#1

139 27 1
                                    

Jangan lupa vote dan komennya ^^

*****

Chandra menghentakkan kaki dengan iringan amarah yang tak padam. Ambisinya menyulut emosi sampai di puncak ubun-ubunnya. Wajahnya memerah serupa kulit tomat ranum yang diterpa panas di tengah hari.

Sepatunya membawanya berhenti di depan pintu sebuah kamar apartemen. Ia menggedor pintu kamar dari seseorang yang ia kenal. Tanpa kesabaran.

Tak lama waktu berselang, seorang pria bertubuh lebih tinggi dari pelipis Chandra, menyambut kedatangannya dengan wajah gusar.

"Chandra?"

"Kita selesaikan dengan dewasa, Winter."

"Masuklah."

Chandra menorobos masuk. Ia menemukan ruang tengah yang redup karena hanya diterangi seberkas sinar dari teriknya siang dari celah korden yang tertutup. Udara pengap terasa bergumul, memanas seolah mengukusnya.

Winter menyalakan lampu. Terlihat binar matanya yang biru mencerminkan kerisauan yang mengiba.

"Kamu ingin menjatuhkanku dengan sengaja? Kamu tahu kan aku ingin di posisi ini sejak dulu?" Chandra berapi-api membakar rasa kasihan yang berusaha menginfeksi. "Bahkan aku sudah membayangkan namaku tepampang, Chandra Bagaskara Mahendra, ketua BEM Universitas Jayadewata." Chandra bertolak pinggang.

"Chandra, tenanglah."

"Bagaimana aku bisa tenang? Aku sudah mempersiapkan diri dari dulu untuk menjadi ketua BEM, tapi kamu yang tidak pernah aktif kenapa tiba-tiba mencalonkan diri? Kamu pasti berniat menghancurkanku kan?"

"Chandra, aku tak pernah bermaksud, sedikitpun. Kalau kamu percaya kemampuanmu, kamu akan menang."

"Kamu populer, tampan, kaya, siapa yang tidak akan memilihmu di kompetisi ini? Kamu pandai mengambil simpati mereka. Dan tentunya kamu telah mengambil banyak suara dari teman-teman satu jurusanmu, Fisika. Kamu tidak lihat polling sementara? Kita hanya selisih dua puluh persen, Winter."

"Chandra, itu hanya angka. Dan itu sementara. Lagi pula apa bedanya dengan calon yang lain?"

"Calon yang lain tidak ada yang berani mendaftar setelah kamu mengajukan diri. Kamu juga menggandeng mantan ketua divisi hubungan masyarakat sebagai wakilmu. Aku tahu pencalonanmu bukan idemu sendiri kan?"

"Sejujurnya iya, Suzie menyarankanku menjadi ketua BEM untuk memperbagus CV ku dan aku bisa melanjutkan studi di luar negeri."

"Kamu menghancurkan mimpiku, Winter. Aku tidak menyangka kehancuranku berasal dari orang yang sudah kukenal lama."

"Kamu lebih populer, kinerjamu di BEM selama ini juga bagus."

"Iya, memang bagus, semua ini kulakukan agar aku bisa dilihat sebagai ketua. Sebagai pemimpin. Dan aku berusaha sangat keras. Tapi kamu tiba-tiba berusaha meruntuhkan itu semua. Kenapa kamu baru aktif di BEM setelah lima semester berkuliah?"

"Tidak, aku hanya akan membiarkan mereka memilih."

"Dengan selisih dua puluh persen saat ini, dengan waktu satu bulan lagi pemilihan ketua BEM, dan kamu akan menempati posisi puncak dengan kampanye yang akan kita lakukan."

"Chandra."

"Winter, aku peringatkan padamu. Jika kamu ingin menjadi kuda hitam, jadilah kuda hitam sewajarnya. Kamu seharusnya tidak perlu promosi. Atau kalau perlu kamu menjadi calon ketua pasif saat debat nanti."

"Chan, kamu bukan seperti sosok yang aku kenal. Kamu hanya merasa panik."

"Iya, inilah aku. Aku adalah pemenang. Aku tahu strategi untuk mencapai puncak."

MetafisikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang