Bab 8 - Putri Bangsawan

8.4K 958 6
                                    

Pagi-pagi sekali, Azler sudah meminta para penghuni istana untuk berkumpul di ruang pertemuan lantai bawah. Di mulai dari para prajurit tingkat atas, para ksatria, ksatria penjaga anggota kerajaan, Putri Anneliese, permaisuri, dan juga sampai kaisar ikut berkumpul di ruangan itu.

Azler membicarakan tentang Amora yang merupakan seseorang yang telah menolongnya di hutan. Dia juga memberitahu alasannya yang menginginkan Amora tinggal di istana hingga keadaan gadis itu sembuh total. Dan selama gadis itu berada di istana, dia ingin hanya seluruh penghuni istana saja yang mengetahui keberadaan gadis itu. Jangan sampai ada seorang pun yang memberitahukan keberadaan seorang gadis asing yang tinggal di istana pada orang-orang di luar istana, walaupun mereka seorang bangsawan sekalipun.

"Satu lagi, jangan ada yang berani mengganggunya atau membuatnya tidak nyaman berada di istana ini," ucap Azler sebelum akhirnya pertemuan itu di bubarkan dan orang-orang pergi untuk melakukan kegiatannya masing-masing.

Di sisi lain, Amora baru saja terbangun dari tidurnya. Dia sedikit terkejut karena melihat ada beberapa orang pelayan yang berdiri di dekat pintu dan berdiam diri dengan menundukkan kepalanya.

"Apa yang sedang kalian lakukan di sana? Kenapa kalian hanya diam saja?" tanya Amora.

Salah satu dari pelayan itu menjawab, "Kami diperintahkan oleh yang mulia pangeran. Mulai dari hari ini kami akan merawat anda hingga keadaan anda pulih."

Seorang pelayan datang lagi dari luar dengan membawa sebuah nampan berisi sarapan pagi untuk Amora. Dia langsung memberikannya pada Amora dan Amora yang masih sedikit kebingungan meletakkan nampan itu di atas pangkuannya, lalu mulai memakan sarapan paginya.

Setelah selesai, mereka membantu Amora untuk berganti pakaian. Sepertinya untuk saat ini Amora belum bisa mandi karena lukanya belum terlalu kering. Tetapi itu bukanlah masalah yang besar karena setelah berganti pakaian, para pelayan itu memberikan wewangian pada tubuh Amora dengan wangi-wangi bunga yang menyegarkan.

"Tugas kami pagi ini telah selesai, kami pergi dulu," ucap salah satu dari mereka dan mulai pergi meninggalkan kamar itu.

Kini setelah para pelayan itu pergi apa yang akan Amora lakukan? Tidak mungkin jika dia hanya akan berdiam diri saja di atas tempat tidur ini seharian. Amora akan merasa sangat bosan.

Pintu terbuka memperlihatkan laki-laki berambut hitam, manik birunya berkilat dingin dan datar. Azler menghampiri Amora dan duduk di hadapan gadis itu. Hidungnya mencium sebuah bau wewangian yang akan dia dapatkan juga jika sedang berada di dekat adiknya.

"Bisakah aku pulang hari ini?" tanya Amora mendahului Azler yang juga akan berucap.

"Ck, tidak."

"Lalu kapan aku akan sembuh? Aku ingin cepat-cepat pulang ke rumah."

"Tanyakan saja pada lukamu."

Amora menunduk menatap perutnya. Luka yang berada di balik gaun berwarna kuning ini tertutup oleh perban yang di lilitkan pada perutnya. "Luka, kapan kau akan sembuh? Aku ingin pulang."

Amora terdiam sesaat setelah bertanya pada lukanya itu. Dia kembali menatap Azler yang masih menatapnya tajam. "Memangnya luka ini bisa menjawab pertanyaanku tadi?"

"Bodoh," ucap Azler. Sebenarnya kini laki-laki itu sedang berusaha untuk menahan tawanya karena melihat kelakuan bodoh Amora. Kenapa gadis itu menurut saja saat Azler menyuruhnya untuk bertanya pada lukanya?

"Ish, ini sudah yang ke berapa kalinya kau menyebutku bodoh. Ya, aku akui jika aku ini memang bodoh karena aku tidak pernah diberikan seorang guru untuk mengajarkanku. Tetapi aku tidak terima jika terus-terusan di sebut bodoh seperti ini, apalagi olehmu."

BLACK MAGIC [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang