#17

39 16 6
                                    

Jangan lupa vote dan komennya ^^

*****

Di Pelabuhan Wijayapura, Ida diperiksa. Surat izin. Identitas. Serta pencatatan keperluan berkunjung di pulau yang dipenuhi narapidana itu. Dirasa aman, kapal feri yang diawaki oleh petugas lembaga pemasyarakatan pun berlayar. Di tengah terik. Sinar surya terpantul dari laut yang berkilauan.

Deburan ombak terasa menenangkan bagi sebagaian orang. Tetapi tidak jika mereka berhenti di Pelabuhan Wijayapura. Menantikan kapal feri yang menjemput dan melepas jangkar setelahnya di Pelabuhan Sodong. Ketenangan itu pun terusik denga aura penjara yang terkucil pada sebuah pulau yang diawasi tanpa lelap.

Sampai di Pelabuhan Sodong, beberapa pertanyaan ditodongkan kepada Ida sekali lagi. Jawabannya tetap sama, menemui kenalan lama, Menteng.

Mendengar nama Menteng masih membuat mereka bergidik ngeri. Pembunuh yang tega merekonstruksi jasad korbannya menjadi sebuah 'karya' menurutnya. Satu diantarnya yang membuat nama Menteng meledak kala itu. Membuat sebuah cello dari tubuh seorang wanita. Ia menjahit kedua tangan korban yang dipaksa berkacak pinggang. Menyelipkan kayu di lengan supaya nampak kaku. Mendongakkan kepala. Menusukkan kayu cello melalui mulut dan keluar melalui dubur. Lantas menarik senar dari ujung atas ke ujung. Korban ditinggalkan begitu saja di sebuah panggung musik. Belum karya-karya lainnya yang ia anggap sebagai penghargaan baginya. Kurang lebih tiga belas orang. Masing-masing korban memiliki kesamaan, kehilangan kepalanya. Sampai ia ditangkap dan ditidurkan.

Diantar oleh sipir, Ida melempar diri ke masa lalu. Menyeret diri pada pertemuannya dengan Menteng.

Mereka dipertemukan di kampus kala itu. Dari jurusan yang sama yaitu kimia. Dan perguruan metafisika yang sama. Sosok Menteng. Manusia bertubuh kurus. Tinggi semampai. Kulitnya putih kemerahan serupa langsat. Cara berjalannya serupa laku harimau betina dengan dua kaki yang menebar pesona. Rambutnya sebahu. Kukunya selalu dicat dengan warna-warna gelap. Matanya tajam dan dalam. Menghanyutkan. Suaranya juga lembut dan lemah. Siapa yang pernah berpikir ia dapat menghabisi banyak nyawa?

Ida juga tak berprasangka. Sejak kapan? Mungkin, berawal dari ambisi yang membakar Menteng. Kekecewaan yang menyeret Menteng menjadi pribadi dingin yang tak kenal ampun. Perubahan itu membuat Ida yang semula mengenal Menteng dengan baik, menjadi ragu untuk melanjutkan langkah bersama pria itu.

Menteng muda yang melihat ketidakadilan selama masa persembunyian sebagai metafisikawan, ingin bergerak. Ia selalu menunjukkan kepedulian tinggi kepada sesama makhluk. Bahkan ia tak pernah membedakan lapisan hidup. Keakuratan membaca masa depan juga selalu menjadi andalan bagi metafisikawan lain untuk berkonsultasi. Juga, kepiawaiannya menguasai semua mantra dan ritual secara tepat membuatnya dijuluki darah murni terkuat kala itu.

Begitulah awal Ida terpesona oleh sosok Menteng. Ia mulai dekat begitu saja. Basa-basi tentang buku. Kemudian saling bercerita mimpi. Berlanjut menyaksikan konser musik klasik bersama. Berargumen tentang keindahan permainan cello. Menonton film. Makan di restoran paling romantis. Semua dilakukan untuk mengemban misi bernama penjajakan. Sampai akhirnya, mereka terlarut dalam asmara rahasia.

Tetapi, desakan tabu menjaraki mereka. Memenjarakan rasa yang tak ingin mereka tahan. Dan kedekatan keduanya juga dijadikan sasaran empuk untuk menggelapkan perilaku metafisikawan yang dianggap tak bermoral. Hingga memaksa para metafisikawan lain untuk tetap bersembunyi.

Perpisahan yang terjadi karena publik memutus komunikasi mereka. Menteng menghilang dari kampus. Ida gusar. Tidak tahu kemana harus mencari jejak Menteng. Sampai ia mendengar kabar tentang kasus pembunuhan beberapa kali.

Menapaki jejak pembunuh, Ida menemukan petunjuk-petunjuk yang ditinggalkan oleh Menteng secara tersirat. Menduga itu adalah Menteng, Ida mencari tahu melalui mantra-mantra dan segala ritual yang dikerahkan. Hingga waktu dan semesta berhasil mempertemukan mereka.

MetafisikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang