Ketukan pintu sudah terdengar pada pagi hari seperti ini di mansion Cambrean. Seorang pelayan pun membukakan pintu rumah dan melihat seorang wanita berdiri dengan membawa sebuah kantong yang sepertinya berisi barang-barang dari wanita itu.
Dia dipersilahkan masuk untuk menemui Tuan dan Nyonya Cambrean yang sedang berada di ruangan utama. Ternyata wanita itu datang untuk melamar pekerjaan sebagai pelayan di mansion besar ini. Yang lebih mengejutkan, dia menawarkan diri untuk menjadi pelayan pribadi putri sulung keluarga Cambrean.
"Kenapa kau mengetahui jika putri sulungku tidak memiliki pelayan pribadi? Lalu kenapa kau ingin menjadi pelayannya?"
"Maaf, Nyonya, saat berada di depan saya sudah menanyakan pada pelayan tadi apakah salah satu dari anggota keluarga Cambrean membutuhkan pelayan pribadi atau tidak dan dia menjawab jika putri sulung di keluarga ini tidak memiliki pelayan pribadi," jelasnya cukup panjang.
"Lalu kenapa kau ingin menjadi pelayan pribadinya?"
"Apakah nyonya tidak ingin jika putri nyonya memiliki pelayan pribadi?"
"Tidak, dia sudah dewasa dan tidak membutuhkan pelayan pribadi. Sekarang lebih baik kau pergi saja karena tidak dibutuhkan pelayan baru di sini."
"Maaf, Nyonya, tapi apakah kita bisa bicara berdua saja?"
***
Di dapur, Amora baru saja menyelesaikan pekerjaannya yaitu membuat sarapan untuk keluarganya. Dia membawa beberapa menu makanan itu ke ruang makan lalu kembali lagi ke dapur dan mendapatkan seorang wanita asing di dalam rumahnya ini.
"Siapa kau?"
"Nona, apakah anda melihat Nona Amora? Nyonya bilang jika Nona Amora sedang berada di dapur."
"Aku Amora, kau siapa? Ada apa kau mencariku?"
"Ah maafkan saya, Nona, saya kira anda bukanlah Nona Amora. Nona, saya adalah pelayan baru di sini dan mulai saat ini saya akan menjadi pelayan pribadi yang siap membantu nona untuk apapun."
"Pelayan pribadi?"
Kejutan yang sangat tak terduga bagi Amora. Dia tidak sedang dipermainkan bukan? Pelayan ini berbohong kepadanya, kan? Kenapa wanita itu tiba-tiba bisa menjadi pelayan pribadinya? Setahu Amora, orang tuanya itu tidak pernah memberikan seorang pelayan pribadi padanya sejak dulu. Tapi kenapa hari ini tiba-tiba saja dia mendapatkan seorang pelayan pribadi?
"Kau tidak berbohong padaku?"
"Tidak, Nona, untuk apa saya berbohong pada anda?"
Suara dehaman seseorang membuat Amora dan si pelayan menoleh ke arah pintu dapur. Di sana terdapat Marchioness yang sedang berdiri sambil melipatkan tangannya dan menatap mereka berdua tajam.
"Dari pada kalian terus berbicara, lebih baik sekarang kalian membuat tiga buah kue. Ingat, kue itu harus lezat karena Moritha akan memberikannya pada keluarga kaisar," lanjutnya dan kini dia langsung kembali pergi ke ruang makan untuk sarapan.
Amora menghela nafas, di saat dia akan mengambil bahan-bahan membuat kue, pelayan itu mendahuluinya. "Tidak nona, biar saya saja. Nona beristirahatlah."
"Tidak, aku juga akan membantumu. Kau pasti akan kewalahan jika membuat tiga kue sekaligus," ucap Amora yang membuat pelayan itu membiarkannya untuk membantunya.
"Oh ya, siapa namamu?" tanya Amora.
"Eva, Nona."
"Baiklah. Panggil saja aku dengan namaku dan jangan menggunakan bahasa formal seperti itu, Eva. Sepertinya usiamu juga tidak jauh berbeda denganku."
"Tapi apakah boleh, Nona?"
"Tentu saja."
Selama satu jam lebih mereka menghabiskan waktu di dapur untuk membuat kue sambil membicarakan banyak hal. Amora merasa Eva adalah orang yang sangat ramah dan baik. Sepertinya dia akan mempercayakan segala sesuatu pada pelayan pribadi barunya itu.
Marchioness kembali datang ke dapur bertepatan saat kue matang di panggangan. Setelah menunggu kue itu mendingin, Eva memasukannya pada sebuah wadah berbentuk kotak lalu menutupnya. Tak lama kemudian Moritha datang dan mengambil kotak kue itu untuk di bawa ke istana kekaisaran.
Moritha pergi bersama pelayan pribadinya yang membawakan dua kotak kue untuk kaisar, permaisuri, dan Putri Anneliese. Sedangkan satu kotak yang dibawa Moritha akan dia berikan langsung pada Pangeran Azler.
Saat baru saja Amora akan masuk ke dalam kamarnya untuk beristirahat, ibunya itu memanggil dan meminta Amora untuk pergi menyusul Moritha untuk memberikan sapu tangannya yang tertinggal. Marchioness mengatakan jika Moritha akan melakukan perjamuan teh dan dia pasti sangat membutuhkan sapu tangannya.
Tanpa perlu bersiap-siap, Amora pun segera pergi dengan gaunnya yang kotor karena tepung dan rambutnya yang sedikit berantakan. Oh ya, pada wajahnya itu juga terdapat sedikit polesan dari tepung yang tidak dia sadari. Sepanjang perjalanan banyak orang yang menatap aneh Amora, bahkan ada yang sampai menertawainya tapi Amora berusaha tidak peduli dan mempercepat langkahnya.
Sesampainya di istana, Amora bertanya pada prajurit untuk mengetahui keberadaan Moritha dan prajurit itu menjawab jika Moritha pergi ke taman istana. Karena sudah mengetahui letaknya, Amora pun segera pergi ke taman istana untuk memberikan sapu tangan pada Moritha dan dia akan langsung pulang kembali.
Di taman istana, ternyata bukan hanya ada Moritha saja. Di sana juga ada Anneliese dan beberapa putri bangsawan lainnya, satu-satunya yang Amora kenali adalah gadis berambut jingga yang bernama Merliana. Mereka sedang melakukan perjamuan teh sambil asyik membicarakan sesuatu yang membuat mereka sesekali tertawa anggun.
"Hei, Amora? Kau datang ke sini?" ucap Anneliese dari tempatnya duduk dan membuat keenam gadis bangsawan yang ada di sana menoleh ke arahnya, termasuk Moritha yang terkejut akan kedatangannya.
"Apa kau datang untuk bertemu denganku, Amora? Oh, atau kau ingin menemui kakakku?" tanya Anneliese lagi sambil sedikit menggoda Amora.
Amora masih terdiam dan berdiri beberapa meter dari tempat mereka. Moritha yang tidak mau perjamuan teh nya rusak karena kedatangan Amora pun segera menghampiri kakaknya itu dan berbicara pelan.
"Apa yang kau lakukan dengan datang ke sini?" bisiknya penuh penekanan.
"Aku hanya diperintahkan ibu untuk memberikan sapu tangan ini padamu. Bukankah kau membutuhkan sapu tangan di saat perjamuan seperti ini?" Amora menyodorkan sapu tangan berwarna merah muda yang tadi di bawanya untuk Moritha.
"Yasudah, sekarang kau pergi." Moritha kembali bergabung dengan teman-temannya itu setelah mengambil sapu tangan yang diberikan Amora.
"Kenapa dia pergi, Moritha? Aku kira kau akan mengajaknya untuk bergabung bersama kita."
"Tuan Putri, dia memiliki urusan yang masih harus di selesaikan."
"Bukankah dia adalah gadis yang mengacaukan pesta waktu itu? Siapa dia? Kenapa kau bisa mengenalnya?" tanya Merliana.
"Tidak usah membahasnya lagi. Itu tidak penting. Lebih baik kita lanjutkan perbincangan kita tadi." Moritha segera mengalihkan pembicaraan. Dia tidak tahu harus menjawab apa jika teman-temannya bertanya siapa Amora, karena selama ini mereka hanya mengetahui jika Morithalah putri tunggal di keluarga Cambrean. Terkecuali Anneliese yang memang sudah mengetahuinya.
*To Be Continue*
KAMU SEDANG MEMBACA
BLACK MAGIC [END]
Fantasy[High Fantasy-Bukan Transmigrasi] Amora, putri dari seorang Marquess yang merasa jika hidupnya selalu di beda-bedakan dengan sang adik. Apakah ini semua karena Amora memiliki sebuah penyakit langka? Entahlah. Namun ternyata di balik penyakit yang se...