Jangan lupa vote dan komennya ^^
*****
Ketibaan Chandra di Jakarta disambut baik oleh rekan-rekannya. Mereka memberi pelukan hangat serta menabahkan dengan apa yang terjadi pada Mahendra. Lantas, Helena bercerita banyak tentang penangkapan Dika dan Devi. Segera, ia pun diajak ke kantor polisi untuk ikut menjenguk saudaranya. Terutama Martha yang terlihat berapi-api untuk segera mengeruk informasi.
Di ruang pertemuan yang disiapkan kepolisian, hanya ada Chandra dan Martha yang sudah bersiap menemui Dika dan Devi. Sambil menunggu, Martha mengguncang botol minuman kaca yang berisi larutan berwarna hijau pekat.
"Apa itu?" tanya Chandra heran.
"Ini ramuan tradisional Klan Kanari. Ko tahu, klan kami sering membuat ramuan-ramuan sihir. Termasuk ini." Martha menyodorkan ramuan itu. "Ini ramuan kejujuran. Setiap orang yang minum akan berkata jujur. Sa ingin tahu alasan orang-orang ini mencuri lukisan Candi Bima."
"Hmmm...OK."
"Eh, Chandra. Sa dengar, ko orang punya bakat lukis e?"
"Siapa yang bilang?"
"Winter."
"Dia mengatakan itu?"
"Iya. Sa ketemu dia waktu retreat lalu. Dia ganteng e kalau dari dekat. Pantas gadis-gadis suka sama dia."
Chandra tak berkomentar. Tetapi pipinya merona. Namun sekejap ia menahannya. Apa ia memikirkan Winter sekilas? Dari obrolannya dengan Hilda yang lalu. Dan kini Martha kembali membahasnya.
Polisi datang bersama Dika dan Devi. Mereka duduk dan menunduk. Sejalan kemudian, polisi meninggalkan mereka untuk bertukar bicara.
"Hai, kakak-kakak." Sapa Chandra dengan wajah datar.
"Senang kamu, lihat kita di sini lagi?" Ketus Dika.
"Hei, ko orang minum ini dulu." Martha memaksa Dika dan Devi mereguk ramuan kejujuran. Setelahnya, mantra pembaca pikiranpun dilantunkan dan lengan keduanya dipegang.
"Bih, minuman apa ini?" Devi sedikit terbatuk.
"Dev, apa kejahatan kecil yang pernah kamu lakukan pada Dika, yang sampai sekarang Dika tidak tahu?" Chandra mengetes kemanjuran ramuan.
"Waktu umur dua belas tahun, aku pernah menjatuhkan sikat gigi Dika ke lubang closet tanpa sengaja, kemudian mengembalikannya ke tempatnya tanpa mencucinya."
"Apa?" Dika menyahut sembari menahan muntah.
"Sorry, Dik. Aku juga tidak tahu kenapa aku bilang seperti ini."
"Jadi, itu benar?"
"Lagian itu kan sudah lama."
"OK, ramuannya manjur." Chandra memvalidasi. "Dika, siapa dan kenapa kamu mencuri lukisan Candi Bima?" Chandra mulai menanyai.
"Seseorang membayar kami sebesar seratus juta untuk mencuri lukisan itu. Kami tidak tahu siapa orangnya karena selama ini kami hanya dipertemukan dengan anak buahnya."
"Padahal, ko orang bisa minta bayaran lebih untuk lukisan seharga setengah milyar." Celetuk Martha.
"Sial, kenapa aku jadi ngomong seperti ini ya?" Dika menggerutu.
"Ko orang tadi minum ramuan kejujuran."
"Apa tujuan orang itu menyuruhmu?"
"Aku tidak tahu. Mereka hanya mengecek keaslian lukisan dengan sinar UV lalu kami menerima bayaran uang dan....mereka bersedia mencelakai Papa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Metafisika
FantasyBOY'S LOVE! Chandra adalah seorang metafisikawan. Ia harus bersaing dengan Winter di panggung pemilihan ketua BEM kampus. Sosok yang pernah dekat dengannya ketika sekolah dulu. Entah apa motivasi Winter, Ia pun meladeni pada kompetisi itu selayakny...