Brakk!
Tubuh seorang pemimpin kekaisaran ini terpelanting cukup jauh dan terjatuh dengan punggungnya yang menghantam sebuah meja dengan sangat keras. Tentunya serangan yang diberikan dari putra kedua Kaisar Grayson terdahulu itu tidak main-main. Pertarungan ini baru saja dimulai, namun Zacharson sudah mengerahkan seluruh kekuatannya. Setelah tahu jika seperti ini maka Kaisar Darwine pun lebih serius lagi dalam menghadapi si penyihir itu.
"Apa Yang Mulia Kaisar memerlukan sedikit waktu untuk memulihkan kesadarannya?"
"Jangan banyak bicara. Kita selesaikan ini sekarang juga!"
Sebilah pedang dikeluarkan oleh Kaisar Darwine setelah dirinya berhasil bangkit walaupun punggungnya terasa remuk. Sebenarnya Zacharson tak perlu bergerak banyak untuk mengalahkannya yang sudah memasuki usia lanjut ini, apalagi penyihir itu sudah menguasai sihir hitam. Namun tidak mungkin dirinya yang merupakan seorang kaisar akan langsung menyerah begitu saja. Selain itu, masih ada harapan besar dalam dirinya. Jika dirinya akan kalah di tangan si penyihir ini, dia yakin Azler akan menang untuknya.
Kepulan asap hitam menguar dari balik tubuh Zacharson. Laki-laki itu menampilkan seringaiannya dan menatap Kaisar Darwine bagai mangsa seekor hewan yang sedang kelaparan. Dengan kekuatan besarnya ini bisa saja Zacharson langsung membunuh Kaisar Darwine dari awal. Tapi dia sangat ingin melihat kaisar itu tersiksa lebih dulu.
"Jadi yang mulia kaisar ingin berduel pedang? Baiklah, akan aku hormati dan tak menggunakan kekuatanku ini."
"Pembohong!"
Pedang milik kaisar terayun dan langsung ditahan cepat oleh pedang di tangan Zacharson yang tiba-tiba muncul begitu saja. Tentunya pada pedang itu terdapat kepulan asap tipis yang menandakan jika pedang itu hanya wujud lain dari sihir milik Zacharson.
Kaisar Darwine bergerak menendang Zacharson dan tepat mengenai dada. Laki-laki itu hanya terdorong mundur beberapa langkah dan seringaian masih terpasang di wajahnya. Tak lama kemudian, dia membalas serangan Kaisar Darwine dengan sekali kibasan pedangnya. Walaupun hanya menebas angin kosong, tetapi tiba-tiba saja Kaisar Darwine jatuh terduduk dan darah segar menembus keluar mengotori bagian atas pakaiannya. Tubuhnya terasa perih bagai terkena sambitan pedang tadi. Si penyihir itu telah memulai permainannya. Dia menyerang tanpa menyentuh sedikitpun.
***
Dalam gelapnya malam yang berawan hingga bulan pun tak terlihat, seekor burung hantu berbulu putih tengah terbang tinggi meliuk-liuk melewati pepohonan dan terus menerobos hutan. Patuknya mengapit sebuah surat yang digulung rapi dan diikat. Dengan penglihatannya yang baik di malam hari dia terus terbang hingga melewati perbatasan kekaisaran dan memasuki daerah kekaisaran lain.
Tujuannya masih cukup jauh, burung itu terus mengepakkan sayapnya tanpa henti. Melewati hutan yang lebat, sungai, padang rumput, akhirnya burung itu memasuki daerah pedesaan. Kini dia menambah kecepatan terbangnya karena sudah hampir sampai. Dapat dilihat jika jauh di depan sana terdapat sebuah istana megah yang berdiri kokoh dengan bendera berwarna abu-abu yang berkibar.
Burung itu terus terbang hingga melihat seseorang tengah berdiri sambil melamun di sebuah balkon. Dia terbang rendah menuju seorang laki-laki berambut hitam, lalu menjatuhkan surat yang dibawanya ke hadapan si laki-laki.
Kecepatannya dalam bergerak membuatnya berhasil menangkap surat yang dijatuhkan burung hantu putih milik kekaisaran ini. Tak lama burung itu pun pergi, dan dia membuka gulungan surat yang entah berasal dari mana. Yang pasti, pengirimnya adalah seorang prajurit yang ditugaskan menjadi mata-mata.
Selesai membaca isi surat tersebut tatapan laki-laki itu berubah terkejut, rahangnya mengeras dan matanya membulat. Dia melangkah pergi dari sana dengan langkah tegasnya menuju ruang singgasana. Pada seorang prajurit yang ada di sana, dia meminta lonceng darurat dibunyikan. Hal itu tentu saja membuat seisi istana terbangun dan segera berkumpul.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLACK MAGIC [END]
Fantasy[High Fantasy-Bukan Transmigrasi] Amora, putri dari seorang Marquess yang merasa jika hidupnya selalu di beda-bedakan dengan sang adik. Apakah ini semua karena Amora memiliki sebuah penyakit langka? Entahlah. Namun ternyata di balik penyakit yang se...