Bab 25 - Berbagai Keadaan yang Mengejutkan

5.2K 605 7
                                    

Satu pekan telah berlalu dan besok pasukan Ziurich akan berangkat untuk peperangan dengan Kekaisaran Grayson. Mereka sudah siap menghadapi peperangan ini dan mereka juga telah menyiapkan berbagai senjata yang akan digunakan sebanyak mungkin.

Tentunya sebelum pergi berperang dengan waktu yang tak dapat ditentukan, Steve ingin menemui Amora lebih dulu. Penampilan dari laki-laki itu terlihat rapi dan kini dia tengah berdiri di depan pintu masuk mansion Cambrean.

Sebelum mengetuk pintu bercat putih dan berukuran besar itu, Steve menarik napas panjang lebih dulu lalu dia hembuskan. Sudah lama sekali sepertinya dia belum menemui Amora lagi. Dan entah kenapa kini dia merasa sedikit gugup.

Dua kali ketukan pada pintu dan seorang pelayan pun langsung membukakannya. Dia dipersilahkan masuk dan akan menemui Nyonya Cambrean lebih dulu untuk meminta izin.

Di ruang utama mansion besar itu, terlihat seorang wanita paruh baya yang tengah duduk di sofa sambil meminum teh. Dilihat dari tatapannya, sepertinya dia sedikit terkejut karena kedatangan seorang tamu.

"Nyonya Cambrean," sapa Steve sambil menunduk hormat.

"Ah Steve, kau datang. Tentunya kau ingin menemui Amora bukan? Tunggu sebentar, duduklah dulu. Eva..."

Sang Marchiones memanggil pelayan pribadi putri sulungnya itu lalu berbisik padanya. Steve yang sudah berpindah duduk hanya menatap mereka dengan sedikit kebingungan. Tak lama setelah itu Eva pun segera pergi menuju ke kamar nonanya untuk sekedar membuka kunci pintu kamar yang baru saja diberikan oleh Marchioness.

"Kini kau bisa pergi untuk menemuinya."

"Terima kasih, Nyonya Cambrean." Steve menyunggingkan senyuman tipisnya sebelum pergi menuju lantai dua, di mana kamar Amora berada.

Laki-laki itu kembali mengetuk pintu dan membukanya. Dia melihat seorang gadis berambut coklat yang sudah lama tak ditemuinya itu tengah berdiri di dekat jendela dan menatap kosong ke luar sana.

Dengan melangkah pelan, Steve menghampiri Amora dan menyentuh pundak gadis itu. Walau sudah tahu jika Steve akan menemuinya, namun tetap saja Amora merasa sedikit terkejut dengan sentuhan laki-laki itu pada pundaknya.

"Sudah lama tidak bertemu," ucap Amora.

"Aku sangat merindukanmu Amora, dan aku tidak tahu bisa menemuimu lagi atau tidak."

"Apa maksudmu?"

"Kau tidak tahu tentang peperangan ini?"

Amora mengerutkan keningnya bingung, peperangan apa yang dimaksud laki-laki ini? Sudah lebih dari satu pekan Amora hanya terkurung dalam kamarnya ini dan dia sama sekali tidak tahu berita terbaru yang ada di kekaisarannya. Lagi pula tidak ada yang memberitahunya sama sekali karena tidak ada yang mau berbicara dengannya kecuali Eva. Gadis itu pun tidak memberitahukan tentang peperangan padanya.

Amora bergerak menarik Steve untuk duduk di sofa yang ada di dalam kamarnya itu. Dia menatap Steve dengan tatapan penasarannya.

"Coba beritahu aku, peperangan apa yang kau maksud? Aku sama sekali tidak mengetahui apapun."

Awalnya Steve merasa bingung karena Amora bisa sampai tidak mengetahui tentang peperangan yang pastinya sudah dibicarakan di mana-mana. Namun laki-laki itu pun akhirnya mulai membuka suara setelah menghela napasnya.

"Seharusnya besok adalah hari pernikahan kita bukan? Tetapi–"

"Apa? Pernikahan? Kenapa sedari tadi ucapanmu terus melantur, Steve? Tadi kau bicara tentang peperangan dan sekarang tentang pernikahan kita. Aku tidak mengerti sama sekali, Steve."

BLACK MAGIC [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang