#21

26 14 0
                                    

Jangan lupa vote dan komennya ^^

*****

Pagi yang elok memaksa Suzy membuka mata. Kemudian, menyeret tubuhnya ke kamar mandi untuk mencuci muka. Membasuh sisa-sisa masker kecantikan yang sudah merekat selama lima belas menit. Menyapu sisa kotoran dengan sabun cuci muka. Mengeringkan wajahnya. Kemudian, ia poles pipi, mata hingga dahi dengan bedak dan segala macam alat dandan untuk mengemban kata sempurna.

Satu hal yang ia sesalkan. Rambutnya yang indah bervolume yang ia rawat sedari kecil harus ia potong sependek mungkin dengan model pixie cut. Ini sesuai dengan keinginan Winter. Membuat Suzy benar-benar terlihat manis, kata Winter.

Meski batinnya menolak, nuraninya berbisik. Gaya dandan yang dipilihkan oleh Winter untuknya, hampir menyerupai Chandra. Bagi alam sadarnya, ia tetap mengelak. Mengatakan pada dirinya sendiri bahwa Winter sungguh menyukainya. Asalkan bisa berada di dekat Winter, ia rela menjadi orang lain. Kenapa tidak? Dari dulu ia memang menjadi orang lain.

*****

Suzy terlahir dari ayah yang merupakan seorang manusia biasa. Sedangkan, ibunya adalah metafisikawan. Di tahun-tahun terberat metafisikawan, ibunya berhasil selamat karena ayahnya cukup berkuasa. Usaha yang menjamur di mana-mana. Apotek, rumah makan, pom bensin dan hotel, aset-aset yang mendongkrak taraf hidup keluarga mereka menjadi terpandang. Tentu saja, berkat ayah Suzy.

Merasa menjadi orang paling berjasa, membuat ayah Suzy begitu mendominasi keluarganya. Suzy dan ibunya tidak dapat mengekspresikan diri. Ayahnya begitu pintar memanipulasi keinginan mereka, menurut Suzy. Mulai dari pakaian, cara berdandan, cara bicara, cara makan, etika, semua tertata menjadi satu kesatuan untuk terlihat elegan dan terhormat.

Entah apa tujuan ayah Suzy mengajarkannya untuk menjadi terpandang. Sampai Suzy memahami, mereka yang terpandang dan berkuasa dapat memperbudak makhluk-makhluk lemah lain.

Menjadi primadona di sekolah sejak kecil, membuat Suzy mudah menundukkan pandangan orang-orang yang menganggapnya remeh. Sihirnya bukanlah kekuatan utama, melainkan cantik dan kekayaan. Akan tetapi hatinya tetap saja kosong.

Sampai ia masuk SMA, ia melihat Winter sebagai pria paling populer di sekolahnya. Menurutnya, kenapa tidak mencoba menaklukan hati pria itu? Setelah berusaha, bukan malah Winter tunduk padanya, melainkan berujung penolakan. Mendapatkan Winter lantas menjadi sebuah tantangan sendiri baginya. Winter menjadi satu-satunya anggota dalam kelompok pria tersulit di kamus Suzy. Sampai tanpa sadar ia mulai bergerak mengawasi Winter.

Suzy melepas satu pendengarannya untuk menguntit Winter yang sempurna. Menyesapkan mantranya pada salah satu gantungan tas milik Winter. Menurutnya, akan lebih mudah jika mengetahui hati Winter seutuhnya untuk mendapatkannya.

Akan tetapi, rasa ingin tahu Suzy terhadap Winter mengirimnya pada satu realita yang dihadapi Winter. Suzy mendengar seluruh kegelisahan Winter selama ini di rumahnya. Menjungkir balikan anggapannya tentang Winter yang sempurna. Perlahan, Suzy mengamati jiwa yang kesepian itu. Di sekolah, ia sembunyi-sembunyi mengamati mata Winter yang terlihat sedih. Membalut lukanya dengan senyuman yang tak satu orang pun tahu. Dan keadaan itu persis seperti yang ia alami.

Memikirkan Winter terus menerus membuatnya ingin semakin mendekat. Bahkan memiliki. Tetapi, Winter serupa bintang cemerlang di angkasa. Keindahannya sangat mudah dikagumi, tetapi sulit diraih dan dimiliki. Suzy pun mulai ingin mengundurkan diri. Tetapi, hatinya masih saja penasaran. Ia mengikuti langkah Winter kemanapun berhenti.

Satu waktu, dari bawah menara, Suzy memergoki Winter yang terlihat menggambar dari jendela. Wajah lelaki itu tampak pilu. Tak sebahagia biasanya. Bahkan di hari-hari berikutnya juga sama.

MetafisikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang