Pilar-pilar tinggi berdiri kokoh di sepanjang lorong yang remang-remang. Angin malam berhembus masuk melalui jendela-jendela yang terbuka, menerbangkan beberapa helai rambut berwarna coklat milik seorang gadis yang sedang menyusuri lorong.
Istana yang megah ini belum sempat dia telusuri, jadi dia masih merasa sedikit kesulitan mencari jalan untuk menuju ke ruang makan. Sebenarnya setelah kembali dari taman tadi Ellioz sudah mengajaknya untuk langsung pergi ke ruang makan. Namun karena Amora ingin mandi terlebih dahulu, jadi dia meminta kakaknya untuk pergi lebih dulu saja.
Kini Amora dihadapkan oleh persimpangan lorong, dia tidak mengetahui jalur mana yang akan membawanya menuju ruang makan. Setelah berpikir sebentar, akhirnya Amora memutuskan untuk berbelok ke kiri. Dia hanya berharap saja agar tidak tersesat di istana yang luas ini. Entah kenapa sedari tadi Amora tidak melihat para prajurit atau pelayan berlalu lalang. Istana ini terasa sepi dan tidak berpenghuni.
Dan kini sepertinya Amora salah mengambil jalan. Lorong yang dilalui semakin gelap dan suasana benar-benar sunyi. Amora memperlambat langkahnya, lalu berhenti. Dia harus segera pergi dari sini dan mencari jalan lain. Namun saat akan berbalik tiba-tiba saja ada sesuatu yang mencengkram pergelangan tangan Amora dan dirinya ditarik masuk ke dalam salah satu ruangan yang ada di sana.
"Aaaa–" Amora menghentikan jeritannya setelah dia bisa meihat wajah seseorang yang membuatnya ketakutan. Jantung Amora yang sebelumnya berdetak kencang mulai normal kembali. Dia kira jika dirinya ditangkap oleh makhluk halus, namun ternyata makhluk tampan dihadapannya ini adalah kakaknya sendiri.
Bukan Ellioz, tetapi Envioz, kakak pertamanya. Sedari tadi pagi Amora memang belum berbicara sama sekali dengan kakaknya yang satu ini. Sedari tadi pagi Ellioz selalu di dekatnya, menyuapinya makan, mengajaknya berbicara tentang segala hal dan bahkan tadi sore laki-laki itu mengajaknya ke taman. Karena hal itulah Amora belum bisa menemui dan berbicara dengan kakaknya yang satu ini.
Envioz terlihat mengambil sesuatu dari dalam laci meja. Sebuah botol kecil berwarna perak itu dibawanya dan diserahkan pada Amora. Amora yang tidak mengetahui apa-apa hanya mengulurkan tangannya saja untuk menerima botol yang berisi sesuatu itu.
"Oleskan pada lukamu," ucapnya singkat lalu menuntun Amora untuk duduk di sebuah sofa yang ada di ruangan kamar itu.
"Apa ini obat untuk luka seperti goresan-goresan pada tubuhku?"
"Ya."
Amora mengalihkan pandangannya lagi pada botol kecil itu, dia membukanya lalu mulai mengoleskan obatnya pada goresan-goresan yang ada di tangan, kaki bahkan wajahnya. Untuk sesaat Amora merasa sedikit perih pada luka-luka yang sudah mengering itu. Entah keajaiban apa yang terdapat pada obat ini, luka-luka itu terlihat menyusut lalu menghilang seketika.
Amora mengerjapkan matanya beberapa kali lalu menoleh pada Envioz yang sedari tadi melihat ke arahnya. "Bagaimana ini bisa terjadi? Lukaku seketika menghilang, apakah ini sebuah obat ajaib?" tanyanya antusias.
"Ini obat khusus para penyihir."
"Terima kasih, Kak, ini sangat menakjubkan. Apa aku bisa meminta obat ini?"
"Kau akan mendapatkannya nanti. Sekarang kita pergi, yang lain sudah menunggu."
Envioz pun memasukkan kembali botol itu ke dalam laci, lalu dia menggandeng tangan Amora sebelum pergi dari sana. Mereka pergi menuju ke ruang makan untuk makan malam bersama.
***
Setelah tiga hari yang lalu Amora kabur, Azler menjadi berbeda. Pangeran yang memang tidak banyak bicara itu menjadi semakin diam dan selalu ingin menyendiri. Bahkan Eldean dan Sean pun belum bisa menemuinya sejak tiga hari yang lalu. Azler lebih banyak menghabiskan waktu di ruang kerjanya dan di lapangan berlatih. Otak dan ototnya terus dipekerjakan, namun sangat jarang sekali makanan yang masuk. Kini dia hanya makan di saat malam hari, saat suasana istana sudah sepi. Namun malam ini, dirinya diperintahkan langsung oleh kaisar sendiri untuk ikut dalam acara makan malam bersama keluarga Baron Carterbury.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLACK MAGIC [END]
Fantastik[High Fantasy-Bukan Transmigrasi] Amora, putri dari seorang Marquess yang merasa jika hidupnya selalu di beda-bedakan dengan sang adik. Apakah ini semua karena Amora memiliki sebuah penyakit langka? Entahlah. Namun ternyata di balik penyakit yang se...