona, pintu tokonya berada tepat di sampingmu. Sekarang kau menyingkirlah!"

Amora sangat kesal sekali dengan nona bermata hijau ini. Beberapa saat yang lalu gadis itu baru saja menabrak dan juga menginjak kakinya, dia belum meminta maaf sama sekali dan kini dia menyuruh Amora untuk menyingkir? Sungguh menyebalkan sekali.

"Aku akan segera pergi, Nona, tetapi setelah kau meminta maaf terlebih dahulu padaku!"

"Maaf? Untuk apa aku meminta maaf padamu? Lagi pula siapa kau ini? Memangnya kau pantas menerima maaf dariku? Apa kau tidak tahu siapa diriku?"

"Aku tidak tahu bahkan tidak peduli siapa dirimu, tetapi kau harus meminta maaf padaku karena telah menginjak kakiku sehingga aku merasakan sakit pada jemari kakiku ini."

"Yang benar saja, seorang putri Count yang berstatus bangsawan ini harus meminta maaf pada rakyat jelata sepertimu. Lagi pula aku tidak akan membuang waktuku untuk hal seperti itu, aku sedang buru-buru dan aku akan pergi."

Di saat sang gadis yang mengaku dirinya putri Count itu lanjut melangkah, Amora segera menggerakkan kakinya untuk menyandung gadis itu hingga terjatuh. Suara jeritannya tak tertahankan lagi dan aksinya menarik perhatian banyak orang di sana.

Amora sendiri berusaha terlihat tenang dan tersenyum tipis, padahal dalam hatinya dia sedang menertawakan gadis itu dengan puas. Sayang sekali gaun indah yang tengah dikenakan gadis itu terkotori oleh tanah dan terlihat tidak bagus lagi.

"Sekarang kita impas," ucap Amora dengan senyuman yang mengembang, setelah itu segera pergi dari sana.

"Beraninya kau melakukan ini padaku gadis kampung! Lihat saja, aku akan melaporkanmu pada ayahku," teriaknya penuh kekesalan.

Kini Amora kembali melanjutkan kegiatan belanjanya yang belum selesai. Dia mengabaikan tatapan orang-orang yang menatap tajam padanya. Mungkin karena kejadian tadi yang seharusnya tidak dilakukan pada seorang bangsawan. Tapi mereka semua tidak tahu saja jika Amora merupakan putri dari seorang Marquess yang jelas-jelas kedudukannya lebih tinggi dibanding seorang Count.

Amora tidak terlalu mempedulikan itu, dia pun memaklumi karena dari dulu dia memang tidak pernah dikenalkan pada siapapun. Jadi orang-orang tidak pernah mengetahui jika Amora adalah putri seorang Marquess.

***

Di dalam sebuah rumah pohon, seorang laki-laki berambut hitam tengah merutuki kebodohan temannya. Dia telah pergi ke istana lalu kembali ke rumah pohon ini lagi tetapi tidak membawa makanan sedikitpun.

Semua makanan yang ada di lemari telah habis mereka makan pagi tadi dan di tengah hari ini perut mereka sudah terasa lapar lagi. Dia kira, saat pagi temannya datang membawa banyak makanan yang bisa mereka makan untuk beberapa hari kedepan. Jika sudah kelaparan seperti ini, apa yang akan mereka makan? Tidak mungkin kan jika mereka berkeliaran di hutan untuk mencari makanan. Yang ada, bisa saja mereka malah bertemu musuh.

BLACK MAGIC [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang