#30

39 7 0
                                    

Jangan lupa vote dan komen di setiap episodenya. Kontribusi dan dukungan anda sangat membantu saya dalam proses kreatif. Selamat membaca. ^^

*****

Langit membiru cerah ketika Chandra sampai di Dataran Dieng

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langit membiru cerah ketika Chandra sampai di Dataran Dieng. Begitu mobil terbuka, hawa sejuk segera menyerbu. Berebut untuk disesap oleh paru-paru manusia.

Rerumputan masih basah oleh sisa embun semalam. Kaki-kaki Chandra berpijak. Matanya menyoroti area Candi Bima yang masih senyap.

Sesaat setelah mobil yang mengantarnya pergi, Chandra memastikan jam ketibaan.

"Jam enam."

"Apa kita terlalu pagi?" Helena berkomentar.

"Apa jangan-jangan mereka sudah ke lokasi pusaka itu?" Martha panik.

"Kurasa belum. Jalan menuju lokasi hanya dapat diakses pada pagi hari, kan? Jika kita sudah sampai ke sini terlebih dahulu, maka benar, kita mencuri start." Candra meyakinkan.

"Chan, lantas apa yang akan kita lakukan setelah mereka tertangkap?" gumam Helena.

"Aku belum memutuskan."

*****

Matahari mulai terangkat. Mencerahkan angkasa sebening kristal. Pengunjung candi mulai berdatangan menikmati kesejukan. Berduyun-duyun sembari menyambut pagi yang mengungkap keindahan Dieng.

Di sebuah tanah lapang, beberapa meter dari candi, Suzy dan Winter mempersiapkan suatu ritual. Tanah itu sepi tanpa pengunjung. Rerumputannya mulai menyambut sinar surya. Beberapa bagian ditutupi kain hitam oleh Suzy.

Kayu kemenyan dibakar pada bara api. Tersiarlah aroma wangi menyengat. Ketika batinnya telah siap, Suzy mulai melenggokkan badannya. Menari. Menyanyikan tembang lirih dari aksara-aksara Jawa kuno yang ia rapalkan sebagai kidung memohon berkat.

Lantas, alam pun menjawab doa Suzy. Mendung mulai bergelayutan. Dingin mulai bertiup tak ingin kalah pamer kekuatan. Angin membawa butiran air yang tiba-tiba membeku di permukaan dedaunan.

Raymond tersenyum puas.

Winter ternganga. Pengalaman pertama kalinya, ia melihat sihir sebesar ini. Memanggil cuaca dingin.

Dedaunan mulai memucat. Di candi, Seluruh pengunjung takjub. Beberapa memotret, mengabadikan fenomena alam yang tak pernah mereka jumpai. Lamat-lamat, air di permukaan rumput, bunga-bunga, pepohanan, dan bebatuan memutih. Menampakkan seluruh tanah seolah tertutup salju.

Di saat yang sama, pada lokasi yang berbeda, Candi Bima sudah mulai ramai pengunjung. Banyak di antara mereka tertawa, tersenyum-senyum karena keindahan bunga es di negara tropis.

Seketika Chandra berdiri. Ia melihat kompleks Candi Bima, tak satupun sosok kelompok Winter ada di tempatnya berdiri.

"Tunggu, kenapa ini?" Hanum curiga.

"Kita sudah menunggu dari tadi tetapi tak ada tanda-tanda mereka, tiba-tiba kejadian seperti ini...." Helena resah.

"Mereka membuat cuaca dingin untuk mengurangi pengunjung." Cetus Chandra.

"Tapi di mana mereka?" Martha mempertanyakan.

Mata Chandra menyoroti langit yang ditutupi mendung. Kecuali timur yang cerah, awan tampak bergumul di segala arah. Gelap memekat di satu titik di utara.

"Sial. Bukan ini tempatnya! Bukan Candi Bima. Kuncinya ada di Candi Arjuna. Kurasa istri Max Fleicher ingin mengecoh orang-orang yang ingin mencari kunci itu dengan bercerita bahwa kuncinya di Candi Bima." Dengus Chandra, "tunggu apa lagi, segera ke sana!" serunya.

*****

Lentik tangan Suzy pada tariannya begitu menghibur sang alam untuk memberikan lebih. Maka mendung awan yang semakin menggelap, menjatuhkan butiran es seukuran bola kasti.

Seluruh pengunjung keheranan. Mereka senang di awal, namun panik kemudian. Hujan es semakin lebat. Mencederai kepala mereka yang tak siap akan benturan bola-bola es.

Seluruh pengunjung Candi Arjuna menepi. Mulai pergi. Kemudian, sepi.

Raymond mulai menjalankan aksinya. Ia lantas masuk ke pelataran Candi Arjuna.

"Pak Muni, Hartono...." Raymond menggelar peta di tangannya, "Kalian dari Klan Ananta, beginilah cara kerjanya. Klan Ananta mendapatkan anugerah untuk membuat dimensi lain dengan bantuan para tanaman. Berdasarkan tulisan Max Fleicher, klan kalian lah yang telah membuat dimensi itu. Maka, hanya kalian yang dapat membaca mantra ini untuk mengambil kunci dari Kalamakara."

"Pada di posisi mana kami berdiri?" Muni menegaskan.

"Di depan tangga. Kalian saling bertatapan. Dua kekuatan dari Klan Ananta, cukup untuk membuat Kalamakara menjatuhkan kunci itu." Raymon menginstruksikan.

Raymond segera menyeret langkahnya menuju bangunan Candi Arjuna yang terletak di titik paling utara dari deretan candi-candi lain.

Wajah Raymond menghadap ke arah barat. Meletakkan sebuah kuali kuningan di bawah ornamen Kalamakara di pintu masuk candi.

Muni dan Hartono beridiri, saling berhadapan di sisi kanan dan kiri candi. Mereka merapalkan mantra-mantra yang diajarkan Raymond yang tertuang di dalam peta.

"Kala ingkang Surya." Bisik Muni.

"Makara ingkang Kasyapi." Hartono menyahut.

Kedua metafisikawan itu saling bersahut-sahutan. Dari kedua mata Kalamkara, meneteslah air sedikit demi sedikit. Air diterima oleh kuali kuningan. Setelah tetesan ke tujuh, Raymond mengangkat kuali itu. Berlari menuju sinar matahari dari ufuk timur.

Tepat pada puncak bayangan stupa bangunan Candi Arjuna, Raymond berdiri. Dijunjunglah kuali itu tinggi-tinggi. Sinar matahari pun masuk dan tertangkap. Ketika kuali itu berdenting, Raymond menurunkannya. Memeriksa isinya. Sebuah belati kecil tersimpan di sana.

Bibirnya merekahkan senyuman. Raymond puas akan hasil kerjanya.

"Kita dapat kuncinya. Sekarang, kita mendaki Gunung Prau. Menuju hutan, sesuai petunjuk peta."

"Kami tahu jalan yang tercepat, Pak." Muni menyarankan.

*****

Hujan bola es mereda sepenuhnya. Sisa-sisanya masih terserak di tanah lapang.

Chandra dan kawan-kawannya yang baru sampai tak menjumpai satu wajahpun berada di sana.

Chandra sempat mengumpat. Tetapi, ia tidak menyerah.

Mereka menyisir lokasi. Beruntung, tanah masih basah. Jejak kaki banyak tertinggal di sana.

Dengan mantra pencari, Hanum meniupkan abu suci. Terbentuklah jejak sepatu Winter.

Segera, Helena menyentuh jejak itu. Menggunakan keahliannya untuk melacak keberadaan kelompok Raymond.

"Mereka menuju ke Gunung Prau. Tujuan mereka....masuk ke dalam hutan."

*****

MetafisikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang