Jangan lupa vote dan komennya ^^
*****
Suasana canggung setelah perdebatan sempat mengental antara Chandra dan Hanum. Selalu ada penyesalan di setiap akhir amarah. Namun, juga ada ego yang tak ingin mengalah. Jadilah mereka hanya saling diam beberapa jam di rumah sewa tempat Hanum tinggal.
Merasa bersalah, Chandra menghela napas dan memutuskan untuk meredakan amarah.
"Maafkan aku. Aku tahu kamu berusaha menangani kasus ini segera tapi.... Mungkin kamu benar aku hanya tidak siap mendengar kenyataan jika apa yang terjadi benar-benar ulah Winter."
Hanum melunak. "Aku tidak tahu apa yang terjadi antara kamu dan Winter. Tetapi, aku lihat kamu sangat....entahlah...." Hanum mengembuskan napas dan melanjutkan kalimatnya, "Tak terima. Tetapi, percayalah, aku bukan ingin menjatuhkannya, aku hanya ingin....masalah ini segera usai."
Chandra menatap Hanum yang hanya tertunduk. Meski mereka berusaha menyudahi durja, tetapi perasaan bias masih terasa. Ada sesuatu yang tak lagi sama. Tetapi, mendengar pernyataan Hanum, Winter merasa penasaran. Apakah Hanum tahu tentang dirinya dan Winter? Ia belum berani cerita kepada Hanum tentang masa lalunya. Bukan sakit saja yang akan menyeruak, tetapi juga mungkin kekecewaan Hanum kepadanya.
"Baiklah, kita mulai penyelidikan ini." Chandra berusaha mengalihkan pembicaraan.
Hanum hanya menatap Chandra dengan kedua matanya yang berkaca-kaca. Sampai pada sandi-sandi tersirat yang ia kemukakan, Chandra masih belum terbuka. Apa ia masih memendam perasaan kepada Winter?
"Baiklah." Hanum berusaha mengelak dari pertanyaan yang menderu kepalanya.
Hanum menghela napas. Memandang Kaca Benggala di tangannya. Bersiap-siap memikirkan Winter di dalam angannya. "Agastya Benggala," bisiknya sembari mengusap lembut pinggiran Kaca Benggala dengan bentuk lingkaran. "Keluarlah."
Sesosok pria tua dengan rambut putih panjang tergerai, berjenggot perak bercahaya selaras dengan tubuhnya, keluar dari dalam kaca.
"Aku ingin melihat Winter, sosok wajah yang ada di dalam pikiranku. Dia mengenalku, dan aku mengenalnya. Hubungkanlah."
Benggala pun menuruti perintah pemegang kaca. Lantas, ia melayang dan lenyap.
Dari dalam kaca, tervisualisasi Winter dan Suzy berada dalam satu mobil. Beruntung, Benggala begitu mahir menyembunyikan aura sehingga Suzy tak merasakan kehadirannya.
"Aman?"
"Benggala bisa menyembunyikan auranya dari Suzy." Jelas Hanum.
Winter berkendara berkelok melewati macet kota Jakarta. Hingga, sampailah mereka masuk area kampus. Satu hal menangkap pandangan Hanum, keduanya tak nampak akrab. Mengobrol pun sedikit terdengar. Terutama Winter. Terdengar pelit suara.
Dari laku keduanya, Hanum berangsur-angsur menduga bahwa hubungan mereka bukanlah hubungan yang sehat. Sebagai sesama perempuan, Hanum merasa berempati. Ia juga merasa bersalah sempat menanamkan keraguan pada hati Suzy. Tetapi kerenggangan di antara mereka sangat jelas sekali. Lalu kenapa Suzy masih ingin bertahan? Sedangkan, mata Winter tak pernah memandang Suzy seutuhnya.
"Kenapa mereka ke kampus di hari sabtu?" Bisik Chandra.
Hanum meruntuhkan lamunannya. "Mereka tidak menuju ke fakultas."
Mobil Winter terus melaju dan menuju pada wilayah terbelakang dari kampus. Di sana terdapat sebuah gedung kecil yang terbengkalai. Gedung rektorat lama yang tak pernah terjamah.
Dari sana, Winter dan Suzy masuk ke dalamnya. Mereka menuju gudang yang cukup kumuh tak terurus. Lantas, mereka membuka sebuah kain penutup yang tampak menyampuli sebuah struktur mesin. Setelah itu, Winter melucuti mesin itu menjadi beberapa bagian. Mengangkutnya menuju mobil sampai dipaksa muat.
Usai membereskan barang-barang tersebut, Winter dan Suzy melaju kembali. Melewati jalanan berliku nan padat. Hingga ,obil Winter menjamah area perumahan elit dengan rumah-rumah megah dan luas berjajar. Tak terlalu banyak orang di kompleks itu. Pemiliknya banyak yang melalang buana. Terlihat rerimbunan pohon saja yang meramaikan udara di sana.
Sampai mereka berhenti di suatu rumah. Menurunkan barang-barang itu. Memasukannya. Sosok Ari sudah bersiap dari sana. Menyambut. Bersama, mereka membangun kembali alat itu sesuai susunan yang tergambar dalam desain.
"Sudah siap dicoba, Pak?" tanya Winter.
"Sebentar, orang yang mendanai proyek kita juga ingin lihat."
Ari membukakan pintu dan mempersilahkan tamunya masuk. Orang itu berjalan pelan dengan pawakan luncai. Perutnya mengembung dengan pakaian rapi yang berusaha menutupi. Matanya sipit dilingkari kaca mata membulat. Ketika sinar lampu menerangi wajahnya, senyuman tersungging hadir di bibirnya.
Seketika, Hanum dan Chandra saling bertukar pandang. Mereka tahu sosok itu....
"Pak Raymond?" Seru keduanya serentak.
Ari memulai prosesi. Ia menyalakan laptop dan menghubungkannya dengan mesin. Mengetik beberapa sandi dan menyalakan aliran listrik. Winter dan Suzy pun bersiap. Sampai akhirnya mereka menguji coba alat.
"Siapa yang kita hukum, Pak?" Tanya Suzy.
"Beberapa kriminal dari list Pak Raymond." Cetus Ari bersemangat.
Lalu tibalah mesin itu bersinar. Benggala yang terkejut dengan sinar lantam dari batu itu terpental. Tak mampu menahan. Sampailah Kaca Benggala retak dan kehilangan fungsinya.
Chandra dan Hanum masih dibuat menganga karena silau yang dasyat. Hanum mematahkan argumen Chandra pada kenyataan yang diperlihatkan Benggala.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Metafisika
FantasyBOY'S LOVE! Chandra adalah seorang metafisikawan. Ia harus bersaing dengan Winter di panggung pemilihan ketua BEM kampus. Sosok yang pernah dekat dengannya ketika sekolah dulu. Entah apa motivasi Winter, Ia pun meladeni pada kompetisi itu selayakny...