Di pagi hari ini Amora telah melakukan separuh pekerjaannya, seperti membereskan kamar, mencuci pakaian, dan menyiapkan sarapan. Kini Amora sedang berada di halaman belakang rumahnya, tengah menjemur pakaian-pakaian yang telah dia cuci.
Semalam saat Amora sampai di rumah, ibunya langsung marah-marah karena Amora telah membuat keributan di acara pesta. Untung saja banyak orang-orang yang tidak mengetahui jika Amora merupakan putri dari keluarga Marquess. Bahkan semalam ibunya sudah hampir tidak akan menganggap Amora sebagai putrinya lagi jika saja Amora tidak langsung meminta maaf dan langsung menerima hukuman saat itu juga.
"Nona, biar saya saja yang melanjutkan pekerjaan ini. Di dalam ada Tuan Steve yang ingin bertemu dengan anda," ucap seorang pelayan yang menghampiri Amora dan mengambil pakaian dari tangan Amora.
"Baiklah, aku pergi dulu."
Di ruang tamu, terlihat Steve sedang mengobrol dengan Marchioness. Lalu saat Amora mendekat dan duduk di samping Marchioness, tiba-tiba saja ibunya itu bangkit dan pergi entah kemana.
"Amora, maafkan aku."
"Maaf untuk apa?"
"Semalam, gara-gara Merliana yang menarikku pergi aku jadi tidak bisa mengantarmu pulang."
Ah, jadi nama gadis menyebalkan itu Merliana. Amora masih ingat jika dia itu adalah putri seorang Count. Tidak tahu saja dia jika semalam itu sebenarnya dia telah mengejek putri seorang Marquess. Jelas-jelas jabatannya lebih tinggi dari pada gadis itu. Awas saja kalau Amora bertemu gadis itu lagi.
"Tidak apa-apa. Semalam aku pulang dengan selamat, karena di antar oleh Azler," ucap Amora. Tentu saja kalimat terakhirnya itu hanya dia ucapkan dalam hati.
"Syukurlah."
"apa aku boleh bertanya sesuatu?"
"Apa itu?"
"Siapa gadis itu sebenarnya? M-maksudku, apa hubunganmu dengan gadis bernama Merliana itu? Kalian terlihat sangat dekat." Amora menanyakan hal ini hanya karena rasa penasarannya saja, bukan karena dia telah memiliki perasaan pada Steve. Sebenarnya Amora belum memiliki perasaan apapun pada Steve, tetapi dia memang nyaman bila bicara dengan Steve.
"Sebelum dirimu, dia lah gadis yang akan dijodohkan denganku. Karena aku tidak menyukainya, jadi aku menolak perjodohan itu. Tapi Merliana terus saja mendekatiku dan berusaha membuatku menyukainya," jelas Steve.
"Lalu jika kau menerima perjodohan denganku, apa itu artinya kau menyukaiku?"
"Ya, Amora. Sejak pertemuan pertama kita, aku langsung menyukaimu."
Secepat itu kah? batin Amora. Dia tidak pernah menyangka jika akan ada seorang laki-laki yang dengan cepatnya menyukai Amora. Padahal di saat pertemuan pertama mereka Amora bersikap cuek pada Steve. Bagaimana jika Amora bersikap manis pada saat itu?
***
Keadaan di istana lebih ramai dari sebelumnya karena kini terdapat anggota baru yang juga tinggal di istana. Seperti Eldean, yang kini telah menjadi ksatria utama Kekaisaran Ziurich. Lalu Sean, seorang bangsawan beruntung yang mendapatkan kepercayaan kaisar untuk menjadi ksatria pribadi pangeran. Johannes, dia adalah kembaran dari Johanna dan satu-satunya orang yang memiliki ilmu sihir di Ziurich.
Salah satu dari mereka kini sedang berada di ruang kerja Azler. Dia adalah Sean. Laki-laki itu juga akan banyak menghabiskan waktunya di ruangan penuh lemari berisi berkas-berkas ini. Dia sedang duduk di sofa dan berharap Azler akan meminta bantuannya. Dia akan sangat bosan jika berdiam diri seperti itu saja.
"Jadi, bagaimana hari pertamamu sebagai pangeran ini?"
"Bukan hari pertama," jawab Azler datar. Dia sebenarnya agak sedikit keberatan dengan ayahnya yang menjadikan Sean sebagai ksatria pribadinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLACK MAGIC [END]
Fantasi[High Fantasy-Bukan Transmigrasi] Amora, putri dari seorang Marquess yang merasa jika hidupnya selalu di beda-bedakan dengan sang adik. Apakah ini semua karena Amora memiliki sebuah penyakit langka? Entahlah. Namun ternyata di balik penyakit yang se...